Kembali sedikit ke soal ISIS dulu. Secara nyata, negara-negara mayoritas muslim sudah melakukan berbagai upaya untuk melawan dan menangkal ISIS.  Ada yang umpamanya ‘memaksa’ otoritas tertinggi agama-agama tradisional untuk terus menerus mengkomunikasikan dan mengajar umatnya tentang betapa bahayanya propaganda ISIS.
Anak-anak muda kita kan ada juga yang berangkat ke sana untuk menjadi simpatisan ISIS. Kita harus melawan ISIS juga lewat media sebetulnya, media apapun itu. Makanya sekarang kan ada juga komik satir tentang ISIS kalau nggak salah. Itu salah satu upaya untuk mengajar anak-anak muda kita.
Negara Barat juga melakukan hal yang sama dalam rangka perang propaganda ini. Amerika dan Inggris bahkan mempekerjakan apa yang saya istilahkan sebagai ‘Ahli Taurat Digital’ untuk melemahkan dan melawan propaganda ISIS pada tataran menangkis pesan-pesan online mereka, misalnya saja tentang kekejaman ISIS terhadap sesama Muslim.
Ada juga yang menekan perusahan-perusahan Internet untuk mengawasi konten dengan lebih ketat lagi, dan supaya sebisa dan sesegera mungkin menutup semua akun yang berafiliasi atau dikelola oleh ISIS (jika memungkinkan tentu saja).
Salah satu alasan ISIS menjadi terkenal dan pesatnya perkembangan pengikut mereka sejak pertama kali mendeklarasikan kekhalifahan mereka di Irak dan Suriah adalah oleh karena kemampuan serta kualitas mereka dalam berpropaganda, yang jauh melebihi kelompok-kelompok teroris sebelum mereka.
Hasil produksi video mereka bisa jadi jauh melebihi grup sejenis lainnya. Cori Dauber dan Mark Robinson, media experts dari the University of North Carolina mengakui kebolehan ISIS dari segi grafis, pembuatan konten, dan menyebaran media mereka. Dalam sebuah tulisan, dua orang ini menyoroti kepiawaian ISIS dalam hal memproduksi video-video propaganda.
Umpamanya saja dari teknik canggih kelompok ini memunculkan dan lalu meningkatkan kekuatan visual sesuai yang diinginkan. Lalu kemudian detail pengambilan gambar, memilih kekontrasan warna, memikirkan seragam yang hendak dipakai, dan sebagainya. Ide ceritanya juga ada. Mereka juga menggunakan teknik pengambilan gambar dengan memakai beberapa kamera sekaligus, fokusnya bagus, sudut pengambilan gambar yang spesifik, bahkan tak lupa memunculkan suara ‘intim’ untuk menciptakan efek saksi mata yang ‘aduhai’. Ya, sedetail itu.
Setelah menunjukkan kemampuan mumpuni dalam hal produksi, mereka juga sukses dalam menjangkau pemirsa yang disasar. Alberto Fernandez, adalah orang yang memimpin dan menjalankan State Department’s counterterrorism communications unit, sebelum akhirnya ia bergabung di Middle East Media Research Institute (MEMRI). Ia mengatakan bahwa simpatisan ISIS memiliki tak kurang dari 50,000 akun Twitter. Ini tentu saja memungkinkan pesan-pesan ISIS akan sangat cepat membesar dan menyebar.
Ada sebuah studi lain yang dilakukan oleh Aaron Zelin dari Washington Institute for Near East Studies. Ia menemukan fakta bahwa dalam seminggu saja, output dari ISIS itu bisa ada di 123 media dalam 6 bahasa, 24 diantaranya adalah berupa video. Pesan, gambar, foto, dan video yang disebarkan itu banyak diantaranya yang diprediksi akan bakalan terus menarik perhatian media-media arus utama. Hebatnya cara propaganda mereka.
Demo di Indonesia dan Propaganda Kelompok-kelompok Tertentu
Hari-hari ini sangat santer kita dengar, begitu sering kita baca, dan tak habis-baisnya kita tonton tentang peringatan-peringatan serta berita-berita terkait demo atau aksi kelompok-kelompok tertentu pada 4 November nanti.