Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hebatnya Propaganda dan Demo 4 November

31 Oktober 2016   16:52 Diperbarui: 31 Oktober 2016   19:45 5323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Agustus lalu, kelompok ini menyebar luaskan gambar mengerikan yang menunjukkan tubuh seorang tahanan mereka, warga negara Croatia, yang konon dipenggal kepalanya di Mesir. Dengan menyebarnya foto-foto semacam ini menjadi viral, satu hal yang pasti adalah ini: Mereka menjadi makin terkenal dan makin ditakuti. Mereka memang makin dibenci, dan menjadi target operasi banyak negara, tetapi karena propaganda, mereka juga mendapat dukungan dan memperoleh tambahan followers.

ISIS telah sukses memenangkan begitu banyak pengikut. Berbekal kemampuan mereka berpropaganda dan menyebarkan paham mereka lewat media. Mereka dibenci sekaligus dicintai. Tak sedikit yang mengikuti kelompok secara amat fanatik. Bagi saya, pengikut mereka yang amat militant itu tidak saja fanatic, tapi juga lunatic. Sinting dan ‘gila’.

Mereka banyak pengikut, tetapi dalam dunia nyata yang kita lihat sehari-hari justru sepertinya mereka itu tidak punya teman sama sekali loh. Bayangkan saja, hampir semua negara berseru “War against ISIS”.

Kebencian terhadap ISIS nampaknya menjadi satu-satunya penyebab Shia dan Sunni ‘bersatu’. Saudi Arabia dan Iran bersatu. Amerika dan Russia bersatu. Turki dan regim Assad di Suriah bersatu. ISIS secara tak langsung telah menyatukan mereka semua.

Dalam koalisi beraneka ragam serupa itu, maka ada satu keyakinan yang berkembang, yaitu bahwa pertarungan ide dan citra terbukti sama pentingnya dengan perang beneran, adu tembak. Propaganda menjadi senjata lama bernuansa baru dalam memenangkan pertempuran ini.

Setelah semua hal dilakukan, pemerintah di hampir semua negara yang berhasil memberantas kelompok teroris, ternyata terus saja menemukan fakta bahwa kelompok-kelompok teroris baru, bahkan ada yang jauh lebih buruk dan ganas, muncul untuk menggantikan mereka. Mati satu tumbuh satu.

Jangan heran kalau saat ini kita menemukan dengan mudah media-media online yang ratusan jumlahnya di Indonesia ini yang entah siapa pendirinya dan apa tujuannya. Mereka sharing berita dan artikel dengan sangat masif baik lewat FB maupun Twitter.

Media-media tak henti-hentinya memborbadir dunia maya dengan berita apapun terkait pilkada DKI. Ada perang opini di sana. Ada pertempuran tak kasat mata juga di sana. Siapa yang membiayai dan siapa aktor-aktornya? Kita tidak tahu. Tetapi yang kita tahu adalah bahwa perang propaganda sementara terjadi.

Propaganda Lewat Media

Hari-hari ini melakukan propaganda menjadi begitu mudah dan murah. Kecanggihan teknologi rupanya benar membawa berkat, namun juga menurunkan ‘kutuk’. Tak jarang propaganda itu justru menyesatkan banyak orang masuk secara tak sadar ke dalam lorong-lorong gelap, menghilangkan orientasi, dan mengerdilkan rasa yang sesungguhnya ada dalam sanubari orang tersebut.

Mencuci otak lewat propaganda itu mudah dan murah. Bukankah sejarah telah membuktikan betapa gampangnya otak kita dicuci oleh informasi salah yang kita terima lewat media. Propaganda kelompok tertentu kita telan bulat-bulat tanpa dikunyah (disaring) terlebih dahulu. Lalu kita terhasut. Lantas kita menarik kesimpulan untuk bertindak ini dan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun