Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilkada DKI: Ahok Bukan Superman Tetapi Ia Memang Lumayan Super

27 September 2016   14:16 Diperbarui: 27 September 2016   15:38 2881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang sudah dijalankan selama ini telah memberikan kemudahan dan kepastian bagi masyarakat dalam memperoleh pelayanan perizinan dan non-perizinan. Meskipun masih ada yang harus dibenahi sana sini, tetapi langkah ini adalah sebuah gebrakan besar dalam sisi pelayanan masyarakat. Saya ketika mengurus KTP di kelurahan Kayu Putih umpamanya, sangat bagus pelayanannya dan tak banyak cingcong.

Jual Diri, Jual Gagasan, Jual Program, dan Jangan Jual Omong Kosong

Tiga pasangan calon di pilkada DKI tahun 2017 nanti sudah semestinya menjual gagasan dan program supaya tidak langsung menelan pil pahit dalam pilkada paling seru ini. Kalau jualannya sebatas SARA dan menyerang sisi personal kandidat lain, yakinlah itu tidak akan laku dijual dan ada harga mahal yang justru harus dibayar. Keutuhan bangsa masilah jauh lebih berharga daripada sekedar berusaha memenangi  pilkada namun dengan cara-cara tidak beradab.

Kampanye hitam itu sangat ditolak di negara manapun. Jangan sampai ia justru dibudidayakan di negeri kita ini. Sekedar kampanye negatif ya sah-sah saja sih. Misalnya saja dengan menguraikan dan mengkampanyekan tentang sifat kasar seseorang, atau tentang sifat santun artifisial seseorang yang hanya manis di bibir namunsungguh lain di dalam hati. Silakan saja berkampanye negatif dengan mengutarakan sisi lemah kandidat lain seperti itu, tapi jangan pernah berkampanye hitam. Jadi tolong bedakan itu.

Contoh kampanye hitam adalah seperti apa yang terjadi pada pilpres lalu, dimana Jokowi disebutkan sebagai anak PKI lah, bapaknya orang China lah, Jokowi Kristen lah, dan sebagainya. Itu fitnah tak berdasar dan masuk kategori kampanye hitam alias kampanyenya orang-orang yang sudah kehilangan akal dan selalu memakai metode menghalalkan segala cara. This is so stupid. Kayak orang-orang yang sudah mati rasa dan tidak punya gagasan serta ide brilian sama sekali.

‘Jual Diri’ dan Sugesti

Pasangan kandidat silakan saja untuk ‘jual diri’, karena hal itu diijinkan kok. Tidak haram dan sah-sah saja. Ayo jual kelebihan-kelibahan diri Anda sebisa dan seintens mungkin. Masyarakat pembeli (baca: pemilih) tentu harus tau dulu barang dagangan apa yang sedang didagangkan, mencari tau specnya seperti apa, kualitasnya bagaimana, daya tahannya, dan lain sebagainya, sebelum nantinya mereka kepincut untuk membelinya. So, jual diri dalam berkampanye sah-sah saja dan bahkan menjadi sebuah keniscayaan.

Masing-masing pasangan calon harus punya personal branding untuk dijual. Umpamanya Ahok yang tegas dan suka marah-marah pada yang salah. Itu personal branding dia. Mau ada yang nggak suka kek, yang anti terhadap pribadi yang suka marah-marah kek, itu urusan nanti. Buktinya jauh lebih banyak yang suka Ahok tetap tegas dan marah-marah kan? Itu branding dia – BTP bisa jadi Bersih, Terpercaya, Profesional. Bisa juga BTP itu adalah Berintegritas, Tegas, Profesional. Bahkan kalau perlu kita harus sampai pada level ‘melacurkan diri’ demi menjual personal branding diri kita sendiri. Mengenai melacurkan diri demi personal branding dapat dibaca secara perlahan-lahan di sini:  Melacurkan Personal Branding

Sugesti juga penting dalam memenangi suara pemilih. Ahok punya magnet yang dapat menyedot siapa saja untuk terus membicarakan dirinya. Lihat saja sekumpulan media yang tidak pernah absen memberitakan dirinya, entah itu positif pun yang negatif. Kita harus akui Ahok punya daya tarik itu. Disamping punya nilai jual dia juga punya daya tarik. Apa saja tentang dirinya bisa jadi berita. Hanya sekedar menghadiri perkawinan saja rupanya bagi sebagian media adalah berita yang layak muat, bahkan tampil di halaman pertama. Ini kan luar biasa.

Menurut saya sugesti itu penting. Oleh sebab itu, saya percaya Ahok tanpa sengaja telah mampu mensugesti begitu banyak orang untuk terus membicarakan dirinya, atau dengan kata lain terus memopulerkan dirinya, secara natural tentunya. Sugesti di lihat dari segi apapun kerap sangatlah penting, apalagi di Jakarta yang sangat beragam dan luas ini. Mensugesti seseorang supaya memilih kita itu tidak mungkin terjadi dalam hitungan hari saja, ia butuh waktu yang lama. Para pemilih dan pendukung setia Ahok tidak mungkin tersugesti dalam hitungan hari. Mereka sudah mengikuti dan mencermati sepak terjang Ahok tentu sejak lama, dan akhirnya jatuh cinta padanya. Ini keuntungan Ahok karena ia sudah dikenal dan sudah banyak yang tersugesti. Bicara masalah mensugesti pemilih Jakarta sebetulnya sudah pernah saya tuliskan sebelum Jokowi-Ahok menang pada pilkada Jakarta yang lalu. Dapat ditelusuri dan dinikmati di sini: Pentingnya Sugesti Bagi Pemilih Jakarta

Anies Baswedan tentu sudah mahfum benar apa yang dimaksud dengan menjual diri, bagaimana memunculkan personal brandingnya sendiri, dan lalu bagaimana pula cara mensugesti orang lain. Dia bahkan, sadar atau tidak, justru sudah mempraktikan hal itu sejak lama. Maka jangan heran kalau ia punya basis relawan yang banyak, ia begitu dicintai juga oleh para pendukung setianya, dan kata-katanya bisa sangat memengaruhi orang yang mendengarkan dia bicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun