Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menghargai Perempuan dan Menghadapi Istri yang Cerewet

23 September 2016   18:26 Diperbarui: 26 September 2016   07:18 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 2005 umat Islam sempat dibuat terkejut. Ada apa rupanya? Ya, tepat di hari Jumat tanggal 18 di bulan Maret tahun itu, setelah 14 abad berselang semenjak Islam lahir maka baru kali itulah ada seorang perempuan tampil menjadi khatib, sekaligus imam shalat jumat. Ini mengejutkan dan mengangetkan.

Peristiwa langka tersebut terjadi di Amerika Serikat. Saya lagi duduk santai di ruang tamu di apartemen saya ketika berita itu naik tayang. Saya menyaksikan langsung bagaimana media memberitakan hal itu secara sporadis. Perempuan yang memancing berita kontroversial itu adalah Amina Wadud.

Siapa sebetulnya dia? Tak lain tak bukan, dialah Profesor Studi Islam di Virginia Commonwealth University di salah satu negara bagian di Amerika.

Shalat Jumat itu berlangsung di sebuah bangunan Gereja Anglikan di New York, sekitar 45 menit–1 jam dari tempat saya tinggal. Kenapa harus dilakukan di bangunan gereja? Jelas oleh karena sejumlah masjid di negara tersebut menyatakan penolakan terhadap diadakannya shalat jumat yang dipimpin seorang perempuan. Bagi sebagian orang, hal ini sama sekali tidak dapat dibenarkan dan tidak dibolehkan.

Banyak umat muslim yang lantas kemudian mengkritisinya. Apa sebetulnya yang terjadi? Begitulah kira-kira pertanyaan mereka. Mungkin saja memang Islam dengan jelas menerangkan dan menegaskan bahwa lelaki adalah pemimpin bagi kaum perempuan. Dan hal itu tidak bisa ditawar-tawar karena sudah menjadi ketentuan Allah. Tetapi di sisi lain Islam juga amat menjungjung tinggi harkat dan martabat perempuan.

Ada begitu banyak ayat-ayat Al-Quran secara gamblang menerangkan bahwa Islam begitu amat sangat menghargai dan mengagungkan perempuan, utamanya kaum ibu. Bahkan pada khutbah hari Arafah, pada masa akhir kehidupan Nabi Muhammad, ia dengan sangat serius mengingatkan kaum lelaki untuk supaya memperhatikan kedudukan, kehormatan dan haknya kaum perempuan. Ia berkata,”……… Takutlah pada Allah dalam memperlakukan kaum perempuan karena kalian mengambil mereka sebagai amanat Allah dan kehormatan mereka dihalalkan bagi kalian dengan nama Allah…….”(Sumber: https://vienmuhadisbooks.com)

Seorang ibu memiliki hak tiga tingkatan lebih tinggi dibanding seorang bapak. Karena ibu telah mengandung, melahirkan dan menyusui anak-anaknya. Sesuatu yang mustahil dapat dilakukan kaum lelaki.

 “Dan telah Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman( 31):14).

Iman Kristriani juga memandang hal serupa tentang perempuan. Wanita tidak seharusnya menjadi korban penindasan pria yang memanfaatkan mereka, menganiaya mereka, atau dengan cara apa pun menyiksa mereka. Sebaliknya, wanita yang sudah menikah harus menjadi ”pelengkap” yang bahagia dan terampil bagi suaminya.—Kejadian 2:18.

Kemudian ada banyak ayat dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa perempuan harus dihormati, dihargai, dikasihi, dan dicintai. ”Suami-suami, tetaplah . . . memberikan kehormatan kepada mereka,”(1 Petrus 3:7). Lalu, Keluaran 20:12 berkata, “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.Ada ayat lain yang berkata, “hai suami-suami kasihilah istrimu...” Serta masih banyak lainnya.

Jadi perempuan kedudukannya tidaklah lebih rendah dari laki-laki. Mereka diciptakan sebagai penolong yang sepadan bagi pria. Itulah sebabnya perempuan harus pandai. Ia harus menuntut ilmu agar ia mengerti tugas dan tanggung jawabnya. Maka tak berlebihanlah saya pikir pepatah klasik yang sering kita kutip yang mengatakan begini, “Maju-mundurnya sebuah bangsa tergantung kaum perempuannya”, dan juga yang satu ini, “Surga ada di bawah telapak kaki ibu”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun