Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok untuk Jakarta atau Tidak?

3 Maret 2016   17:14 Diperbarui: 4 Maret 2016   09:12 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepercayaan diri Teman Ahok yang begitu kuat bahwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan tetap maju sebagai calon gubernur independen rupanya dipertanyakan dan mendapat cibiran pedas dari elite Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) (Kompas.com 03/03/2016). Mengapa demikian?

Ini dia. Menurut Ketua DPP PDI-P Andreas Hugo Pareira bahwa ia tidak yakin dengan seorang calon kepala daerah yang diusung melalui jalur independen. Dia lantas memberi pendapatnya bahwa dukungan partai politik yang lebih terlembaga dibutuhkan seorang calon untuk menjaga kepercayaan publik selama menjabat nantinya.

"Dalam sistem politik yang sehat, butuh pelembagaan politik yang kuat. Relawan bisa bubar, kandidat bisa berganti, tapi parpol harus tetap eksis," ungkap Andreas dalam diskusi di "Satu Meja" yang tayang di Kompas TV, Rabu (2/3/2016).

Nah, di sini letak permasalahannya. Apa yang dia bilang itu bisa benar dan bisa juga tidak. Sekarang saya ingin tanya dan silakan Anda jawab dengan sejujur-jujurnya dengan hati nurani Anda. Masih adakah parpol yang dapat Anda percayai dengan tulus, setelah apa yang sudah terjadi selama ini dalam tubuh partai-partai tersebut? Masyarakat tidak buta. Figur masih ada yang dapat dipercayai, namun bagaimana dengan parpol? Semoga saja memang masih ada ya. Itu harapannya. Semoga saja masih ada atau akan ada.

Sekarang kita kembali ke statemen di atas, bahwa katanya dukungan parpol yang lebih terlembaga dibutuhkan seorang calon untuk supaya dapat menjaga kepercayaan publik. Saya garis bawahi ini --Menjaga Kepercayaan Publik--. Nggak salah ini? Bukannya sebaliknya? Justru parpol-parpol inilah yang sudah kehilangan kepercayaan publik karena ulah mereka sendirilah yang telah menghilangkan kepercayaan publik dengan tingkah dan ulah mereka tersebut. Jadi bagaimana bisa alasan itu yang dipakai?

Secara fakta di lapangan memang relawan bisa saja bubar, tetapi apakah parpol itu tidak bisa bubar? Ya bisa saja, sudah ada puluhan parpol yang bubar, atau ganti bendera, bongkar pasang ‘onderdil’ oleh karena tidak mendapat simpati serta kepercayaan publik. Jadi tidak serta merta parpol mesti ada terus supaya pelembagaan politik menjadi kuat. Justru banyak parpol yang melemahkan dan membuat 'rusuh' sistem perpolitikan tanah air. Para elit berebut kekuasaan dan lain sebagainya. Bagaimana mau membina orang lain kalau diri sendiri saja tidak bisa dibina? Walahualam deh...

Ada jalan tengah. Itulah yang saya bilang wilayah abu-abu (grey area). Ahok menerima pinangan parpol namun maju secara indepen. Loh kok bisa? Ya bisa saja. Atau sebaliknya, dia maju dengan memakai kereta parpol tetapi setelah terpilih dia berlaku dan bertindak secara independen. Loh kok bisa? Ya bisa saja.

Dari awal sudah harus ada tanda tangan komitmen bahwa parpol tidak boleh sama sekali turut campur dalam pemerintahan atau ketika pengambilan keputusan sang Gubernur. “Kawin kontrak” dengan parpol hanya sampai saat calon tersebut umpamanya terpilih dan dilantik sebagai Gubernur. Lebih dari itu tidak. Kalau parpol itu mau macam-macam misalnya minta jatah lah, ngatur ini itulah...ya ditinggal saja parpolnya. Kalau kata Gus Dur “gitu aja kok repot". Mau dibilang tak tau balas budilah, atau segala macam ungkapan seperti sindiran Gerindra ya masa bodohlah. Emang gue pikirin gitu loh. Yang paling penting Gubernur bertindak, berbuat, dan berjanji atas nama Tuhan Yang Maha Kuasa den rakyat yang dipimpinnya. Bukan dan sama sekali tidak atas nama parpol.

Parpol itu kan hanya ‘kendaraan’ semata. Sebuah kereta yang dipakai menuju singgasana. Kalau kendaraan itu sudah dianggap rusak dan tak sejalan seiring lagi, tak layak pakai, ya untuk apa dipertahankan. Mending dijual atau ditinggal pergi saja, kan begitu. Kasih saja ke toko besi tua, seperti itu analoginya. Masak Gubernur mau ‘dipenjara’ dan didikte kendaraan rusak? Mana ada sopir nyetir belok kiri eh mobilnya balik arah ke kanan? Ya celakalah keduanya...hehehe.

Oke deh, itu saja oleh-oleh dari saya. Semoga saja Ahok kembali jadi Gubernur Jakarta. Ups! Salah, belum saatnya kampanye ya? Maaf...maaf...maaf....jangan pilih Ahok sekarang deh. Ntar aja, nanti di 2017 ya! ---Michael Sendow---

Salam bahagia bukan ala saya...
Cheers!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun