Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Lucu di Negeri Paman Sam

20 Oktober 2015   12:08 Diperbarui: 20 Oktober 2015   14:28 1903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption=""A day without laughter is a day wasted" (Pic Source: www.pinterest.com)"][/caption]Berikut ini, pagi menjelang siang ini, saya berkeinginan menulis sesuatu yang ringan-ringan saja. Mumpung baru selesai minum ‘Kopi Kawangkoan’. Enaaaak! Kisah ini diangkat dari kisah nyata.

Ternyata, kita bisa tertawa dengan kejadian-kejadian lucu yang terjadi di sekitar kita. Kejadian itu banyak sekali. Tinggal bagaimana kita menggali dan menemukannya.

So, tertawalah selagi kita masih diberikan kesempatan untuk tertawa. Bukankah tertawa dan tersenyum itu sehat? Seperti Charlie bilang, sehari tanpa tertawa adalah hari yang terbuang.

Hidup di Amerika, saya menemukan banyak kejadian menarik dan lucu. Ada juga kejadian menyedihkan, kejadian horor dan ada juga yang heroik. Tapi kali ini saya fokus ke yang lucu saja yah.

Mungkin banyak yang belum tau apa itu Amerika? Itu sebetulnya adalah nama sebuah negara sekaligus nama sebuah benua. Orang menyebutnya Uncle Sam (Paman Sam), meskipun sampai detik ini saya belum tau siapa sebetulnya nama bibinya, istri si Uncle Sam itu. Biarlah, kita tinggalkan sementara hal itu karena bukan urusan kita.

Banyak pengalaman lucu yang tak terduga-duga di sana. Kadang membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Maklumlah ini kan di negeri orang, jadi semua yang serba lucu pasti akan menjadi pengalaman menarik buat kita. Sudah beberapa yang pernah saya tuliskan di sini, kini beberapa yang lain yang ingin saya tuliskan juga.

 

“Salad Dabu-Dabu”

Anda tau ‘dabu-dabu’ kan? Itu adalah istilah Manado untuk menyebutkan rica (rawit dan cabe) yang sudah dicampur tomat segar, bawang iris, dan ditaburi garam, sedikit gula dan tentu saja cairan dari jeruk nipis. Ada juga yang menambahkan sedikit minyak goreng panas ke atasnya. Ooh, enak sekali. Dabu-dabu ini sudah me-nasional bahkan men-dunia. Di restoran-restoran sudah banyak yang menyajikan ini sebagai pelengkap makanan yang tersaji. Di Amerika juga dabu-dabu selalu hadir dalam tiap pesta atau acara resepsi apapun, di kalangan orang Indonesia tentunya.

Nah, suatu ketika orang rumah saya bikin pesta HUT. Dia mengundang beberapa kawan bulenya. Ada yang asal Irish ada pula yang asli Amerika. Dia juga mengundang supervisor di kantornya. Pokoknya acara itu rame dan meriah.

Kini tiba acara makan-makan. Setelah doa, semua langsung menyerbu meja makan, sebuah tanda bahwa kelaparan banget nih orang-orang. Saya ikut antre hehehe, lapar nggak boleh disembunyiin, bahaya.

Pas giliran si supervisor bule itu ambil makanan, eh dia ambil itu dabu-dabu duluan, nggak tanggung-tanggung satu piring makan banyaknya. Bayangkan tanpa nasi dan lauk apapun. Sambel dabu-dabu tok! Saya kaget. Dalam hati saya, ini orang jauh lebih hebat dari saya yang Manado asli, penyuka pedes, dan yang jelas tak bisa makan tanpa kehadiran rica. Undangan lain sibuk makan dan tak ada yang memperhatikan dia.

Saya perhatikan terus gerak-geriknya. Dia kemudian duduk dan menyantap lahap rica dabu-dabu itu. Wow! Belum habis rica dabu-dabu itu, wajahnya sudah merah kayak kepiting rebus dan keringat serta air mata tercurah bagaikan hujan lebat.

Lalu orang-orang mulai menatap dia sambil tersenyum, ada yang ngakak pula. Kasihan. Berkatalah dia, “This salad is crazy, man! Too spicy….” (Gila, salad ini terlalu pedes) Hahahaha ternyata dia pikir dabu-dabu itu sejenis salad. Wajar saja karena di acara resepsi orang Amerika biasanya salad selalu hadir dalam tiap pesta. Dia lupa, ini pestanya orang Manado.

Tapi apa boleh buat, karena sudah terlanjur ambil sepiring, ya mau tidak mau dia berusaha habisin, malu dia kalo nggak dihabisin. Bagi mereka juga, pantang makanan yang sudah diambil dan tak dihabisin (wasting food). Jadilah setelah acara itu dia absen dua hari oleh karena sakit perut. Alamak!

 

“Kenyan Soup”

Setiap budaya di dunia ini memang berbeda-beda. Lain orang bule (white people) lain pula orang hitam (black people).

Saya pernah ikut tamasya dengan teman-teman kantor. Nah, kebanyakan staff yang ikut adalah mereka yang datang dari Afrika, yaitu antara lain dari Kenya, Sierra Leone,dan Jamaica. Dalam acara itu kita ada 'jadwal kerja' yang disepakati bersama.

Ketika tiba giliran masak-masak, kita bagi tugas juga, yaitu jadwal memasaknya digilir. Saya hari ini, kawan yang satunya lagi keesokan harinya, dan begitu seterusnya. Acara itu berlangsung selama sepekan.

Tibalah saatnya giliran orang Kenya untuk masak. Karena hari pertama saya masak mi cakalang ala saya, dan rupanya mereka suka, katanya uenak tenan. Rasanya sedap dan ada juga rasa yang lain, yaitu rasa minta tambah lagi dan lagi. He he he, rupanya kawan asal Kenya ini berniat memasak yang hampir sama, yaitu yang ada kuah-kuahnya, biar dapat pujian juga gitu. Makanya memasaklah dia sop ala dia sendiri.

Selesai masak, disajikanlah masakannya itu, harumnya sudah sangat tercium. Kita semua satu-satu kemudian mengambil sop yang langsung disajikan dari atas belanga besar. Cukup untuk 7 – 8 orang sajian tersebut.

Giliran saya ambil sop itu, seperti biasa saya selalu membongkar bawahnya dulu supaya daging dan bumbu-bumbunya naik ke atas. Eh, saya kaget, kok ada bunyi-bunyinya…”pltak plutk pltak pltuk”, apaan tuh? Saya jadi penasaran. Saya ambil pake sendok besar bagian bawah sup itu, betapa terkejutnya saya karena yang muncul ke permukaan sup itu adalah butiran-butiran telor yang masih utuh sama kulitnya, tak kurang 7 butih telor dalam belanga itu. Astaga naga ular naga, kenapa bisa begitu?

Rupa-rupanya dia itu tidak tau bagaimana caranya membuat sup pakai telor seperti yang sering kita masak. Mestinya telornya direbus tersendiri, kupas kulitnya dan masukin ke dalam sup lagi, bukannya dicemplungin begitu saja. Ini dia malah masukin ke sup sama kulitnya sekalian. Gimana cara makannya coba? Semua kita tertawa. Yah, apa mau dikata.

Dia bilang, “ Sorry, saya tidak pernah memasak sup pake telor sebelumnya di negara asal saya…” saya bilang ke dia, nggak apa-apa bro, karena kamu orang Kenya, maka anggap saja ini sebagai “Kenyan Soup”. Sup unik, dan tiada duanya di dunia dan di akhirat. Hahahaha!

 

“Let Me See Your ID, Please”

Ini kejadian di sebuah college. Nama college itu Middlesex County College, di NJ. Nah, di college itu ada perpustakaan yang sering digunakan mahasiswa untuk belajar, browsing, buat tugas, dan lain sebagainya. Uniknya, kala itu orang luar pun bisa bebas masuk menggunakan library itu. Saya waktu tahun pertama di Amerika sering belajar dan menggunakan perpustakaannya itu. Penjaganya sudah saya kenal. Satpamnya, bahkan juga beberapa dosen.

Suatu hari ada kawan saya yang belum lama tiba di Amerika ikut-ikutan mau browsing di situ. Ikutlah dia bersama saya. Eh, pas pintu masuk dia dicegat Satpam sekedar bertanya. “Dari mana asal kamu?” Dijawab kawan saya “LA”. Petugas itu heran, karena saya juga waktu itu ngakunya dari LA juga. "Oh jadi kamu dari LA dan hanya jalan-jalan saja ke NJ?",  “Iya" jawab kawan saya singkat. Ternyata petugas itu juga dari Los Angeles (LA), “Yeah me too….”. Dia senang karena tau kalau ternyata kita sama-sama orang “LA”. Ha ha ha, padahal kita ngarang aja.

Dia nggak tau kalau kawan saya hanya bercanda, tentu saya juga becanda waktu ditanyain sebelum-sebelumnya. Yang pasti kawan saya bilang LA yang dia maksud adalah Lenteng Agung. Kalau saya, ya pastilah desa LA di Minahasa yang saya maksud, yaitu Langowan Atas .

Maka masuklah kami berdua ke ruang perpustakan di college itu. Saya buat banyak tugas-tugas saya kala itu, dan kawan saya itu nggak tau deh browsing apaan. Nggak jelas. Saya sempat cek sih, dan yailah dia ternyata main catur online dan nonton youtube. Abis itu dia juga ngeprint tulisan banyak banget. Saya bilang ke dia untuk hati-hati, karena printer disediakan untuk orang bikin tugas kuliah, bukan buat yang lain. Dia cuek.

Tiba-tiba ada petugas penjaga perpustakaan yang kayaknya sudah mulai curiga datang mendekat. Lalu kemudian disamperinlah kawan saya itu. Bahu kawan saya ditepuk, dan penjaga yang lumayan kekar badannya itu berkata, “Let me see your ID, please”. (Tentunya yang dia maksudkan adalah ID card – tanda pengenal mahasiswa college tersebut). Gawat, dia curiga.

Kawan saya melongo, nggak terlihat gugup sih. Dia ini cuper cuek kayaknya. Dia pura-pura mencari ID card dalam dompet dia. Tidak ketemu. Ya jelas tak bakalan ketemulah wong emang nggak punya.

Sambil tersenyum manis, kawan saya ini lalu kemudian menatap dengan tatapan polos bak tak berdosa ke wajah penjaga perpustakaan itu sambil berkata, “I don’t have ID but I have IDEA…” (Saya tidak punya ID – Tanda Pengenal – tapi saya punya ide). Saya ngakak. Apalagi melihat wajah penjaga yang memerah dan terlihat menjadi amat gusar.

Tiba-tiba penjaga perpustakaan ini mengangkat tanggannya, menunjuk ke arah pintu dan berteriak, menggertak, “Get Out!!”.

Dasar kawan saya memang ‘rada gokil’ (kata anak Jakarta), dia malah berbisik pelan ke penjaga itu, “Calm down boss, I will get out, I’m done here…” dia masih melanjutkan dengan kalimat, “tanpa diusir pun memang saya sudah hendak pergi dari tempat ini kok…”

Ia lalu melenggang pergi begitu saja, singgah sebentar di tempat printer berada untuk ambil apa-apa yang sudah dia print, lalu dengan entengnya keluar ruangan sambil melambaikan tangan ke penjaga itu. Penjaga dan saya hanya bisa saling pandang. Padahal saya sebetulnya sudah sakit perut nahan ketawa liat wajah penjaga yang penuh kegusaran itu. Hanya saja nggak tega saya ngakak untuk ke dua kalinya.

Ah, sudahlah, cukup sampai di sini dulu kisah nyata jenaka ini. Kalau ada sumur di ladang, bolehlah kita menumpang mandi. Bagaimana kalau tidak ada sumurnya? Ya kita cari sumur-sumur yang lain saja, ya nggak? Ya nggak? Kalau tetap nggak ada? Ya nggak usah mandilah dulu, gitu aja kok repot. Salam hangat untuk semua. Cheers! ---Michael Sendow---

“A day without laughter is a day wasted” --- Charlie Chaplin

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun