Namun pada tataran tertentu, eufemisme ini dapat mengaburkan makna sehingga makna semula tidak terwakili lagi oleh bentuk atau konsep yang menggatikannya. Pergeseran makna ini tentu akan memberikan pengaruh terhadap masyarakat umum. Itulah kemudian maka banyak kali muncul kata-kata yang sudah begitu diperhalus, padahal tujuannya bukan itu. Eufimisme dapat mereduksi makna.
Seperti yang sudah saya tulis di atas, seorang penjahat akan tetap penjahat seberapa sopanpun Anda memanggil atau menegur dia. Justru gaya ini acap kali membuat ruang kesadaran seseorang tertutup rapat. Karena selalu diperhalus, ya orang itu tidak akan sadar-sadar juga. Orang malas dan para koruptor tidak boleh ditegur pakai gaya eufimisme, mereka harus ‘ditampar’ pakai gaya sarkasme. Mungkin seperti itulah.
Tujuan awal yang baik eufemisme ini adalah untuk bersopan santun. Namun, di balik semua itu ada hal-hal yang lantas kemudian keluar dari tujuan semula. Kadang sopan santun artificial itu dipakai sangat lebay. Sikap sopan santun semu lalu kemudian marak muncul dimana-mana. Terkadang hanya sekedar mencari simpati. Terkadang pula hanya kamuflase menutup-nutupi kejahatan yang sudah membukit, bahkan menggunung.
Memang tujuan penggunaan eufemisme adalah untuk bersopan santun. Tetapi jangan Anda salah, banyak yang menggunakannya untuk menipu. Saya pernah baca sebuah tulisan menarik yang berjudul eufemisme adalah sopan santun yang menipu.
Akhir kata, apakah kata-kata teguran kita yang kasar (karena memakai majas sarkasme) lalu kemudian kita menjadi tidak beretika. Atau perbuatan-perbuatan rutin yang kita lakukanlah yang menunjukkan apakah kita punya etika atau tidak? Terserah Anda mau memilih yang mana. Apakah kembali, Anda akan terpaku dan terpana hanya pada bungkus (kulit), atau lebih memilih untuk memeriksa isi (konten) terlebih dahulu. ---Michael Sendow---
"Sarcasm helps me overcome the harshness of the reality we live, eases the pain of scars and makes people smile" --- Mahmoud Darwish
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H