Akhirnya perjalanan pun dimulai. Kapal besar yang dinahkodai Cheng Ho itu memiliki panjang mencapai tak kurang dari 146 meter dan lebarnya sekitar 50 meter. Ukuran kapal tersebut hampir 7 kali lipat lebih besar dari kapal yang dipakai Vasco Da Gama, yaitu dengan panjang hanya sekitar 23 meter dan lebar tak lebih dari 5 meter. Di kapalnya Cheng Ho, telah disediakan juga 60 kamar khusus untuk para pengiring yang ikut, seperti orang-orang penting kerajaan termasuk juga buat para pejabat dan ‘duta besar’ bangsa lain yang ikut serta dalam pelayaran itu. Dalam alur perjalanannya, Cheng Ho ini telah menempuh tujuh ekspedisi maritim untuk menemukan benua-benua. Kebanyakan buku sejarah hanya mencatat nama penjelajah lain semisal Christopher Colombus dan Vasco da Gama. Padahal Cheng Ho juga sudah ada satu abad lebih dulu dari Colombus. Kapal Cheng Ho sepuluh kali lebih panjang dari kapal Colombus. Armada Cheng Ho seratus kali lebih besar dari armada Colombus. Dampak yang ditimbulkan juga berbeda. Ekspedisi Cheng Ho berbuah persahabatan dan pertukaran ilmu pengetahuan, sedangkan ekspedisi Colombus menularkan penyakit dan menimbulkan penjajahan. (Baca juga tulisan sejenis di sini:Potensi Budaya
Dapat kita telusuri bahwa sejumlah kapal yang dibawa Cheng Ho turut bersamanya memang sangat besar dan sudah sangat siap. Ada kapal harta yang diperuntukkan bagi pejabat kerajaan, diperkirakan dapat menampung muatan seberat 7000 ton. Ada Kapal Kuda, kapal ini dipakai untuk mengangkut kuda bagi para pasukan berkuda, selain itu juga kapal ini membawa banyak barang-barang keperluan lainnya dalam perjalanan, termasuk upeti-upeti. Kapal Perbekalan juga turut dibawa. Ribuan ton makanan, daging, sayuran dan berbagai bahan makanan dibawa di kapal ini. Ada juga kapal prajurit yang tentu saja berisi prajurit tempur. Selain itu ada juga Kapal Tempur yang ikut serta, kapal ini berfungi menjaga semua armada bawaan Cheng Ho dari segala macam gangguan yang sekiranya muncul atau menghadang. Kapal Pengangkut Air membawa persediaan air bersih dan air minum untuk persediaan seluruh armada selama dalam perjalanan masuk dalam rombongan besar ini. Ada juga beberapa kapal dayung kecil yang turut ikut serta, berfungis sebagai kapal penarik bila nanti dibutuhkan.
Untuk ikut bersamanya selama dalam perjalanan panjang itu, Cheng Ho juga tak lupa mempersiapkan bgeitu banyak orang. Ada sekitar 30.000 pelaut, ratusan pejabat Ming, 180 tabib, ahli feng shui, pembuat layar, pandai besi, tukang kayu, penjahit, navigator, pembuat peta, ahli perbintangan, koki, ahli tanaman, serta juga para penerjemah dengan berbagai latar belakang dan beragam agama. Lalu, berangkatlah mereka semua mengarungi samudera luas, siang dan malam berada di lautan lepas.
Pelayaran yang dilakukan Cheng Ho ternyata tidak memakan waktu 1 bulan saja, bahkan setelah berbulan-bulan berlayar barulah mereka menemukan daratan pertama. Mereka mendarat pertama kali di Kerajaan Campa di Vietnam. Ini adalah diplomasi dan perdagangan pertama oleh armada Cheng Ho di belahan dunia selain Cina.Terjadilah perdagangan dan tukar menukar cindera mata. Hubungan diplomatik pun mulai terbangun. Mereka disambut hangat di sana.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan menuju dan sampai ke beberapa kerajaan lain, seperti di Kerajaan Siam, kemudian mereka juga singgah di Kelantan dan Pahang di Kerajaan Malaka. Setelah mengetahui bahwa wilayah di sekitar kerajaan Malaka banyak juga dihuni oleh orang Islam, Cheng Ho pun membantu mereka mendirikan beberapa Mesjid di sana. Bahkan ada beberapa awak kapal Cheng Ho yang kemudian tinggal menetap di Malaka oleh karena menikah dengan warga setempat, tentu ini semua atas seijin Cheng Ho.
Dari Kerajaan Malaka, kini armada yang dipimpin Cheng Ho menuju Pulau Jawa di bagian Timur. Namun di Pulau Jawa ini, armada dan pasukan Cheng Ho mendapat sambutan tidak bersahabat. Ketika mereka merapat di bibir pantai, tanpa diduga mereka langsung diserang pasukan setempat. Usut punya usut ternyata saat itu sementara terjadi pertikaian hebat di wilayah yang mereka darati tersebut. Ada sekitar 170 orang awak kapal Cheng Ho yang mati terbunuh. Pada saat itu ada pertikaian antara pasukan Raja Wirabumi dan pasukan Raja Wikramawardhana. Karena kesalahpamahan tersebut Raja Wikramawardhana akhirnya meminta maaf kepada Cheng Ho, pada saat itu pasukannya mengira awak kapal Cheng Ho adalah pasukannya Raja Wirabumi.
Setelah kapal Cheng Ho mendarat, ia dan awak kapalnya kembali melakukan perdagangan dan diplomasi. Cheng Ho menyebarkan agama Islam kepada rakyat setempat. Selanjutnya Cheng Ho meneruskan perjalanannya sampai mencapai kawasan Palembang. Di sana ia kemudian bertemu dengan keturunan Cina lainnya yang sudah terlebih dahulu menetap di sana selama beberapa generasi. Dari sana, Cheng Ho meneruskan perjalanan sampai ke Kerajaan Samudera Pasai di Aceh. Di Aceh ia bertemu orang-orang Islam yang sudah ada di sana sejak lama. Habis dari Aceh, Cheng Ho mengarungi lautan berbulan-bulan lamanya, sampai akhirnya tibalah dia di Kerajaan Ceylon (Srilanka). Ia mendirikan tugu di sana dengan tiga bahasa yaitu Cina, Tamil, dan Persia. Ini adalah simbol toleransi dan perdamaian. Setelah hampir setahun berlayar, Cheng Ho mencapai Calicut di India. Dari India Cheng Ho dan pasukannya bersiap-siap untuk kembali ke Cina melaporkan semua hasil perjalanan mereka kepada Kaizar Zhu Di.
Setelah pelayaran pertama itu menuai sukses, Kaisar Zhu Di memerintahkan mereka untuk memulai pelayaran yang ke dua. Nah, pelayaran yang kedua ini dilakukan mereka dengan tetap menempuh jalur yang sama dengan pelayaran pertama. Pada tahun 1409 Cheng Ho dan pasukannya menyelesaikan pelayaran ke dua mereka. Di tahun yang sama tersebut mereka juga masih terus melanjutkan dengan pelayaran ke tiga, namun dengan rute yang tetap sama. Cheng Ho terus membina hubungan baik dan bersahabat dengan raja-raja di setiap kawasan yang ia kunjungi.
Pada tahun 1411, ketika pelayaran ketiganya akan berakhir, ia menyempatkan diri menyerahkan patung Budha ke sejumlah tempat ibadah kerajaan-kerajaan Budha yang sempat ia singgahi. Ini tentu saja menunjukkan sikap Cheng Ho yang penuh toleransi dan penghargaan tinggi pada agama-agama lain, kendatipun ia sendiri adalah seorang muslim. Pulang ke Cina tahun 1411 tersebut, Cheng Ho dan orang-orangnya menulis lalu membukukan semua hasil perjalanan mereka. Catatan mengenai sejarah, geografi, adat istiadat, dan juga kebudayaan-kebudayaan bangsa lain dibukukan. Ada juga ratusan novel sudah dihasilkan di ibukota Beijing, padahal bangsa Eropa baru memulainya 30 tahun kemudian. Budaya berkembang pesat dalam pemerintahan kekuasaan Zhu Di. Cina semakin terbuka dan berkembang pesat.
Zhu Di memang brilian. Ia juga yang memerintahkan pembangunan Kota Terlarang untuk menjadi area khusus kekaisaran, yang tetap bertahan sampai saat ini. Kaisar yang berpikiran maju ini juga memerintahkan untuk membangun kembali tembok Cina yang sudah sempat rusak karena serangan rakyat Mongol bertahun-tahun yang lalu sebelum mereka menguasai Cina. Ditengah-tengah usahanya Kaisar Zhu Di menyatukan wilayah-wilayah Cina, maka Cheng Ho dan pasukannya kembali melanjutkan ekspedisi ke empat mengarungi samudera raya pada tahun 1413. Pada pelayaran kali ini, Cheng Ho dan pasukannya berhasil mencapai kawasan baru yang berbeda dari perjalanan mereka sebelumnya, yaitu melintasi Laut Arab dan singgah di kota Hormuz di Iran. Setelah ekspedisi ke empat ini usai, Cheng Ho masih melanjutakannya dengan pelayaran yang ke lima. Pada pelayaran ini, ia dan pasukannya berhasil mencapai Pantai Swahili di Afrika. Setelah ekspedisi ke lima selesai, mereka semua kembali ke Beijing pada tahun 1419 dan menetap cukup lama tanpa ada pelayaran apapun.
Setelah vakum cukup lama, Kaisar Zhu Di kemudian menugaskan Cheng Ho untuk melakukan ekspedisi paling besar dalam sejarahnya. Ia menghendaki Cheng Ho dan pasukannya mengelilingi seluruh dunia, tidak hanya pada rute-rute tertentu saja, seperti sebelum-sebelumnya. Cheng Ho menyanggupinya. Maka dengan sigap Cheng Ho mengumpulkan laksamana-laksamana handal dan utama di bawahnya, dan lalu ia membagi tugas buat mereka semua. Kali ini mereka akan berlayar secara berpencar untuk mencapai belahan dunia yang berbeda-beda. Ada 4 laksamana handal dan paling hebat yang dipilih Cheng Ho. Ada yang ditugasi berlayar ke Barat Laut, kemudian yang lain ditugaskan mengambil jalur Khatulistiwa Barat Daya, sementara laksamana yang lainnya lagi ditugaskan untuk pergi ke Samudera Hindia sampai ke Utara Afrika. Komando Utama tetap ada di tangan Laksamana Agung Cheng Ho.