Â
Sastra Kitab Hosea[3]
Â
      Gaya sastra penulisan dalam kitab Hosea tidak sama secara menyeluruh.  Pasal 1-3 tidak dapat dengan mudah dibaca sebagai puisi karena tidak secara konsisten menunjukkan paralelisme Ibrani.  Norman Snaith mengatakan bahwa pasal 1-3 (kecuali 1:10-11) adalah prosa, sedangkan 2:2-23 ditulis dalam bentuk sabda Tuhan dan berupa puisi.  Karya Anderson dan Freedman yang menyelidiki pasal 4-14 menyimpulkan bahwa pasal tersebut sangat dan lebih puitis dari semua tulisan nabi.  Hal ini didasarkan pada munculnya unsur-unsur prosa tertentu, seperti kata sandang Ibrani (h), tanda obyek yang pasti (eth), dan kata ganti penghubung ('asher) yang menunjuk pada sifat puitis. Â
Â
Kisah Hosea-Gomer
Â
      Kisah Hosea dan Gomer merupakan sebuah simbolis bagaimana Allah mengasihi bangsa Israel sebagai umat pilihan yang memiliki Sinai Covenant.  Perjanjian yang dibangun dan dinodai oleh bangsa Israel sendiri menjadi sebuah dilema.  Allah yang penuh kasih harus menepati janji-Nya namun juga tidak bisa diam melihat kejahatan oleh karena Ia adalah adil.  Maka dengan inisiatif-Nya, Ia menebus bangsa Israel sebagaimana firman-Nya terhadap Hosea untuk menebus Gomer yang telah berzinah dan meninggalkannya.
Â
      Kisah Hosea-Gomer banyak menimbulkan statement dari para teolog yang mencoba untuk mengungkapkan kebenaran yang terdapat dalam kisah tersebut.  Karya tulis ini akan memaparkan bagaimana pandangan Hrlich, Marti, W.R. Harper, dan G. W. Andersone, bahwa Hosea dan Gomer benar-benar menikah secara nyata dan itu sebelum Gomer menjadi seorang sundal dan berzinah.
Â