Mohon tunggu...
Pendidikan

Teknologi dan Suara Hati

30 Agustus 2018   01:21 Diperbarui: 30 Agustus 2018   01:25 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hal ini sangat membantu karena selain kita mendapatkan hasil yang maksimal kita juga hanya meneluarkan waktu yang cukup singkat dan menghasilkan banyak sekali tumbuhan daripada jika kita mereproduksi tumbuhan dengan cara reproduksi alami tanpa campur tangan dari manusia sendiri.

Kita dapat mengubah apa sifat yang kita inginkan pada individu baru, kita bias menghilangkan sifat yang sekiranya merugikan atau tidak diperlukan dengan cara hibridasi somatik pasti tidak bias terjadi dengan cara reproduksi alami. Namun tentunya juga ada sisi negatif yang akan terjadi jika teknologi ini semakin maju. Salah satu contohnya adalah penyalahgunaan teknologi kultur jaringan untuk mencuri tumbuhan dari negara lain.

Dengan kultur jaringan dan sifat totipotensi sel, orang dapat membentuk individu baru dari hanya sebagian kecil bagian dari tumbuhan tersebut. Orang dapat menumbuhkan satu pohon hanya dari potongan lapisan luar dari kulit pohon. Jika hal ini dilakukan oleh negara lain, menurut pendapat saya, tentunya salah karena menyalahi nilai etika dan juga UU No 13 tahun 2013 Pasal 17 Ayat (2d) menjual, menguasai, memiliki, dan/atau menyimpan hasil perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin; jika maksud dan tujuan pembentukan individu baru tersebut adalah untuk mengembangkan pohon milik Indonesia di negaranya sendiri untuk alasan komersil.

Untuk mencegah terjadinya 'pencurian' dengan menggunakan kultur jaringan, Indonesia bias memajukan ilmu pengetahuan dan teknologinya dan memperkuat dan mempertegas landasan hukumnya. Tidak hanya itu, hokum tersebut juga harus disosialisasikan kepada masyarakat umum supaya masyarakat juga dapat terlibat untuk mencegah 'pencurian' dan juga tidak melakukan 'pencurian' dengan alas an mereka tidak mengetahui kesalahannya.

Namun pada akhirnya penggunaan bioteknologi ini juga bergantung dengan bagaimana cara kita menerapkannya. Apakah kita menggunakan itu untuk mengembalikan, mengembangbiakan kembali tumbuhan-tumbuhan yang hamper punah. Apakah kita menggunakan itu untuk sebuah penelitian. Atau mungkin kita malah menggunakan bioteknologi untuk keuntungan pribadi kita? Tetapi kita tidak memperhitungkan jika apa yang kita lakukan itu tidak etis atau malah melanggar hukum. Bagaimanapun kita ingin menggunakan teknologi yang sudah ada, untuk dunia yang lebih baik atau kepentingan diri sendiri, kita harus memperhatikan hukum yang berlaku.

Sekian pendapat yang bias saya berikan mengenai topik pro-kontra pemanfaatan sifat totipotensi untuk kultur jaringan. Jika ada kesalahan dalam penggunaan kata yang kurang berkenan pada pembaca, saya mohon maaf. Saya harap artikel ini dapat menjawab pertanyaan anda mengenai topik ini. Terima kasih telah membaca artikel saya. AMDG.

Daftar Pustaka :

- Irnaningtyas, Buku Paket Biologi

- Portal Ilmu (www.portal-ilmu.com)

- Research Gate (www.researchgate.net)

- 'Kelebihan dan Kelemahan Perbanyakan Tanaman secara Generatif dan Vegetatif" (www.farming.id)

- Pintar Biologi (www.pintarbiologi)  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun