"Sejarah memiliki kekuatan untuk membuktikan kita bahwa kita mampu mengatasi masa lalu, dan sudah dibekali untuk masa yang akan datang."
Seluruh dunia mengetahui ini, sebuah pandemi global terbaru, COVID-19. Penyakit Corona (COVID-19) merupakan sebuah penyakit menular yang disebabkan oleh virus baru (SARS-CoV-2). Namun jika kita telusuri lebih dalam, penyakit ini tidak begitu bahaya dibandingkan dengan penyakit-penyakit menular lainnya yang menjadi wabah luar biasa. Salah satunya penyakit SARS, epidemi pertama di abad ke-21.
SARS atau Severe Acute Respiratory System adalah penyakit pernapasan virus yang disebabkan oleh coronavirus, atau SARS-associated coronavirus (SARS-CoV). SARS pertama kali dilaporkan di Asia pada Februari 2003. Virus ini menyebar ke seluruh dunia dalam beberapa bulan, meskipun dengan cepat terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui tetesan yang masuk ke udara ketika seseorang dengan penyakit batuk atau bersin berbicara. Pada 2003 dan 2004, SARS membunuh hampir 10 persen dari 8.098 orang di 29 negara. Menurut WHO, total 774 orang meninggal dunia akibat SARS.
Tidak ada lagi laporan baru mengenai SARS sejak 2004.
Latar Belakang
Epidemi SARS berasal dari Provinsi Guangdong, China, pada November 2002 di mana kasus pertama dilaporkan pada bulan yang sama. Diketahui bahwa virus ini berasal dari binatang yaitu kelelawar kemudian ke musang dan akhirnya ke manusia. Dari manusia menular ke manusia lainnya.
Pada 16 November 2002, seorang pria di Guangdong sakit dengan demam dan gejala pernapasan. Tiga bulan kemudian, otoritas kesehatan Guangdong melaporkan sebuah outbreak mengenai pneumonia misterius yang menyerang ratusan orang. Sepuluh hari kemudian, seorang dokter dari Guangdong melakukan perjalanan ke Hong Kong, tanpa disadari membawa virus tersebut. Dokter tersebut menghadiri sebuah pesta pernikahan di sebuah hotel. Kemudian keesokan harinya, dia merasa sakit dan langsung ke rumah sakit. Dari hotel tersebut, 12 orang terkena infeksi yang kemudian ke bandara dan naik penerbangan internasional. Dari situlah, negara-negara Taiwan, Vietnam, Singapura, dan Toronto tertular virus ini. Virus ini telah menyerang Amerika Utara dan setengah lusin negara-negara Asia.
WHO mengumumkan kasus ini sebagai penasihat perjalanan darurat pertama dalam kurun waktu satu dekade.
Apa Saja Gejala SARS?
SARS memiliki gejala yang mirip dengan jenis-jenis flu lainnya, yaitu:
Demam di atas 38℃, batuk kering, radang tenggorokan, masalah pernapasan, termasuk pernapasan yang pendek, sakit kepala, sakit badan, hilangnya nafsu makan, lemas, pusing, tidak enak badan, berkeringat dan menggigil di malam hari, dan ruam. Sekitar 10-20 persen pasien mengalami diare. Masalah pernapasan akan muncul dalam dua hingga 10 hari setelah seseorang terpapar virus.
Bagaimana SARS bisa menular?
Cara utama penyebaran SARS adalah melalui kontak dekat dari orang-ke-orang. Virus yang menyebabkan SARS dianggap paling mudah ditularkan oleh tetesan pernafasan yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Penyebaran tetesan dapat terjadi ketika tetesan dari batuk atau bersin dari orang yang terinfeksi didorong jarak pendek (sekiar 1 meter) melalui udara dan disimpan pada selaput lendir mulut, hidung, atau mata orang yang berada di dekatnya. Virus ini juga dapat menyebar ketika seseorang menyentuh permukaan atau benda yang terkontaminasi dengan tetesan infeksi dan kemudian menyentuh mulut, hidung, atau matanya. Selain itu, ada kemungkinan bahwa virus SARS mungkin menyebar lebih luas melalui udara (airborne spread) atau dengan cara lain yang sekarang tidak diketahui.
Bagaimana cara menangani SARS?
Tidak ada perawatan yang dikonfirmasi bagi penderita SARS. Obat antivirus dan steroid kadang-kadang diberikan untuk mengurangi pembengkakan paru-paru, tetapi tidak efektif untuk semua orang.
Oksigen tambahan atau ventilator dapat diresepkan jika perlu. Dalam kasus yang parah, plasma darah dari seseorang yang sudah pulih dari SARS juga dapat diberikan. Namun, belum ada cukup bukti untuk membuktikan bahwa perawatan ini efektif.
Hubungan SARS dengan Corona
Virus SARS dan Corona merupakan bagian dari keluarga virus yang sama, sama-sama coronavirus. Bedanya, SARS lebih dahulu ditemukan dan dinamakan dengan SARS-CoV. 17 tahun kemudian, sebuah virus lahir sebagai “adik” dan dinamakan dengan Severe Acute Respiratory Syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Nama ini dipilih dikarenakan virus tersebut secara genetik berhubungan dengan coronavirus yang bertanggung jawab atas terhadap outbreak SARS pada 2003. Diketahui bahwa SARS-Cov dan SARS CoV-2 berbagi 86% dari urutan genome yang sama.
Kedua penyakit sama-sama zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, tepatnya berasal dari kelelawar. Namun, selanjutnya, SARS ditularkan melalui musang, sedangkan COVID-19 ditularkan melalui ular barulah sampai ke manusia dan manusia menular ke manusia lain.
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan oleh kuman untuk berkembang biak di dalam tubuh seseorang hingga menimbulkan keluhan. Berdasarkan masa inkubasinya, kedua virus ini memiliki rentang waktu yang sama yaitu 1-14 hari.
Perbedaan SARS dengan COVID-19
SARS memiliki tingkat kematian yang jauh lebih tinggi (sekitar 10%) dan jumlah orang tanpa gejala atau sedikit gejala setelah infeksi cukup rendah. Jika seorang terinfeksi, maka itu terlihat sangat jelas. Jadi, pengisolasian atau pelacakan kontak dengan SARS lebih mudah dilakukan. SARS benar-benar hilang karena tindakan kesehatan masyarakat. Berbeda dengan COVID-19, jauh lebih sulit untuk menemukan dan melacak mereka yang terinfeksi. Berita baiknya, COVID-19 tidak begitu mematikan jika dibandingkan dengan SARS tetapi transmisibilitas membuatnya lebih sulit untuk dikendalikan.
Belajar dari Masa Lalu
Pada awal kasus SARS, China tidak melaporkan kasus “flu” ini. Tanggapan awal China terhadap SARS terganggu oleh "periode fatal yang ragu-ragu mengenai berbagi informasi dan tindakan." menurut laporan tahun 2004 tentang penanganan wabah tersebut. Butuh beberapa bulan sebelum pemerintah China mulai berbagi informasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Ketika merebaknya virus ini di kota Wuhan pada Desember 2019, pejabat-pejabat China berusaha mengulangi kesalahan SARS.
“Dengan wabah baru-baru ini, saya pikir pemerintah China telah jauh lebih bersedia untuk berbagi informasi dan bersikap terbuka. Faktanya, kepala WHO telah memuji mereka atas kesediaan mereka untuk berbagi,” kata Anne W. Rimoin, PhD, MPH, seorang ahli epidemiologi dan direktur Pusat Kesehatan Global dan Imigran UCLA.
Salah satu perubahan terbesar sejak SARS adalah kemajuan dalam teknologi yang dibutuhkan untuk memahami virus dan mengembangkan tes atau perawatan diagnostik.
Pada bulan Januari, para ilmuwan Cina telah meneliti virus, yang pertama kali muncul pada bulan Desember. Mereka juga membuat informasi itu tersedia bagi para ilmuwan di seluruh dunia. Dengan SARS, para ilmuwan butuh sekitar 5 bulan untuk mengidentifikasi virus setelah mulai menyebar.
Karena dengan menerima informasi yang resmi dan ter-update, sangat membantu pejabat kesehatan masyarakat untuk mengatasinya. Begitupun dengan dalam riset dan teknologi, kemampuan untuk mengidentifikasikan virus sangat penting dan dapat dilakukan secara cepat.
Teknologi genetik yang baru menjadi sebuah perkembangan bagaimana China dan negara-negara lain mengatasi coronavirus yang baru, SARS-CoV-2. Pembatasan perjalanan saat ini di China jauh lebih ketat daripada saat SARS.
Ketika kita balik ke tahun 2003, mungkin kita berpikir bahwa wabah ini sangat mematikan dan kedepannya akan sangat hancur. Namun, kita telah melampaui masa tersebut dan buktinya tahun 2004 tidak ada lagi laporan mengenai wabah SARS. Sekarang, tahun 2020, kini datanglah COVID-19, yang menjadi pandemi global. Ini membuktikan bahwa sebuah penyakit bisa muncul lagi dan manusia tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. 17 tahun yang lalu sebuah epidemi berhasil diselesaikan, kini waktunya untuk membuktikan bahwa masa lalu tidak sia-sia dan perjuangan melawan COVID-19 akan semakin baik daripada yang lalu. Karena kita percaya kan bahwa zaman semakin maju, segala solusi permasalahan dapat diatasi dengan berbagai macam cara yang lebih kreatif, efektif, dan maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H