Mohon tunggu...
Michael The
Michael The Mohon Tunggu... Lainnya - B.E(Civ)(Hons)

Manusia biasa yang suka menuangkan pikirannya terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya. Pro Kontra biasa asal disertai pemikiran dan perasaan yang beralasan. Selamat menikmati.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pikiran dan Perasaan #8 - "Sudut Pandang"

27 November 2020   00:08 Diperbarui: 27 November 2020   00:26 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal inilah yang menjadi penyakit di masyarakat, di mana suatu kebenaran/fakta dikonsumsi secara tidak utuh yang mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman dan konflik, terutama di kalangan masyarakat yang tergolong usia dewasa memasuki masa tua (45 keatas) dimana sedikit sulit untuk mereka dalam mengakses kebenaran atas suatu informasi. Makanya terkadang ada jokes bahwa penyebar HOAX paling ampuh adalah grup WA keluarga atau grup WA emak-emak. 

Disatu sisi juga tidak sedikit kaum muda yang malas untuk mengklarifikasi suatu informasi ditambah dengan emosi yang masih labil, menyebabkan kaum ini menjadi agen terbaik dalam penyebaran informasi hoax. Padahal, jika banyak kaum muda yang dengan pengetahuan dan kesadaran mereka akan akses informasi melalui media sosial dipergunakan dengan baik, maka hoax-hoax yang tersebar juga dapat diimbangi dan diberantas dengan informasi dan klarifikasi yang benar. 

Dalam 2-3 tahun belakangan ini, terutama di masa pandemi Covid-19 tahun ini, banyak sekali platform-platform wawancara di berbagai kanal terutama Youtube yang memuat berbagai wawancara eksklusif dan menarik. Beberapa tokoh-tokoh publik baik di dunia entertainment, politik, bisnis bahkan di tokoh media konvensional ikut dalam memperakarsai platform-platform tersebut yang bisa juga dikenal dengan nama podcast. 

Channel Youtube yang mungkin kita pernah dan sering dengar yaitu podcast Deddy Corbuzier.  Ada juga podcast ruang Sandi (Sandiaga Uno), DI's way (Dahlan Ishkan), Helmy Yahya Bicara dan masih banyak lainnya. 

Nama-nama yang saya sebut di atas lebih ke arah mewawancarai seorang tokoh publik secara 'formal" yaitu duduk dalam suatu ruangan dan membicarakan tentang berbagai topik. Ada juga channel yang kebanyakan dikelola oleh selebriti yang lebih menyajikan diskusi lebih cair dengan berbagai konsep seperti Boy William dibalik pintu, Andre Taulany dan lainnya. 

Bagi saya, cara ini sangat efektif dalam menyajikan suatu bentuk informasi akan suatu kejadian atau sosok yang dapat memberi perspektif lain dari kejadian atau sosok itu sendiri. 

Contohnya, mungkin selama ini artis A terlihat sangat kaya dan hidup bergelimpangan harta, ternyata setelah diliput ke rumah dan aktivitasnya sehari-hari merupakan sosok yang sangat rendah hati dan rajin berbagi. Atau, politisi B yang diberitakan selalu kontroversial dan banyak dikritik, namun setelah diwawancarai merupakan seseorang yang mempunyai wawasan luas dan berbagai pencapaian nasional maupun internasional. 

Perspektif inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menyeimbangi antara berita yang dikonsumsi selama ini (berbagai polesan dan kontroversi) dengan fakta sesungguhnya yang ada, sehingga publik dapat menilai dan mengkoreksi sudut pandangnya akan suatu peristiwa atau figur yang selama ini ramai diperbincangkan dijagat maya. 

Satu contoh pribadi saya mengenai sosok Haikal Hasan yang selama ini cukup kontroversial karena dianggap sebagai orang yang radikal karena memihak kepada salah satu ulama yang cukup kontroversial. 

Saya pribadi sempat kecewa dengan sikapnya karena sebelumnya juga saya mengetahui beliau merupakan motivator yang cukup handal dan cakap. Namun, beberapa minggu lalu saya menyaksikan podcast Deddy Corbuzier yang isinya adalah wawancara singkat dengan beliau. 


Di podcast tersebut cukup banyak klarifikasi dan informasi yang dapat kita dengar dari beliau sendiri yang bertentangan dengan apa yang selama ini diberitakan di media. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun