Mohon tunggu...
Michael The
Michael The Mohon Tunggu... Lainnya - B.E(Civ)(Hons)

Manusia biasa yang suka menuangkan pikirannya terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya. Pro Kontra biasa asal disertai pemikiran dan perasaan yang beralasan. Selamat menikmati.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pikiran dan Perasaan #8 - "Sudut Pandang"

27 November 2020   00:08 Diperbarui: 27 November 2020   00:26 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salam Sejahtera, Assalamualaikum wr wb, Shalom Alaichem
Om Swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan 

Salam damai para pembaca kompasiana, semoga kabar anda sekeluarga baik dimana pun anda berada. Kali ini saya ingin membahas tentang sesuatu yang sedikit berbeda dari topik-topik saya sebelumnya. Di artikel kali ini saya ingin menggali sedikit tentang sudut pandang kita sebagai masyarakat Indonesia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita sekarang ini. 

Apakah saudara/i sekalian masih mengingat dalam bayangan kehidupan kita balik ke 10 tahun yang lalu? Rasanya lebih damai dan tenteram bukan? Tidak terlalu banyak gejolak di segala aspek kehidupan, terutama politik. Beberapa tahun ini (puncaknya ketika kasus penistaan agama), kehidupan bermasyarakat terasa seketika berubah. 

Banyak sekali gejolak-gejolak politik yang terjadi oleh berbagai kubu dengan berbagai kepentingan ditambah lagi beberapa 'bumbu' agama yang pada akhirnya terkadang berdampak pada ekonomi dan keamanan masyarakat di seluruh pelosok tanah air, khususnya di ibukota. Sebenarnya apa sih yang mengakibatkan perubahan ini terjadi begitu cepat? 

Secara pribadi, jawaban saya mungkin adalah perkembangan sudut pandang masyarakat yang dipengaruhi oleh kehidupan bersosial media. Seperti yang kita ketahui bahwa sekitar 10 tahunan ini, penggunaan sosial media menyebar begitu cepat dan luas. Saat ini, hampir setiap manusia yang mempunyai perangkat handphone dan akses internet sudah pasti mempunyai sosial media, entah Facebook, Instagram, Twitter, dll. 

Suatu informasi menyebar dengan sangat cepat melalui sosial media dari titik satu ke titik yang lain, dari negara satu ke negara lain. Nah, informasi-informasi inilah yang entah mengandung kebenaran atau tidak, membentuk berbagai sudut pandang di masyarakat. Ada yang langsung  gampang mempercayainya, ada yang tidak percaya dan ada juga yang percaya namun dengan modifikasi dan klarifikasi. 

Sudut pandang inilah yang mempengaruhi PIKIRAN dan PERASAAN seseorang atas suatu hal ataupun suatu figur yang viral di masyarakat.

Saya pun secara pribadi juga cukup sering terpancing untuk langsung mempercayai sebuah informasi yang menurut pandangan saya secara sekilas teRASA benar. 

Apalagi, di jaman sekarang ini, banyak media yang suka untuk menggunakan clickbait di judul-judul beritanya. Yang artinya media berusaha menarik pembaca untuk mampir ke beritanya dengan judul yang dibuat menarik yang mengandung penggalan dari suatu berita. 

Penggalan inilah yang biasanya bersifat sensasional dan dapat disalah artikan jika tidak dipahami secara seutuhnya. Nahasnya, cara media ini malah menjadi batu sandungan di masyarakat. 

Masih banyak orang yang malas untuk membaca berita secara utuh dan hanya mengandalkan judul sebagai pedoman yang menentukan pendirian dan sudut pandang mereka atas suatu hal yang terjadi. Judul itu pun juga bisa membuat seseorang untuk pro atau kontra terhadap seorang figur yang sedang ramai diperbincangkan. Dan hal-hal inilah yang akhirnya tergolong sebagai berita bohong alias HOAX. 

Hal inilah yang menjadi penyakit di masyarakat, di mana suatu kebenaran/fakta dikonsumsi secara tidak utuh yang mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman dan konflik, terutama di kalangan masyarakat yang tergolong usia dewasa memasuki masa tua (45 keatas) dimana sedikit sulit untuk mereka dalam mengakses kebenaran atas suatu informasi. Makanya terkadang ada jokes bahwa penyebar HOAX paling ampuh adalah grup WA keluarga atau grup WA emak-emak. 

Disatu sisi juga tidak sedikit kaum muda yang malas untuk mengklarifikasi suatu informasi ditambah dengan emosi yang masih labil, menyebabkan kaum ini menjadi agen terbaik dalam penyebaran informasi hoax. Padahal, jika banyak kaum muda yang dengan pengetahuan dan kesadaran mereka akan akses informasi melalui media sosial dipergunakan dengan baik, maka hoax-hoax yang tersebar juga dapat diimbangi dan diberantas dengan informasi dan klarifikasi yang benar. 

Dalam 2-3 tahun belakangan ini, terutama di masa pandemi Covid-19 tahun ini, banyak sekali platform-platform wawancara di berbagai kanal terutama Youtube yang memuat berbagai wawancara eksklusif dan menarik. Beberapa tokoh-tokoh publik baik di dunia entertainment, politik, bisnis bahkan di tokoh media konvensional ikut dalam memperakarsai platform-platform tersebut yang bisa juga dikenal dengan nama podcast. 

Channel Youtube yang mungkin kita pernah dan sering dengar yaitu podcast Deddy Corbuzier.  Ada juga podcast ruang Sandi (Sandiaga Uno), DI's way (Dahlan Ishkan), Helmy Yahya Bicara dan masih banyak lainnya. 

Nama-nama yang saya sebut di atas lebih ke arah mewawancarai seorang tokoh publik secara 'formal" yaitu duduk dalam suatu ruangan dan membicarakan tentang berbagai topik. Ada juga channel yang kebanyakan dikelola oleh selebriti yang lebih menyajikan diskusi lebih cair dengan berbagai konsep seperti Boy William dibalik pintu, Andre Taulany dan lainnya. 

Bagi saya, cara ini sangat efektif dalam menyajikan suatu bentuk informasi akan suatu kejadian atau sosok yang dapat memberi perspektif lain dari kejadian atau sosok itu sendiri. 

Contohnya, mungkin selama ini artis A terlihat sangat kaya dan hidup bergelimpangan harta, ternyata setelah diliput ke rumah dan aktivitasnya sehari-hari merupakan sosok yang sangat rendah hati dan rajin berbagi. Atau, politisi B yang diberitakan selalu kontroversial dan banyak dikritik, namun setelah diwawancarai merupakan seseorang yang mempunyai wawasan luas dan berbagai pencapaian nasional maupun internasional. 

Perspektif inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menyeimbangi antara berita yang dikonsumsi selama ini (berbagai polesan dan kontroversi) dengan fakta sesungguhnya yang ada, sehingga publik dapat menilai dan mengkoreksi sudut pandangnya akan suatu peristiwa atau figur yang selama ini ramai diperbincangkan dijagat maya. 

Satu contoh pribadi saya mengenai sosok Haikal Hasan yang selama ini cukup kontroversial karena dianggap sebagai orang yang radikal karena memihak kepada salah satu ulama yang cukup kontroversial. 

Saya pribadi sempat kecewa dengan sikapnya karena sebelumnya juga saya mengetahui beliau merupakan motivator yang cukup handal dan cakap. Namun, beberapa minggu lalu saya menyaksikan podcast Deddy Corbuzier yang isinya adalah wawancara singkat dengan beliau. 


Di podcast tersebut cukup banyak klarifikasi dan informasi yang dapat kita dengar dari beliau sendiri yang bertentangan dengan apa yang selama ini diberitakan di media. 

Banyak hal-hal positif yang dapat saya ambil, yang akhirnya setidaknya menyeimbangi sudut pandang saya terhdap beliau. Begitu juga untuk orang-orang yang terkadang tidak menyukai suatu sosok karena pemberitaan media. 

Marilah kita coba untuk sedikit mempelajari sosok tersebut sebelum berkesimpulan (jangan menaruh benci sebelum yakin atas kebenaran). Ada figur-figur yang memang seperti diberitakan di media namun ada juga figur-figur yang mempunyai kepribadian yang berbeda ketika ditemui secara personal. Ada juga yang sebenarnya ingin melakukan hal baik naum mungkin caranya saja yang kurang tepat atau tidak sepemahaman dengan kita. 

Begitu juga sama halnya untuk berbagai program/peraturan pemerintahan yang terkadang memicu kontroversi, seperti Omnibus Law yang karena 'tergoreng' oleh media menjadi sesuatu yang buruk dan menjadikan kebanyakan orang berpandangan negatif (tanpa memandang adanya dampak positif dari peraturan tersebut). 

Ada baiknya kita mencari informasi-informasi dari sumber-sumber yang kredibel dan terpercaya serta ahli dibidangnya agar sudut pandang kita menjadi lebih luas dalam menyimpulkan suatu kontroversi dan menempatkan diri kita untuk pro atau kontra dengan pemahaman serta alasan yang jelas. Karena tidak ada satupun peraturan, program ataupun pribadi yang dapat memeuaskan semua orang. 

Namun, juga tak semua yang disajikan baik di media konvensional maupun podcast harus kita percayai 100% karena setiap orang punya cara untuk memperlihatkan sisi baik dirinya di depan kamera, bisa saja ada hal-hal lain off  kamera yang tidak terekspos keluar. Contohnya kasus yang baru saja terjadi kepada Mentri KKP Edhy Prabowo. 

Di suatu podcast dan media ia terlihat cukup lantang dan berlogika tentang kinerjanya di KKP dan bagaimana ia berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan. Tapi nahas, beliau beberapa waktu yang lalu terciduk oleh KPK karena diduga terlibat dalam kasus benih lobster yang selama ini justru menjadi 'jurus' andalannya. 

Segala informasi yang disajikan di media sosial tujuannya adalah baik yaitu untuk memberikan kita akses informasi yang mungkin bermanfaat dan dapat berdampak kepada kehidupan kita. Namun, ada baiknya kita tidak terpatok pada suatu pemberitaan secara gamblang yang menyudutkan perspektif kita akan sesuatu.

Penggalian informasi lebih lanjut serta klarifikasi kepada ahli atau sumber terpercaya dapat membantu kita untuk lebih yakin akan pendirian kita. Pada akhirnya, kepedulian kita terhadap informasi yang kita konsumsi akan bermanfaat untuk menjadikan kita pribadi yang lebih bijak dalam bersosial media. Dan nilai lebih apabila kita bisa membantu dalam meluruskan kekeliruan dan kebingunan yang sering terjadi di dunia maya. 

Salam hangat, 

MT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun