Mohon tunggu...
Michael Sean
Michael Sean Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wayang Potehi, Hiburan Kawak Tiongkok

20 September 2018   12:35 Diperbarui: 20 September 2018   13:10 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Wayang Potehi adalah salah satu jenis wayang yang berangkat dari negara Cina. Dibawa oleh perantau asal Cina yang mendarat di Nusantara pada Zaman dahulu.

Nama aslinya adalah Pouw Tee Hie yang diambil dari dialek Hokkian yang artinya boneka sarung. Tingginya sekitar 30cm dan lebarnya kurang lebih 15cm dengan kepala, tangan, dan kaki yang terbuat dari kayu, sedangkan bajuya terbuat dari kain Blacu.

Sama seperti Wayang Kulit, Wayang Potehi diiringi dengan musik oleh 3 pemusik dan dimainkan oleh dalang dan asistennya. Dalam menampilkan Wayang Potehi, dibutuhkan beberapa instrumen musik  seperti, Erl Hu (biola besar), Yana (biola kecil), Piat Ko (drum), Twalo, Dongko ( gong kecil) dan Yang Cing. Kisah yang diangkat adalah kisah tentang kepahlawanan, raja, dan kehidupan dewa.

Menurut legenda, Wayang Potehi diciptakan oleh 5 narapidana yang dijatuhi hukuman mati pada masa Dinasti Tang. Mereka bermain dengan sebuah kain persegi empat yang salah satu ujungnya diikat sehingga terbentuk seperti boneka yang memiliki kepala, badan dan tangan.

Hal ini dilakukan untuk menghibur diri mereka sendiri sehingga tidak teringat dengan hukuman mati yang akan mereka jalani. Boneka tersebut digerakkan seperti sedang memainkan wayang. Perlengkapan makan dan masak merupakan alat musik yang digunakan untuk mengiringi permainan tersebut pada saat itu.

Raja Tiu Ong mendengar hal tersebut lalu meminta mereka untuk tampil di depan raja. Akhirnya mereka berhasil membuat Raja Tiu Ong senang sehingga mereka dibebaskan dari hukuman mati. Setelah keluar dari penjara, mereka tetap menggelar pertunjukan Wayang Potehi sehingga Wayang Potehi dapat dikenal masyarakat.

Di Indonesia sendiri Wayang Potehi pernah dilarang oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1967 dengan peraturan presiden no.14 yang berisi tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat masyarakat Tiong Hua di Indonesia. Tepatnya dari tahun 1967 sampai 1998 budaya Cina dilarang. 

Zaman-zaman Soeharto merupakan masa kelam budaya Cina dimana Presiden Soeharto ingin melakukan asimilasi terhadap orang-orang Tiong Hua dengan membuat kebijakan-kebijakan yang cukup ketat dalam pelarangan budaya Cina.

Saat itu, masyarakat Tiong Hua hanya diperbolehkan menggelar perayaan dan kesenian di lingkup internal dan tidak mencolok. Meskipun kebijakan itu menghendaki kebudayaan Cina dilaksanakan di lingkup internal seperti di kelenteng tapi kenyataannya, mereka sering di razia oleh petugas pemerintah untuk menghentikan pertunjukan mereka.

Hal itu menyebabkan hanya segelintir orang yang mengetahui dan merasakan budaya Wayang Potehi yang sebenarnya. Pada zaman reformasi, masyarakat Tiong Hua di Indonesia baru dapat mempertunjukan kebudayaan mereka bahkan hari raya Imlek pun menjadi hari raya nasional. Semua itu dapat terjadi karena Presiden Abdurrahman Wahid menghendaki untuk mencabut peraturan presiden no.14 itu.

 Secara tradisi, Wayang Potehi dipertunjukan untuk menyembah dewa dan para leluhur di kelenteng-kelenteng. Biasanya acara ini berlangsung pada acara tahunan seperti, Tahun Baru Cina, Cap Go Meh, Festival Tujuh Bulan, Sembahyang Rebutan, dan ulang tahun dewa utama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun