Mohon tunggu...
Michael Nugraha Budiarto
Michael Nugraha Budiarto Mohon Tunggu... Konsultan - Managing Director of ASEAN Youth Organization | Founder eDUHkasi | Passionate Leader

Tertarik untuk berdiskusi, memperbincangkan topik yang pernah atau sedang menjadi polemik. Memiliki blog pribadi di www.huangsperspective.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebenaran Agama dan Memahami Tuhan: Seri Kontemplasi

14 Juli 2020   01:14 Diperbarui: 14 Juli 2020   01:14 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agaknya terlalu berani untuk berkata bahwa salah satu agama saja yang paling benar karena kita sendiri tidak tahu kepastiannya, ditambah dengan fakta bahwa praktik agama dan teksnya pertama kali muncul ribuan tahun yang lalu. 

Pernah pada suatu titik saya bertanya kepada diri saya sendiri, buat apa beragama kalau yang beragamapun masih berperilaku kejam terhadap orang yang tidak seiman? Mungkin pertanyaan ini lebih menohok ketika melihat sikap intoleran yang ada di negara saya sendiri, tapi apalah daya saya? 

Mungkin lebih baik saya berhenti di sini dulu dalam pembahasan tentang agama agar tidak berlarut-larut dan agar bisa melanjutkan ke bagian yang selanjutnya.

TRINITAS DAN USAHA MANUSIA MEMAHAMI TUHAN

Seperti yang telah saya tuliskan, Islam, Yahudi, dan Kristen memiliki akar yang sama yaitu Nabi Abraham. Islam berkembang pertama kali di daerah Mekah, Yahudi dan Kristen di daerah Israel (Yerusalem/Palestina). Sebelum kehadiran YHWH, Kristus, atau, al-Lah, masing-masing daerah tersebut mempercayai dewa-dewa seperti Tiamat, Marduk, al-Lat, al-Uzzat, dan dewa lainnya.

Dalam tulisan ini saya tidak akan menuliskan bagaimana mereka akhirnya memuja YHWH, Kristus, atau al-Lah(Nabi Muhammad sendiri percaya bahwa Tuhan umatnya adalah Tuhan yang identik yang dipuja oleh agama Kristen dan Yahudi). Namun, saya akan lebih membahas tentang bagaimana para filsuf dan teolog yang menganut tiap agama ini mempertanyakan Tuhan, dan bagaimana aktivitas mempertanyakan Tuhan ini kemudian melahirkan berbagai aliran baru yang bernaung di bawah agama-agama tersebut.

Pada 20 Mei 325, Kaisar Konstantin mengadakan sidang yang dihadiri oleh para Uskup untuk menyelesaikan perdebatan pandangan antara Athanasius dan Arius tentang ex nihilo[1], yang berarti "dari ketiadaan" dalam bahasa Indonesia. Athanasius sendiri berpandangan bahwa ex nihilo benar adanya dan mengacu pada Kitab Kejadian dan maka dari itu percaya bahwa Yesus memang benar merupakan utusan-Nya dan setara dengan-Nya, sedangkan Arius, tanpa berintensi untuk menghina Yesus, percaya bahwa seharusnya ada perbedaan yang esensial dari Tuhan dan ciptaan-Nya, di mana Tuhan merupakan entitas yang secara mutlak ilahi, sedangkan Yesus merupakan manusia yang "diangkat" ke tahta suci.

Pertemuan itu diakhiri dengan Kredo Nicene dengan keputusan bahwa Yesus memiliki keilahian yang sama dengan Tuhan. 

Dengan terjemahan sebagai berikut:

We believe in one God, 

the Father Almighty, 

maker of things, visible and invisible, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun