Tak lama berselang, ketiga rusa muda itu mendekati sebuah gapura dengan tulisan "Porta Publica", kota bangsa rusa tempat mereka tinggal. Tidak jauh dari gapura itu ada seorang penjual koran rumput. Ia menjajakan dagangannya, tetapi tampaknya belum ada yang membelinya dari pagi tadi hingga siang ini.
"Koran, koran, koran! Harian Rusa, masih seger, seger, seger!" serunya.
"Emang ada yang masih baca koran?" ujar Horemus.
"Gue sih masih baca, terkadang nyolong bokap gue punya," ujar Corus.
"Kata gue sih harusnya lu udah dimuseumin. Tulisannya "Hoc diurna subscribens", atau ini si pembaca koran!" canda Horemus.
"Hahaha," tawa Corus singkat agak tersinggung. "Cape bos, minum teh anggur dulu ga sih?"
Kuy! Tak lama kemudian mereka duduk di sebuah tavern, sedangkan si rusa tua pemilik tavern melayani ketiganya dengan tiga gelas teh anggur dan sepiring acorn sangrai. Ia melihat ketiganya mengenakan gelang kayu yang khas. Horemus, Aelius, dan Corus melepas lelahnya dengan singgah dan nongkrong di tavern itu.
"Mas-masnya habis pada dari mana?" tanya sang pemilik tavern.
"Oh, denger pengumuman KTBR, Pak," ujar Corus singkat.
"Cepet ya, udah mau pemilu lagi. Saya sih pilih Arius Bustardanus," ujar si pemilik.
"Emangnya dia udah nyalon?" tanya Horemus lagi.