Mohon tunggu...
Michael Jarda
Michael Jarda Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Editor in chief at Tanpa Nama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat untuk Maria

21 November 2017   02:03 Diperbarui: 21 November 2017   02:45 3060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi/arthursletters.com

Mungkin kau tertawa membaca surat yang kukirim kepada engkau ini.

Sekali lagi aku bertanya-tanya, kali ini aku mungkin akan menerka jawabanmu tentu ini berkaitan dengan konsentrasi ilmu yang kau pelajari di negeri Paman Sam sana.

Bacalah ini, jangan lupa tertawa bila perlu "laugh so hard you cry," Maria Johnsenku...

"Mengapa menerbitkan uang harus memiliki aturannya tersendiri, bukankah uang itu hanyalah selembar kertas yang dijadikan oleh manusia simbol kekayaan materil, tinggi rendahnya status sosial, atau jangan-jangan kita memang sengaja untuk menciptakan kasta?"

Aduh, semakin tolol saja aku bertanya, sebaiknya engkau tertawa sebentar sebelum lanjut membaca surat curahan hatiku yang pilu dan menjengkelkan ini, Maria.

Kalau saja kau berada di dekatku berbincang denganku saat ini tidak mustahil kau akan mengatakan:

"Hey Udik, itu sudah prosedurnya, menciptakan uang itu berpatokan pada Dollar. Tidak bisa seenak omongmu saja. Begini, jika nilai tukar mata uangku menguat, maka nilai rupiahmu melemah. Nilai uang kami melemah sedikit, bolehlah bangsamu merasa senang jua atau sekadar penghibur di headline-headline berita di sana".

Walaupun tadi aku bertanya-bertanya tentang banyak hal padamu.  Belum senang hatiku, sekarang aku ingin bertanya perihal yang dianggap tabu dalam masyarakat di negaraku, dan menyeramkan bagi orang-orang yang mengatakan dirinya beriman.

Bacalah ini Maria kemudian hayati dengan seksama, dialog antara aku dan hatiku yang tengah mencari iman (yang) tercecer.

"Apakah Tuhan itu ada?

"Dalam ayat dan firmannya selalu mengatakan jadilah orang baik, saleh, kerjakan perintahKu maka akan Kuberikan rahmatku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun