Mohon tunggu...
Michael Vaynard Tjhin
Michael Vaynard Tjhin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Unika Atma Jaya, prodi Bioteknologi. Saya minat ada pada biologi dan aplikasinya pada kehidupan sehari - hari. Hobi saya adalah membaca, menulis, dan "tinkering".

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teknologi Pengiriman Zat Imunoterapi Terkendali

14 Januari 2022   08:08 Diperbarui: 14 Januari 2022   09:04 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Metode Penyampaian Obat Tradisional

Selama ini kita berpikir bahwa obat datang dalam beberapa bentuk tertentu. Baik obat oral, injeksi intravena atau melalui kulit. Bentuk tersebut mencangkup hal seperti pil (oral), suntikan dan infus (injeksi intravena), dan salep (absorpsi kulit). 

Obat oral seperti pil atau serbuk harus ditelan dan diproses melalui liver sebelum dapat masuk ke peredaran darah sehingga dosis yang dibutuhkan lebih tinggi dan efek akan dirasakan setelah waktu lama. 

Jika butuh dosis yang lebih kecil tetapi terkendali, atau butuh efek untuk terjadi dengan lebih cepat, hal seperti konsumsi terkendali dengan menaruh pil di bawah lidah seperti pil nitroglicerin atau melalui infus harus dilakukan.

Selain dari itu, tidak semua zat kimia bersifat stabil atau beberapa zat dapat bereaksi dengan hal lain seperti enzim yang ada di dalam perut atau bahkan sinar matahari sehingga mereka harus dimasukan ke dalam kapsul, atau harus diencerkan dengan zat inert untuk meningkatkan stabilitas dari zat tersebut. Maka karena itu, metode lain untuk penyampaian obat dibutuhkan. Terutama jika obat tersebut memiliki bentuk yang sulit ditangani. 

Sayangnya, karena kesulitan dari mempertahankan dan memastikan absorpsi yang baik untuk salep dan rasa sakit, butuhnya sterilisasi, dan bahaya dari menggunakan jarum untuk suntikan, kedua metode tersebut bukanlah alternatif yang baik untuk penyampaian obat yang dibutuhkan untuk imunoterapi. Terlebih lagi, metode penyampaian yang ada tersebut memiliki kesulitan untuk menarget secara khusus daerah kanker.

Apa Itu Kanker, Jenis Kanker dan Mengapa Kanker Sulit Disembuhkan

Bagi kalian yang tidak tahu, kanker merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan sel tubuh untuk tumbuh tanpa terkendali. Kanker juga bukanlah hanya terjadi pada satu jenis sel tetapi pada sebagian besar sel yang ada. Nama dan jenis dari kanker juga berbeda – beda.

Secara dasar, kanker dibagi menjadi 3 jenis dan masing – masing kanker dapat membuat sebuah kelompok / gumpalan jaringan yang disebut tumor. Kanker dapat dibagi menjadi karsinoma, sarcoma, dan leukaemia. 

Lalu, jika kanker tertentu membuat jaringan tumor, jaringan tumor tersebut disebut tumor ganas (malignant). Jika tumor disebabkan oleh hal lain dan menyebar dengan lambat maka tumor tersebut disebut tumor jinak (benign).

Kanker karsinoma merupakan kanker yang biasa terjadi pada sela tau jaringan yang bersifat sebagai penutup seperti kulit atau jaringan lapisan organ seperti paru – paru. 

Sarkoma merupakan jenis kanker yang terjadi pada jaringan penghubung atau organ penopang seperti tulang, tulang lunak, lemak, otot, atau pembuluh darah. Jenis kanker terakhir, leukaemia, meruapakan jenis kanker yang terjadi pada sel darah putih.

Sesuai dengan jenis dan tipe dari kanker yang ada, kanker tersebut dapat juga berkembang menjadi beberapa stages atau stadium dari kanker yang dilihat sebagai stadium 1 – 4. 

Kanker stadium 1 merupakan bagian awal dari deteksi dan kanker hanya terlokalisasi pada sebuah daerah yang kecil. Kanker stadium 2 merupakan lanjutan dari stadium 1 dan kanker sudah tumbuh lebih besar dan mungkin dapat membuat tumor, tetapi masih berada di daerah yang sama. 

Kanker stadium 3 berupa kanker yang sudah menyebar, terutama pada noda limfa atau jaringan lain dan sudah menjadi kanker yang besar. Kanker stadium 4 merupakan tahapan akhir dan kanker sudah menyebar kepada banyak organ dan daerah lain di tubuh. 

Penanganan kanker biasa dilakukan saat kanker berada di stadium 1 atau 2 karena kalau kanker sudah menyebar maka akan sulit atau mustahil untuk menyembuhkan kanker tersebut.

Seperti yang disebut tadi, kanker dapat memiliki beberapa jenis dan dari jenis serta dari lokasi kanker tersebut, dapat memiliki beberapa nama dan jenis yang spesifik. Contoh dari kanker adalah melanoma yang merupakan kanker sel kulit melanosit, sel yang memproduksi pigment melanin yang memberi kulit warna. 

Berdasarkan penjenisan dan tata nama yang ada, jenis kanker tersebut adalah karsinoma dan dari jenis sel melanosit maka nama kanker tersebut adalah melanoma. 

Jika kanker yang ada terjadi pada otot skeletal maka dari tata nama yang ada, kanker tersebut disebut rhabdomyosarcoma dari gabungan kata sarcoma dan rhabdomyo dari jenis otot skeletal.

Cara Pengobatan Kanker

Karena jenis dari kanker berbeda dan lokasi serta ukuran dan keganasan dari kanker berbeda – beda maka dibutuhkan juga cara untuk menangani masing – masing jenis. 

Dewasa ini, ada beberapa cara  untuk menyembuhkan kanker seperti menggunakan terapi radiasi, kemoterapi, operasi, dan lain – lain. Meskipun metode pengobatan tersebut ditemukan sebagai efektif, sayangnya, pengobatan kanker memiliki banyak efek samping yang negatif. Maka karena itu, pengobatan imunoterapi menjadi pusat dari penelitian agar dapat menyembuhkan kanker secara lebih efektif.

Imunoterapi

Imunoterapi merupakan cara penyembuhan kanker dengan berbagai cara. Ada Checkpoint inhibitor, sitokin, engineered T cells, co – stimulatory receptor agonists, dan vaksin kanker. Berbagai metode ini membutuhkan adanya cara baru untuk menyampaikan obat yang digunakkan dalam bentuk apapun yang dibutuhkan.

Metode Pengiriman Obat Terkendali

Menurut Riley et al. (2019), sekarang ada 3 metode pengiriman untuk imunoterapi yang dikembangkan, nanopartikel dan konjugasi, biomaterial, dan pengantar terapi sel T. Nanopartikel dan konjugasi merupakan metode yang menggunakan modifikasi dari partikel nanomaterial untuk mengendalikan laju pelepasan dan ukuran dari partikel tersebut untuk membawa zat pengobatan seperti antibodi atau zat inhibitor. Nanopartikel yang digunakkan biasa adalah PLGA (polylactic-co-glycolic acid). 

Biomaterial merupakan metode penyampaian obat yang mirip dengan nanopartikel. Biomaterial menggunakan sejenis kompleks molekul untuk dapat membuat sebuah dasar di mana zat pengobatan seperti antigen CD 44 untuk mengaktivasi sel dendritik. Dengan aktivasi tersebut, sistem imun tubuh dapat menyerang sel kanker. 

Selain itu, biomaterial juga dapat digunakkan untuk membentuk sebuah rangka yang melepaskan zat pengobatan untuk pelepasan obat dalam dosis tertentu dalam jangka yang lebih lama.

Selain dari itu, dengan menggunakan materi seperti hidrogel, metode imunoterapi dapat juga digabungkan dan dikembangkan bersamaan dengan bantuan kemoterapi. 

Terlebih lagi, dengan menggunakan zat tersebut dan hal seperti jarum mikro yang sangat kecil dan tidak pandang mata, sebuah patch yang mirip koyo juga dapat digunakkan untuk melepaskan pengobatan jika lokasi kanker dekat kulit (sarkoma).

Metode terakhir adalah menggunakan terapi sel T yang menggunakan sel T yang dimodifikasi dengan adanya reseptor antigen baru. Reseptor antigen tersebut mengizinkan sistem imun tubuh untuk dapat menyerang jenis protein tertentu seperti penanda pada permukaan sel kanker sehingga sel kanker dapat diserang.

Kesimpulan

Kegunaan utama dari berbagai metode penyembuhan kanker tersebut adalah untuk dapat mengembangkan metode penyampaian baru. Metode penyampaian baru ini akan dapat dengan efektif menargetkan hanya sel kanker dan daerah yang terpengaruh tanpa memberikan efek samping lain seperti keganasan berlebih yang biasa menyebabkan sel penghasil rambut untuk juga mati beserta sel lain yang memiliki tingkat aktifitas tinggi. 

Masa depan di mana kita dapat disembuhkan dari kanker menggunakan sebuah hal yang mirip koyo dan kita memiliki injeksi dari partikel nano sudah tidak jauh lagi. Tetapi, masih banyak kelemahan dari metode baru ini yang harus dikembangkan solusinya seperti harga dan kesulitan pembuatan.

Maka karena itu, kita masih membutuhkan lebih banyak lagi pembelajaran dalam topik ini dan masa depan di mana kanker dapat dengan mudah disembuhkan tanpa efek samping tidak jauh lagi. Terima kasih untuk membaca artikel ini dan semoga dari artikel ini, anda mendapat pencerahan tentang metode pengobatan.

Referensi

Barbé, C., Bartlett, J., Kong, L., Finnie, K., Lin, H. Q., Larkin, M., Calleja, S., Bush, A., & Calleja, G. (2004). Silica particles: a novel drug-delivery system. Advanced Materials, 16(21), 1959–1966. https://doi.org/https://doi.org/10.1002/adma.200400771Cole, h. N., Schreiber, N., & Sollmann, T. (1930). Mercurial ointments in the treatment of syphilis: their absorption as measured by studies on excretion. Archives Of Dermatology And Syphilology, 21(3), 372–393. https://doi.org/10.1001/archderm.1930.01440090020002

Gorter, R. W., Butorac, M., & Cobian, E. P. (2004). Examination of the cutaneous absorption of copper after the use of copper-containing ointments. American Journal of Therapeutics, 11(6). https://journals.lww.com/americantherapeutics/Fulltext/2004/11000/Examination_of_the_Cutaneous_Absorption_of_Copper.6.aspx

Graboys, T. B., & Lown, B. (2003). Nitroglycerin. Circulation, 108(11), e78–e79. https://doi.org/10.1161/01.CIR.0000086629.67552.3A

Gref, R., Domb, A., Quellec, P., Blunk, T., Müller, R. H., Verbavatz, J. M., & Langer, R. (1995). The controlled intravenous delivery of drugs using PEG-coated sterically stabilized nanospheres. Advanced Drug Delivery Reviews, 16(2), 215–233. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/0169-409X(95)00026-4

Kapałczyńska, M., Kolenda, T., Przybyła, W., Zajączkowska, M., Teresiak, A., Filas, V., Ibbs, M., Bliźniak, R., Łuczewski, Ł., & Lamperska, K. (2018). 2D and 3D cell cultures - a comparison of different types of cancer cell cultures. Archives of Medical Science : AMS, 14(4), 910–919. https://doi.org/10.5114/aoms.2016.63743

Kauffman, S. (1971). Differentiation of malignant to benign cells. Journal of Theoretical Biology, 31(3), 429–451. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/0022-5193(71)90020-8

Liu, D., Yang, F., Xiong, F., & Gu, N. (2016). The Smart Drug Delivery System and Its Clinical Potential. Theranostics, 6(9), 1306–1323. https://doi.org/10.7150/thno.14858

Mandal, A. S., Biswas, N., Karim, K. M., Guha, A., Chatterjee, S., Behera, M., & Kuotsu, K. (2010). Drug delivery system based on chronobiology—A review. Journal of Controlled Release, 147(3), 314–325. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jconrel.2010.07.122

Zhao, W., Li, Y., & Zhang, X. (2017). Stemness-Related Markers in Cancer. Cancer Translational Medicine, 3(3), 87–95. https://doi.org/10.4103/ctm.ctm_69_16

Zhao, Z., Zheng, L., Chen, W., Weng, W., Song, J., & Ji, J. (2019). Delivery strategies of cancer immunotherapy: recent advances and future perspectives. Journal of Hematology & Oncology, 12(1), 126. https://doi.org/10.1186/s13045-019-0817-3

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun