Anti Tabula Rasa
Menurut KBBI, tabula rasa adalah teori yang menyatakan bahwa setiap individu dilahirkan dengan jiwa yang putih bersih dan suci (yang akan menjadikan anak itu baik atau buruk adalah lingkungannya). Bapak Ki Hadjar Dewantara berprinsip anti tabula rasa, yang berarti bahwa anak lahir bukanlah kertas putih, namun sudah sepaket dengan bakatnya, sehingga pendidikan hendaknya dapat mengoptimalkan potensi agar anak dapat menjadi versi terbaik dirinya.
Sistem Among
Guru bertindak sebagai penuntun atau fasilitator. Guru tidak bertindak sebagai seseorang yang maha tahu dan penentu semua keputusan. Peran guru meliputi ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Di depan sebagai teladan, di tengah sebagai penyemangat, di belakang memberi dorongan. Prinsip ini jugalah yang menjadi semboyan pada logo kementerian pendidikan. Kalimat terakhir "Tut Wuri Handayani" dipilih karena diibaratkan jika seorang guru telah dapat melaksanakan kalimat terakhir, menjadi penuntun, artinya ia telah dapat melaksanakan dua kalimat di depannya.
Berpihak Tanpa Rasa Pamrih
Berpihak pada murid tanpa rasa pamrih yang menjadi prinsip berikutnya merupakan suatu tindakan mendekati murid suci hati tanpa mengharapkan imbalan tertentu. Guru bersama murid menentukan tujuan dan cara dalam mencapai tujuan pembelajaran bersama-sama, mewujudkan semangat belajar sepanjang hayat.
Kodrat Alam dan Zaman
Ki Hadjar berprinsip bahwa dalam mendidik hendaknya seorang guru dapat menyesuaikan dengan zaman dimana anak-anak tumbuh dan berkembang. Guru juga hendaknya mendidik anak sesuai dengan fitrahnya, sesuai dengan tahapan perkembangan.Â
Ki Hadjar mendorong betul bagaimana anak-anak petani setidaknya harus dikenalkan dengan pertanian, anak-anak nelayan setidaknya tahu berbagai jenis ikan dan cara membudidayakannya. Inilah yang menjadi cikal bakal kebangsaan dan cinta tanah air. Pembelajaran menyatu dengan alam dan kontekstual. Bagaimana segala ilmu pengetahuan yang anak-anak peroleh dapat memberi manfaat dan keberkahan di lingkungan sekitar di mana ia tinggal, hidup, dan dibesarkan.
Tri Sentra Pendidikan
Pendidikan tidak berjalan sendiri, ia menjadi tanggung jawab bersama antar keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Keluarga yang baik tanpa sekolah dan lingkungan masyarakat yang baik tentu tidak akan jadi. Keluarga dan sekolah yang baik tanpa lingkungan yang baik tentu tidak optimal. Sekolah dan lingkungan masyarakat yang baik tanpa keluarga yang baik maka akan cidera. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan maka komponen dari tri pusat pendidikan harus saling berkolaborasi dengan baik. Berjalan selaras dan seimbang, tanpa saling menyalahkan satu sama lain.