guidance dan rejection.
Ini sebuah pertentangan antaraIzinkan berbagi sebuah catatan lapangan yang -bisa jadi- terkesan "lebay". Seorang gadis kecil berseragam merah putih, dengan tulusnya menemani dan mengayomi sang teman yang bermasalah dengan pendengaran.Â
Bahkan saat alat yang menempel di telinga sang teman itu low bat kondisinya, dia refleks membantu dialog dengan mengeluarkan jurus isyarat dan menegaskan vokal bicara. Singkatnya, si gadis kecil ini setia menjadi translater bagi temannya yang istimewa.
Si gadis istimewa ini berteman dengan nyaman meski bukan tanpa keterbatasan. Dalam menjalani hari-hari, dia merasa diterima oleh lingkungan.
Demikian pula dengan seorang anak laki-laki dengan kondisi masih tantrum dan masih impulsif. Setiap kali nangis hebatnya muncul, setiap kali kemarahannya terekspresikan, bahkan setiap kali dirinya tak mampu mengendalikan diri untuk melempar dan merusak benda, teman-teman sekelasnya tak ada satu pun yang menyoraki atau menertawakan.Â
Bahkan saat kemarahannya telah mereda lalu tantrumya juga melandai, satu demi satu teman-temannya mengajak untuk kembali bermain. Normal apa adanya. Tanpa pelabelan. Tanpa negasi. Dan impulsivitasnya itu sendiri menjadi lebih cepat untuk tenang.
MaashaAllah. Sebuah keberterimaan. Sebuah kesadaran akan fakta berteman. Fakta bersosial.
Di lain lingkungan. Seorang anak dengan postur cukup bongsor di antara teman sekelasnya. Anak laki-laki dengan kemampuan interpretasi gambar yang sangat mengagumkan, harus mendapat label sebagai anak yang suka mengganggu teman.Â
Alasannya sangat sederhana, yakni karena saat berjalan, tanpa sadar ada beberapa teman yang tersikut. Itu pun murni karena gerakan yang belum terkendalikan dengan halus. Singkat cerita, sang teman bersepakat untuk tidak mengajaknya bermain. Terkucil. Terasing. Peer rejection.
Bicara tentang kenyamanan berteman, Sama halnya dengan orang dewasa, di mana anak juga akan mengalami dan atau merasakan insecure tersebab rasa tak nyaman oleh lingkungan. Alasannya bisa karena dirundung, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Bahkan tanpa perundungan sekalipun, insecure itu tetap berpotensi. Contohnya, anak melihat sekumpulan teman-temannya yang sedang berdialog seputar barang-barang mahal.