Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pendidikan Keluarga

Menjalani Peran Pengasuhan Berkesadaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hak Bermain Anak Usia Dini dalam Dilema Covid-19

31 Mei 2021   10:45 Diperbarui: 31 Mei 2021   10:59 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yoga (2018) menawarkan sebuah alternatif pembelajaran anak di rumah agar dapat mengakomodasi kebutuhan bermain anak. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan ruang dan sarana di rumah sebagai sarana belajar anak, mulai darikamar mandi atau perabot rumah tangga yang memungkinkan untuk digunakan anak saat belajar. Adapun beberapa conoh konkretnya adalah:

  • Melibatkan anak dalam kegiatan mengadon
  • Mempersilakan anak berekplorasi dengan alat-alat dapur yang kondusif untuk digunakan, seperti benda-benda berbahan plastik.
  • Pemanfaatan potongan kayu dari tempat bubut dan penggergajian, yang bisa anak manfaatkan untuk bermain ekplorasi.
  • Pemanfaatan kain perca untuk membuat boneka kain dengan formulasi warna sesuka hati.
  • Dan lain-lain

Pemanfaatan sarana yang ada di rumah juga bagian dari pemenuhan kebutuhan tahapan eksperimen anak usia dini. Artinya, anak diberi ruang untuk mencoba menyusun benda-benda yang ada di dapur seperti menyusun baskom dari ukuran terkecil ke terbesar, memindahkan air dari tumbler A ke tumbler B dan seterusnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Montolalu, dkk dalam Pratiwi (2017) bahwa pada tahap eksperimen (usia 4-5 tahun), anak pada umumnya mulai melakukan percobaan-percobaan dan perhatian mulai tertuju pada kegiatan bentuk tertentu dan ukuran, menyamakan bentuk dan ukuran serta memilih bentuk-bentuk tertentu yang akan digunakan.

 

Penutup

Demikian analisis ini saya tuangkan. Semoga menjadi salah satu pencerah dalam dunia Pendidikan Anak Usia Dini. Semoga pula, menjadi satu simbol optimistis bahwa sebagai pelaku pendidikan, kita tetap dapat melahirkan gagasan-gagasan yang produktif dan solutif untuk tertunainya hak bermain anak. Mengapa? Karena lagi-lagi, bermain adalah sesuatu yang mendasar, sebagaimana ditegaskan oleh Gleave dan Hamilton (2012) bahwa bermain adalah hak asasi manusia yang fundamental bagi semua anak, tanpa memandang usia, jenis kelamin, budaya, sosial kelas atau kecacatan.

 

Daftar Pustaka

Buku:

Hainstock. E. G. (2002). Montessori untuk Prasekolah. Panduan sistematis, praktisdanefektif mudah dipelahjari untuk mendidik anak. Jakarta: Delapratasa Publishing.

Hurlock. E. B. (1980). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.  Jakarta: Erlangga.

Oberlander. J.R. (2000). Slow and Steady Get Me Ready: Buku Pedoman Pengembagan Anak Usia Dini.  Jakarta: Primamedia Pustaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun