Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pendidikan Keluarga

Menjalani Peran Pengasuhan Berkesadaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hak Bermain Anak Usia Dini dalam Dilema Covid-19

31 Mei 2021   10:45 Diperbarui: 31 Mei 2021   10:59 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya, Nourot (2007) memaparkan bahwa dalam aktivitas bermain, anak-anak mengintegrasikan semua jenis pembelajaran fisik, sosial, emosional, intelektual, dan bahasa. Ini artinya, dalam satu momentum berharga bernama aktivitas bermain, seorang anak meraih pemenuhan hak untuk semua bidang perkembagannya. Dengan demikian, nyata dan tegas bahwa momentum bermain di masa pandemi memang harus diperjuangkan. Lalu seperti apakah kira-kira dan upaya efektif apa yang bisa diprakarsai? Silakan disimak melalui tawaran program berikut.

Tawaran Program

Guru harus mampu menjadi sutradara terhadap keberlangsungan pendidikan anak, meskipun di masa pandemi, anak bersama orang tuanya di rumah. Sebagaimana dijelaskan oleh Harris, dkk (2011) bahwa pendidik anak usia dini idealnya tahu tentang betapa pentingnya bermain bagi kehidupan anak-anak. Menurutnya, bermain tidak hanya menyenangkan dan aktivitas spontan anak kecil, melainkan bagaimana aktivitas tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembanganpsikologis anak-anak. Oleh karena itu, pandemi menjadi ladang mengerahkan reputasi bagi guru untuk dapat menghadirkan tawaran program.

Salah satu tawaran yang bisa dilakukan oleh para guru sebagai penanggung jawab pembelajaran bagi para murid --dalam hal ini Anak Usia Dini- adalah dengan mengefektifkan pembelajaran online yang diselenggarakan, baik secara sinkronus maupun asinkronus. Artinya, guru mengoptimalkan pola keduanya (sinkronus dan asinkoronus) dalam mengakomodasi hak bermain anak, meski jarak yang terpisah. Sebagaiamana dijelaskan oleh Hartanto dalam Madea dan Ayuningtyas (2020), bahwa tipe pembelajaran jarak jauh ada dua yaitu pembelajaran secara sinkronus dan asinkronus. Adapun sinkronus itu sendiri adalah pelaksanaan belajar dalam waktu yang bersamaan, sedangkan asinkronus adalah belajar di mana pelaksanaannya tidak berlangsung dalam waktu yang sama.

Sebagai contoh,berikut adalah beberapa tawaran program yang bisa diupayakan.

Optimalisasi Pembelajaran Sinkronus dan Asikronus

Contoh Pembelajaran Sinkronus

No

Kegiatan

Tujuan

Keterangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun