Benar adanya, bahwa kita harus menjadi insan yang "masagi". Artinya, memiliki cara pandang yang komprehensif dan kemampuan menyelesaikan masalah secara holistik. Dan untuk menjadi komprehensif serta holistik itu sendiri, bukan sesuatu yang pragmatis alias sekaligus jadi.Â
Melainkan melalui perjalanan panjang proses belajar. Melalui rangkaian sikap ilmiah yang kemudian terbangun menjadi budaya. Permasalahnnya, apakah masyarakat bangsa kita bersedia belajajar atau tidak?
Sedangkan hingga hari ini saja, budaya oral bangsa kita masih saja tinggi. Terbukti dengan mudah tersebarnya berita hoax, berita yang tak jelas dari mana sumbernya. Wajar pula ketika masyarakatnya kemudian sangat mudah terprovokasi, karena memang minim dari nilai konfirmasi, verifikasi dan validasi.
Ini sebuah PR besar. Dan menjadi PR besar tersendiri bagi para pemimpin. Bagaimana menavigasi bangsa ini dengan bekal sikap ilmiah. Bagaimana menjadi pemimpin dengan profil dan portofolio yang literat.
Walloohu'alam bishshowaab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H