Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Road Map Kita, Road Map Anak Kita

4 Juli 2020   13:12 Diperbarui: 23 November 2020   05:05 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun yang penting kita tafakuri, bagaimana anak kita berdaya dengan modal akademik yang dimiliki. Bagaimana mereka menjadi brilian dengan kapsitas wawasan yang diampu. Bagaimana mereka menjadi sosok yang kita harapkan dengan kekuatan mental yang kita latihkan setiap harinya.

Mental tekun, mental, fokus, mental, mental kompetitif, mental disiplin, dan tentunya mental kecintaan terhadap Tuhannya. Bagaimana mereka menyandarkan segala harap, kepada Allah SWT. Dan AQIDAH semacam ini, menjadi sebaik-baik modal dalam mengawal ROAD MAP (peta hidup) mereka.

Saat Anak Kita Menjadi Korban Model

Tak bisa dipungkiri. Setiap kita, tak terkecuali anak-anak maupun dewasa, sangat butuh ROLE MODEL untuk dapat "mengeksekusi" sebuah aktivitas dan baik dan benar. Wajar jika kita butuh belajar ke sana sini, wajar jika kita megejar zoom meeting sana zoom meeting sini hanya untuk mememnuhi HAK PENASASARAN kita terhadap model-model yang pas untuk usaha yang kita emban.

Nah, hari ini, tak sedikit anak yang cita-citanya adalah "ingin menjadi youtuber". Sekelebat, ini wajar dan sangat lumrah. Namun perlu kita gali motifnya. Apakah keinginan mereka untuk menjadi youtuber itu hanya karena terjebak oleh model-model yang ada yang jumlah subscriber-nya sangat menggoda dan hasil monetisasi yang jumlah rupiahnya sangat aduhai.

Atau, keinginan mereka untuk menjadi youtuber itu, murni sebagai harapan untruk berkarya dan bermanfaat untuk sebanyak-banyak orang. Jika alasannya adalah ini, maka perlu dong kita mendorong dan mendukungnya.

Dan bukan tak terjadi salah kaprah pemahaman pada diri anak-anak. Di sebuah kampung antah berantah, terdapat banyak pedagang dan pengusaha di bidang jual beli besi, onderdil mobil, dan sejenisnya.

Dengan melihat profil mereka yang kuat secara finansial, yang terlihat kasat mata dari rumah besar dan kendaraan bagusnya, maka tanpa sadar, anak-anak di kampong tersebut tersugesti dan terhipnosis untuk menggeluti bidang yang sama.

Dan sayangnya, anak-anak tersebut memiliki pola piker yang terlampaui sederhana.

  • "Aku mah mau jadi pedahang besi aja ah. Soalnya orang-orang juga pada kaya raya dari jualan besi"
  • "Aku mah gak usah sekolah yang tinggi-tinggi aja. Jadi tukang besi juga udah cukup."
  • "Jadi tukang besi itu keren. Sekolah itu belum tentu hasilnya keren".

Sejenak, saya dibuat mengurut dada. Namun itulah kenyataan. Dan itulah salah satu WARISAN PARADIGMA.

Tafakur Diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun