Aku segara meraih handuk yang tergantung di pintu kamarku yang mulai berjamur dan warna cat yang memudar. Aku keluar membantingnya dengan begitu keras, menahan jerit dan berlari ke kamar mandi. Tanganku memutar keran yang licin karena mulai berlumut, memenuhi bak mandi yang mulai menguning, lalu membenamkan diriku ke dalamnya.Â
Air di sekitarku menjadi merah. Aku bisa melihat ada benang-benang merah keluar dari seluruh tubuhku. Aroma bau besi yang amis yang memuakkan merebak di kamar mandi ini. Aku akan melepaskan semuanya. Aku akan melepaskan diri dan membiarkanku terbang dengan bebas. Tidak ada yang boleh mengikatku lagi, tak peduli dengan sehelai rambut, sepintal benang, seikat rantai, ataupun sebilah pisau. Aku tak akan membiarkanmu mengikatku lagi.
Aku akan hidup meskipun kau coba bunuh berkali-kali. Aku akan melawan, meskipun yang bisa kukeluarkan hanyalah suara erangan tertahan. Karena itu, tumbuhlan. Tumbuhlah rumput liar dalam diriku. Biarkan duri-duri ini melindungimu saat aku menutup mataku. Izinkan aku tidur sebentar saja dan memimpikan kehidupanku sebagai seekor kunang-kunang yang begitu kurindukan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H