“Kalau begitu aku akan pergi sekarang.” Ucapnya.
Aku hanya bisa mengangguk. Pikiranku benar-benar kosong, aku menghindari tatapan matanya saat ini karena aku tahu, aku akan goyah dibuatnya. Aku tidak boleh goyah atau aku akan kembali mengulangi kesalahan yang sama lagi, seperti yang sudah-sudah.
“Aku ingin mengatakan ini untuk yang terakhir kalinya. Buatlah suara saat menangis. Kau harus mengeluarkan semuanya, tidak baik menyembunyikan perasaanmu terus menerus. Kau tidak layak menanggung semuanya sendirian seperti itu.”
Dia diam sejenak, lalu melanjutkan ucapannya, “Itu saja yang ingin kukatakan. Aku pergi sekarang. Jaga kesehatanmu.”
Aku mengangguk, lalu menatapnya yang berjalan lurus keluar kafe tanpa sekalipun menoleh ke belakang. Begitulah aku benar-benar kehilangan sosok dirinya dan aku kafe ini kembali sunyi. Seperti Putri Duyung yang menatap punggung sang pengeran pergi bersama istri tercintanya.
Aku bisa merasakan bahwa keberadaanku di tempat ini juga makin menipis. Kini, hanya ada aku dan seorang pelayan kafe yang melayaniku membeli segelas es kopi saat datang kemari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI