Saat itu hiruk pikuk stasiun masih menggema dari segala arah. Suara lembutmu saat mengatakan hal itu juga beradu dengan segala kebisingan di stasiun ini. Meskipun itu terdengar sama, tapi telingaku bisa menangkapnya dengan jelas. Kamu juga.
Kebisuan kembali menyelimuti kita. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat ini. Aku sedang mengendalikan sesuatu yang bergemuruh di dalam dadaku. Sesuatu yang membuatku ingin menangis saat itu juga.
Dengan sangat lambar, waktu mengitari kita. Aku berdiri saat pengumuman stasiun berbunyi. Sekarang aku harus segera masuk ke peron. Aku memeluk erat buket bunga ini sambil mengangkat satu-satunya ransel berisikan beberapa helai pakaian yang kupakai untuk mengelilingi kota ini bersamamu. Â
Kau ikut berdiri dan memandangku lekat. Kita berdua saling berhadapan dengan senyum yang makin lama makin terasa canggung.
"Sampai kapan kamu bisa tetap menyukaiku?" Tanyamu.
Aku  memaksakan diriku tertawa saat mendengar pertanyaan itu. Sambil menggeleng tidak yakin, aku berkata "Kurasa tidak terlalu lama. Eumm.... Mungkin hanya sampai kereta yg kunaiki nanti berhenti di stasiun tujuanku?"
"Aku mengerti. Segera kabari kalau sudah sampai." Pintamu.
Meskipun kau memintaku seperti itu, aku tidak bisa. "Aku tidak akan mengabarimu apa-apa lagi. Aku berangkat." Ucapku.
 Saat itu, aku benar-benar tidak bisa berpaling darimu. Aku harap aku bisa berada di sini sebentar lagi.
"Hati-hati. Jaga dirimu baik-baik." Katamu sambil menepuk pundakku.
Aku mengangguk, "Aku akan menjaga diriku dengan baik, jangan khawatir."