Mohon tunggu...
Mia Hs
Mia Hs Mohon Tunggu... wiraswasta -

Born this way

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Hati Seluas Samudera" Syarat Penumpang Angkot Jakarta

20 Maret 2012   15:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:42 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13322548641998680920

Menunggu/mencari penumpang yang lebih sering diistilahkan sebagai "ngetem", sebenarnya tidak ada yang salah. Masalah sebenarnya terletak pada tempat dan waktunya. Alih-alih menunggu penumpang di terminal, mikrolet sekarang lebih memilih menunggu penumpang dipersimpangan jalan, mulut gang, atau yang lebih parah lampu lalu lintas. Sopir mikrolet di Jakarta umumnya membuat peraturan lalu lintas sendiri, bila lampu menyala merah mereka akan dengan ramainya membunyikan klakson menyuruh mobil didepannya maju, dan saat lampu menyala hijau dengan santainya mereka menghentikan kendaraan dan menunggu penumpang, tidak perduli penumpang yang didalam protes. Kegiatan ngetem ini semakin parah dengan semakin menurunnya jumlah penumpang. Tidak jarang karena ingin menambah jumlah penumpang di dalam mobilnya, sopir rela menunggu sampai 5 menit di depan mulut gang, alhasil penumpang yang sudah didalam memilih turun dan berganti angkot. Memang akhirnya kegiatan ini menjadi buah simalakama bagi sopir.

4. Pengamen

Pengamen, awalnya adalah profesi yang mencoba menghibur penumpang, jika ada yang senang atau terhibur, maka recehan pun mengalir keluar. Namun perkembangannya pengamen bukan lagi sebagai penghibur, bahkan masuk kriteria pengganggu. Bayangkan dalam perjalanan yang menempuh jarak 6 km bisa jadi kita ditemani antara 6-7 pengamen.  Uang yang mengalir dari penumpangpun, bukan lagi saat merasa terhibur, namun kadang kala terpaksa.

Berikut model pengamen di mikrolet, yang saya bagi menjadi 3 golongan :

1. Pengamen asli

Inilah yang layak disebut pengamen. Jadi memang mengandalkan bakat seni untuk menghibur penumpang. Kualitasnya bahkan banyak yang bagus, umumnya membawa alat musik, dan menyanyikan lagu-lagu yang sedang popular. Untuk pengamen jenis ini penumpang ikhlas mengeluarkan uangnya.

2. Pengamen yang memelas

Termasuk golongan ini adalah pengamen yang mengandalkan belas kasihan penumpangnya. Misalnya ada pengamen yang memaksa menyanyi, sementara ngomong saja tidak  jelas, bahkan ada yang cuma bertepuk tangan saja sambil bergumam. Anak-anak kecil yang mengamen juga saya golongkan kesini, selain sebenernya mereka tidak bisa menyanyi tidak jarang mereka menggendong adiknya yg bahkan belum bisa berjalan. Jadi bila penumpang memberi recehan, saya rasa lebih didorong rasa kasihan.

3. Pengamen yang mengganggu

Dalam mikrolet jurusan Kp. Melayu-Gandaria di sekitar lampu merah PGC naik seorang pemuda tanggung dengan dandanan ala anak punk, saya sendiri tidak mengerti apakah mereka ini bisa dikategorikan dalam pengamen, pengemis, atau penodong. Karena bila disebut sebagai pengamen mereka jelas-jelas tidak menghibur, mereka membaca puisi namun sebelum menadahkan tangannya keluar kata-kata "...  masih untung kami hanya mengamen mencari sesuap nasi, uang seribu rupiah tidak akan membuat anda semua jatuh miskin. Tolong jangan paksa kami menjadi pencopet atau perampok atau bahkan pembunuh...".

Jadi, syarat untuk menjadi penumpang setia mikrolet di Jakarta adalah memiliki "Hati Seluas Samudera", karena kita harus bisa memaklumi tingkah sopir yang seenaknya, memaklumi pengamen yang mencari nafkah di mikrolet dengan seenaknya, dan memaklumi kejahatan yang seenaknya terjadi di dalam mikrolet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun