" Iya, tadi yang aku suruh beli nasi goreng, " suara perempuan yang tadi menyuruhnya muncul.
      " Dia melihat mayat si bangsat itu, " kata perempuan bersuara laki-laki tadi.
      " Hah? Waduhhh, ngapain kau lihat-lihat ke dalam, nak? Bodoh sekali. Sial sekali nasibmu hari ini, " kata si perempuan tadi dengan wajah sangat datar sambil menyalakan rokoknya.
      " Ya tidak apalah meski anak-anak ada yang bisa dijual juga kok hahahaha! Anak begini lagian mati satu tidak akan ada yang mencari, orangtuanya pasti punya selusin anak begini. "
      Anak itu sangat ketakutan sampai terkencing di celana dan menangis terus terusan. Ia tidak bisa mengeluarkan suara apa-apa, tenggorokannya tercekik. Ia bergantian melihat kedua orang itu, yang satu menatapnya dengan mata melotot dan perempuan yang satunya, yang hampir ia gunakan sepuluh ribu tadi untuk membelinya itu, menatapnya dengan sangat biasa saja. Serasa mimpi, ia merasa tenggorokannya sakit luar biasa, sakit yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya dan ada rasa dingin yang menancap.Â
Tidak butuh waktu lama sampai anak itu kehilangan kesadarannya dan akhirnya terjatuh, tak bernyawa lagi. Nasi goreng dengan bungkusan hitam masih ia pegang dengan erat, begitupula kembalian dari nasi goreng itu, uang sepuluh ribu yang sekarang sudah berwarna kecokelatan karena berlumuran darah.
      Jalanan kembali sunyi. Kedua perempuan itu menghilang setelah memasukkan dua jasad ke dalam kantong besar dan membawanya jauh ke dalam bekas kuburan. Lampu jalanan tetap menyala, sampai pagi nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H