Mohon tunggu...
Mia Ismed
Mia Ismed Mohon Tunggu... Guru - berproses menjadi apa saja

penyuka kopi susu yang hoby otak atik naskah drama. pernah nangkring di universitas negeri yogyakarta angkatan 2000. berprofesi sebagai kuli di PT. macul endonesa bagian dapor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Sehitam Biji Kopi

30 September 2019   15:48 Diperbarui: 30 September 2019   15:48 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Waduh kok basah-basahan Mbak. Ntar atit loh. Silakan ada yang dipesan kopinya." Pemuda bertubuh tinggi itu menyambutku di pintu kedai.

Aku tersenyum sambil menerima daftar menu yang bertuliskan "Kedai Kopi Bang Yon's. mataku menelanjangi buku menu yang dominan warna coklat kayu.

"Hmm, saya mau yang ini aja deh Bang." Kutunjuk salah satu deretan menu kopi di kedai itu.

"Siap Mbak, oiya...mau ditemani minum kopinya.?" Candaan pemuda itu yang kuanggap terlalu pede.

Dahiku mengeernyit tanda, aku tak paham arah pembicaraan pemuda itu.

"Maaf maksudnya, teman kopinya apa Mbak hehe. Ada kentang goreng, lumpia ala Semarang juga ada."

"Oh... Itu. Iya deh saya mau lumpia Solo eh Semarang kalau ada. Isi rebung ya Bang."

"Ciee lumpia Solo, jangan-jangan mbaknya kangen sama orang Solo ya." Pemuda itu berlagak sok tau. Menjauh mengambilkan pesananku.

Semenjak pertemuan itu aku jadi sering mampir ke kedai kopi Bang Yon's sepulang kerja atau nongkrong dengan rekan kerjaku. Persahabatanku dengan Bang Yon makin dekat. Tak jarang kita sering ngobrol kerinduan tentang Solo dan Klaten kampong halaman Bang Yon di desa Trucuk.

"Ternyata dunia itu sempit ya Mas, di Jakarta malah ketemu orang Solo. Aduh Gerahnya, macet sekali hari ini." ku teguk air mineral sembari memutar tombol AC yang kuputar penuh di mobil avansa violet itu." 

"Ah bisa aja kamu, bukankah Jakarta setiap hari seperti ini, gerah. Ubahlah pikiranmu biar kita bisa menikmati segala kemacetan ini sebagai pemandangan indah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun