“Aku harus mencari gadis itu lagi.”
Ia menutup buku tebal itu. Tak sengaja, matanya melihat sobekan kecil di ujung sampul depan buku itu. Ia meneliti sebentar. Dituntun instingnya, ia merobek sampul itu, dan raut mukanya langsung berubah. Ada potongan kain lusuh yang tampaknya terbuat dari kulit kambing. Ia menarik kain itu.
Ada semacam gambar di bagian tengah kain itu. Lingkaran berisi tulisan aneh di sekelilingnya.
“Ommi. Linous. Crosui. Canasi. Ki.”
“Apa ini?”
Ia membalik kain lusuh itu. Ada semacam potongan-potongan gambar. Seperti puzzle. Semuanya tampak bagai mata bulat besar, ada rahang bergigi banyak, ada bulu halus kuning, ada warna emas berkilat, ada logam bulat terukir penuh pendar.
Kakek itu mencoba memutar-mutar potongan kain itu. Membolak-baliknya.
“Apa arti semua ini? Apa makna kata-kata dan potongan-potongan gambar ini?” batinnya.
Ia bergegas menuju pintu akan keluar. Akar-akar itu langsung membukakan jalan baginya untuk keluar. Sambil membawa potongan kain lusuh itu, kakek berjalan pelan dan sebentar-sebentar bergumam.
“Ommi. Linous. Crosui. Canasi. Ki.”
“Potongan gambar-gambar,” lanjutnya.