Mohon tunggu...
Muhammad Hilmy Harizaputra
Muhammad Hilmy Harizaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia

Muhammad Hilmy Harizaputra atau kerap disapa Hilmy merupakan manusia sederhana yang memiliki cita-cita sebagai penyunting cerita. Hobinya membaca karya fiksi, menonton film, mendengarkan musik, bermain sepakbola, futsal, tenis meja, bulu tangkis, voli, dan bermain gim.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Watak Nijikon pada Cerpen Rico de Coro Karya Dee Lestari

15 Desember 2023   22:54 Diperbarui: 15 Desember 2023   23:06 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Cerpen Rico de Coro adalah salah satu karya Dewi "Dee" Lestari dalam Filosofi Kopi (2006). Cerpen ini mengisahkan seekor kecoak bernama Rico de Coro yang jatuh cinta dengan gadis manusia bernama Sarah. Rico de Coro menganggap Sarah juga jatuh cinta kepadanya karena ia tidak pernah mengganggu para kecoak. Walaupun pada akhirnya, ia menyadari bahwa dirinya hanyalah seekor kecoak hitam, kecil, jelek, dan bau yang selamanya akan dibenci manusia.

Rico de Coro memiliki watak yang unik, ia sangat mencerminkan sifat manusia. Wataknya yang unik ini membuat kecoak-kecoak lain menganggap dirinya aneh. Anggapan yang wajar sebenarnya, tetapi mungkin ada alasan dibalik wataknya yang unik itu.

Anggaplah bahwa tokoh utama dalam cerpen ini gila dan tidak realistis. Mencintai sesuatu yang mustahil dan menganggap cintanya terbalaskan. Namun, sifat seperti ini ternyata sudah banyak ditemukan di kehidupan nyata pada zaman sekarang.

Pada zaman sekarang, beranggapan lebih terhadap hal yang mustahil, seperti apa yang terjadi pada karakter Rico de Coro banyak ditemukan melalui dunia maya. Jatuh cinta dengan karakter 2D, 3D, dan lain sebagainya adalah bentuk pemikiran yang sama menyimpangnya dengan karakter Rico de Coro. Walaupun sebagian besar di antaranya hanyalah gurauan, namun ada beberapa manusia yang ditemukan serius dalam hal tersebut.

Pada tahun 2018, seorang pria asal Jepang bernama Akihiko Kondo menikahi sesosok karakter anime bernama Miku. Ada pula pada 2009, seorang pria Jepang lainnya mengganti namanya menjadi Sal 9000 dan menikahi karakter gim dari Nintendo DS. Sementara itu di negara lainnya, seorang pria Korea Selatan bernama Lee Jin-Gyu menikahi bantal bergambar anime kesayangannya, Fate Testarossa (Rudy, 2021). Ketiga contoh tersebut benar-benar membuktikan bahwa keadaan yang dialami Rico de Coro terjadi di kehidupan nyata.

Fenomena manusia mencintai hal fiktif, seperti anime, memiliki istilah yang populer di Jepang. Fenomena ini disebut nijikon (nijigen konpurekkusu). Menurut Rudy (2021), seorang yang memiliki paham nijikon ini beranggapan bahwa tokoh kartun, anime, atau manga lebih menarik dari pada manusia sungguhan. Ciri-ciri seorang nijikon sedikit mirip dengan karakter Rico de Coro.

Menurut Rudy (2021), para nijikon biasanya adalah orang yang suka menyendiri. Ciri-ciri ini sama seperti Rico de Coro yang dikisahkan dalam cerpennya sering menyendiri untuk melihat Sarah. Padahal, semua kecoak dilarang untuk bepergian sendiri. Hal ini terlihat dalam beberapa kutipan kalimat berikut.

"Aku berusaha sedapat mungkin untuk tidak memperlihatkan diri, bersembunyi di balik wajan atau panci. Persoalan cintaku pada Sarah akan membuatnya semakin gila."

"Dari balik tirai, aku asyik mengamati Sarah yang tengah tertidur pulas. Kusembunyikan kedua sungut ini rapi-rapi setiap kali mengunjungi kamarnya, ..."

 "Sementara yang lain sibuk mempersiapkan diri untuk menyaksikan peristiwa monumental itu, aku memilih pergi ke kamar Sarah. Bersembunyi dibalik tirai seperti biasa."

Masih menurut Rudy (2021), seorang nijikon memiliki imajinasi yang tinggi hingga terasa hidup hanya di dunianya sendiri. Ciri-ciri ini sama seperti Rico de Coro yang tentunya memiliki impian menjadi manusia dan menikahi Sarah. Adapun kondisi imajinasi yang tinggi dari Rico de Coro dikutip dari beberapa kutipan kalimat berikut.

"Aku semakin yakin, sebenarnya dia sayang padaku. Setiap kali dilihatnya aku bertengger di lemari piring, Sarah hanya tertegun, kemudian berlari keluar. Dia tak ingin menyakitiku."

"Dan yang lebih gilanya, kejadian ini malah membuat cinta dan pengharapanku semakin dalam, membuatku terjebak dalam mimpi-mimpi absurd, misalnya, berubah menjadi manusia."

Menurut Rahayu, Lesmana, dan Murwantono (2020) dalam Sidabutar dan Masykur (2021), seseorang yang fanatik anime akan rela menghabiskan harta dan waktu yang mereka punya untuk kebutuhan kesenangan mereka. Seorang nijikon pun tentunya rela menghabiskan harta demi pasangan fiktifnya, sama seperti Rico de Coro yang rela mempertaruhkan nyawanya demi Sarah. Pengorbanan Rico de Coro dalam hal ini terlihat dari beberapa kutipan kalimat berikut.

"Aku tak ingat apa-apa lagi selain putihnya gaun Sarah yang tak boleh dicemarkan air mata dan tawa lepasnya yang tak kubiarkan berubah menjadi erangan kesakitan."

 "... betapa besar cintaku pada Sarah sehingga aku rela memberikan nyawaku hanya agar gadis itu tidak disakiti. Aku rela melepaskan semua, termasuk tampuk Kerajaan Kecoak Dapur."

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi nijikon sehingga mereka menjadi seperti yang diciri-cirikan tersebut. Para nijikon awalnya hanya membutuhkan motivasi dari sekitarnya. Kemudian mereka mencari motivasi tersebut dari tokoh-tokoh fiktif di anime sebagai hiburan mereka. Kesenangan yang mereka alami ini membuat mereka semakin tertarik kepada tokoh-tokoh di anime karena mereka merasa apa yang dicari ada di dalam anime.

Para nijikon ini sebenarnya sadar bahwa perilakunya tidak wajar, tetapi seperti Rico de Coro, sayangnya mereka sudah terbutakan oleh cinta. Cinta buta atau fanatisme yang dialami oleh para nijikon ini membuat stigma masyarakat kepada mereka menjadi buruk. Para nijikon yang terlalu fanatik ini tentu akan membuat masyarakat awam merasa bahwa para nijikon ini tidak normal, seperti kecoak lain di kerajaan yang menganggap Rico de Coro tidak normal. Seringkali para nijikon ini juga merasa tersinggung apabila pasangan fiktifnya diejek.

Fanatisme atau cinta buta yang dialami para nijikon ini sebenarnya tidak sampai mengganggu orang-orang di sekitarnya. Cinta buta tersebut justru mengganggu keadaan mental para nijikon sendiri. Rico de Coro meskipun tidak secara eksplisit, ia pasti merasa sulit menerima kenyataan saat berpandangan dengan tutup panci yang mengkilap di hadapannya. Ia merasa ucapan semua kecoak di sekitarnya ada benarnya, ini terlihat dari beberapa kutipan kalimat berikut.

"Mendadak aku jadi sedih, baru sekarang kudengar Ayah sebegitu kecewa. Tak sanggup lagi kulihat sosoknya yang pergi menjauh. Namun masih kurasakan sakit tamparan kata-katanya... hitam, kecil, jelek, bau."

"Ingin aku menjerit ketika kusadari kebenaran kata-katanya. Tak kulihat bayangan makhluk tampan dan gagah. Yang ada hanyalah serangga pipih bersungut panjang---hitam, kecil, jelek, dan bau."

"Hari-hariku berubah menjadi rangkaian nelangsa. Aku tak dapat memandangi Sarah sebebas dulu."

"Mana mungkin aku bisa seputih dan sebersih gaun yang dikenakannya, atau cukup tampan untuk menjadikan kami pasangan yang serasi. Aku hanyalah makhluk bersungut yang tinggal di bagian terkotor di rumahnya, dengan kepala penuh impian konyol yang hanya membuat orang tuaku kecewa."

Kondisi mental yang dialami oleh Rico de Coro ini sedikit ada miripnya jika dibandingkan dengan seorang nijikon. Seorang nijikon biasanya akan merasa cemburu jika pasangannya ini didekati oleh tokoh lain di anime-nya (Rudy, 2021). Cinta buta atau fanatisme seorang nijikon yang seperti ini memang biasanya tidak sampai mengganggu orang lain di sekitarnya, tetapi ada beberapa kasus unik yang melibatkan nijikon karena hal ini.

Cinta buta atau fanatisme seorang nijikon terkadang memang membuat keheranan. Pernah ada di Jepang, para cosplayer yang memerankan pasangan dari seorang nijikon terkena serangan verbal dari orang-orang yang tidak dikenal (Rudy, 2021). Kasus tersebut membuat para nijikon ini mendapat stigma yang semakin buruk dalam masyarakat. Para oknum nijikon yang melakukan serangan secara verbal tersebut didasarkan fanatisme yang sudah mengakar dalam diri sehingga ketika ada orang lain yang memerankan pasangannya tidak sesuai ekspektasi, maka akan dihujat olehnya.

Untunglah karakter utama dalam cerpen ini, Rico de Coro, tidak sampai melakukan hal-hal yang membuat nama baik para kecoak semakin buruk di mata manusia. Rico de Coro justru membuat salah satu kakaknya Sarah, yakni Natalia, sadar dan iba dengan pengorbanannya setelah menyelamatkan Sarah dari capit beracun Tuan Absurdo, serangga mutan kenalan Ayahnya. Kejadian ini dapat dilihat dari kutipan kalimat berikut, "Natalia diam termangu. Matanya nanar memandangi tubuhku yang sudah tak berbentuk. 'Tapi, kecoak itu yang sudah menyelamatkan kamu, Sarah,' bisiknya."

Rico de Coro berhasil membuat namanya dikenal oleh pujaan hatinya, Sarah, walaupun hanya dalam mimpi. Ia berhasil menjadi pangeran yang diimpikannya di dalam mimpi Sarah. Keberhasilannya terdapat dalam kutipan kalimat berikut, "Tadi malam aku mimpi jadi puteri. Aku bertemu dengan pangeran. Namanya Rico de Coro, lalu kami jalan-jalan, berdansa, dia cium pipiku dan bilang selamat ulang tahun."

Setidaknya, pengorbanan yang Rico de Coro lakukan dianggap baik oleh semua orang. Pengorbanan yang ia lakukan tidak dianggap aneh seperti pengorbanan yang dilakukan para nijikon. Memang, tentu saja apabila ada nijikon yang rela mengorbankan nyawanya demi karakter anime, pasti ia akan dicap sebagai orang gila.

Rico de Coro memang gila, ia jatuh cinta dengan seorang manusia. Gilanya sama seperti nijikon yang menganggap karakter anime lebih menarik dibandingkan manusia. Keduanya sama-sama menyimpang. Ciri-cirinya pun sama miripnya.

Meskipun begitu, keduanya tetap memiliki keadaan yang berbeda. Cinta buta atau fanatisme yang dirasakan Rico de Coro pada akhirnya membuat semua orang iba. Sementara itu, yang dialami oleh para nijikon, akan tetap dicap aneh karena beberapa oknum nijikon yang meresahkan.

Sumber:

Dee. (2006). Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita & Prosa Satu Dekade. Jakarta: Truedee Books & GagasMedia.

Rudy, A. (2021). Anime Porno, Fenomena Lolicon, dan Kewarasan Nijikon. Diakses dari https://www.kompasiana.com/komjenrg6756/605fca3cd541df4e66395d53/anime-porno-fenomena-lolicon-dan-kewarasan-nijikon?page=all&page_images=2

Sidabutar, B., & Masykur, A. M. (2021). Pengalaman Dewasa Awal Menjadi Penggemar Karakter pada Anime (Otaku Nijikon): Sebuah Analisis Fenomenologis Interptetarif. (Doctoral Dissertation, Undip).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun