"Mana mungkin aku bisa seputih dan sebersih gaun yang dikenakannya, atau cukup tampan untuk menjadikan kami pasangan yang serasi. Aku hanyalah makhluk bersungut yang tinggal di bagian terkotor di rumahnya, dengan kepala penuh impian konyol yang hanya membuat orang tuaku kecewa."
Kondisi mental yang dialami oleh Rico de Coro ini sedikit ada miripnya jika dibandingkan dengan seorang nijikon. Seorang nijikon biasanya akan merasa cemburu jika pasangannya ini didekati oleh tokoh lain di anime-nya (Rudy, 2021). Cinta buta atau fanatisme seorang nijikon yang seperti ini memang biasanya tidak sampai mengganggu orang lain di sekitarnya, tetapi ada beberapa kasus unik yang melibatkan nijikon karena hal ini.
Cinta buta atau fanatisme seorang nijikon terkadang memang membuat keheranan. Pernah ada di Jepang, para cosplayer yang memerankan pasangan dari seorang nijikon terkena serangan verbal dari orang-orang yang tidak dikenal (Rudy, 2021). Kasus tersebut membuat para nijikon ini mendapat stigma yang semakin buruk dalam masyarakat. Para oknum nijikon yang melakukan serangan secara verbal tersebut didasarkan fanatisme yang sudah mengakar dalam diri sehingga ketika ada orang lain yang memerankan pasangannya tidak sesuai ekspektasi, maka akan dihujat olehnya.
Untunglah karakter utama dalam cerpen ini, Rico de Coro, tidak sampai melakukan hal-hal yang membuat nama baik para kecoak semakin buruk di mata manusia. Rico de Coro justru membuat salah satu kakaknya Sarah, yakni Natalia, sadar dan iba dengan pengorbanannya setelah menyelamatkan Sarah dari capit beracun Tuan Absurdo, serangga mutan kenalan Ayahnya. Kejadian ini dapat dilihat dari kutipan kalimat berikut, "Natalia diam termangu. Matanya nanar memandangi tubuhku yang sudah tak berbentuk. 'Tapi, kecoak itu yang sudah menyelamatkan kamu, Sarah,' bisiknya."
Rico de Coro berhasil membuat namanya dikenal oleh pujaan hatinya, Sarah, walaupun hanya dalam mimpi. Ia berhasil menjadi pangeran yang diimpikannya di dalam mimpi Sarah. Keberhasilannya terdapat dalam kutipan kalimat berikut, "Tadi malam aku mimpi jadi puteri. Aku bertemu dengan pangeran. Namanya Rico de Coro, lalu kami jalan-jalan, berdansa, dia cium pipiku dan bilang selamat ulang tahun."
Setidaknya, pengorbanan yang Rico de Coro lakukan dianggap baik oleh semua orang. Pengorbanan yang ia lakukan tidak dianggap aneh seperti pengorbanan yang dilakukan para nijikon. Memang, tentu saja apabila ada nijikon yang rela mengorbankan nyawanya demi karakter anime, pasti ia akan dicap sebagai orang gila.
Rico de Coro memang gila, ia jatuh cinta dengan seorang manusia. Gilanya sama seperti nijikon yang menganggap karakter anime lebih menarik dibandingkan manusia. Keduanya sama-sama menyimpang. Ciri-cirinya pun sama miripnya.
Meskipun begitu, keduanya tetap memiliki keadaan yang berbeda. Cinta buta atau fanatisme yang dirasakan Rico de Coro pada akhirnya membuat semua orang iba. Sementara itu, yang dialami oleh para nijikon, akan tetap dicap aneh karena beberapa oknum nijikon yang meresahkan.
Sumber:
Dee. (2006). Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita & Prosa Satu Dekade. Jakarta: Truedee Books & GagasMedia.
Rudy, A. (2021). Anime Porno, Fenomena Lolicon, dan Kewarasan Nijikon. Diakses dari https://www.kompasiana.com/komjenrg6756/605fca3cd541df4e66395d53/anime-porno-fenomena-lolicon-dan-kewarasan-nijikon?page=all&page_images=2