"Aku semakin yakin, sebenarnya dia sayang padaku. Setiap kali dilihatnya aku bertengger di lemari piring, Sarah hanya tertegun, kemudian berlari keluar. Dia tak ingin menyakitiku."
"Dan yang lebih gilanya, kejadian ini malah membuat cinta dan pengharapanku semakin dalam, membuatku terjebak dalam mimpi-mimpi absurd, misalnya, berubah menjadi manusia."
Menurut Rahayu, Lesmana, dan Murwantono (2020) dalam Sidabutar dan Masykur (2021), seseorang yang fanatik anime akan rela menghabiskan harta dan waktu yang mereka punya untuk kebutuhan kesenangan mereka. Seorang nijikon pun tentunya rela menghabiskan harta demi pasangan fiktifnya, sama seperti Rico de Coro yang rela mempertaruhkan nyawanya demi Sarah. Pengorbanan Rico de Coro dalam hal ini terlihat dari beberapa kutipan kalimat berikut.
"Aku tak ingat apa-apa lagi selain putihnya gaun Sarah yang tak boleh dicemarkan air mata dan tawa lepasnya yang tak kubiarkan berubah menjadi erangan kesakitan."
 "... betapa besar cintaku pada Sarah sehingga aku rela memberikan nyawaku hanya agar gadis itu tidak disakiti. Aku rela melepaskan semua, termasuk tampuk Kerajaan Kecoak Dapur."
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi nijikon sehingga mereka menjadi seperti yang diciri-cirikan tersebut. Para nijikon awalnya hanya membutuhkan motivasi dari sekitarnya. Kemudian mereka mencari motivasi tersebut dari tokoh-tokoh fiktif di anime sebagai hiburan mereka. Kesenangan yang mereka alami ini membuat mereka semakin tertarik kepada tokoh-tokoh di anime karena mereka merasa apa yang dicari ada di dalam anime.
Para nijikon ini sebenarnya sadar bahwa perilakunya tidak wajar, tetapi seperti Rico de Coro, sayangnya mereka sudah terbutakan oleh cinta. Cinta buta atau fanatisme yang dialami oleh para nijikon ini membuat stigma masyarakat kepada mereka menjadi buruk. Para nijikon yang terlalu fanatik ini tentu akan membuat masyarakat awam merasa bahwa para nijikon ini tidak normal, seperti kecoak lain di kerajaan yang menganggap Rico de Coro tidak normal. Seringkali para nijikon ini juga merasa tersinggung apabila pasangan fiktifnya diejek.
Fanatisme atau cinta buta yang dialami para nijikon ini sebenarnya tidak sampai mengganggu orang-orang di sekitarnya. Cinta buta tersebut justru mengganggu keadaan mental para nijikon sendiri. Rico de Coro meskipun tidak secara eksplisit, ia pasti merasa sulit menerima kenyataan saat berpandangan dengan tutup panci yang mengkilap di hadapannya. Ia merasa ucapan semua kecoak di sekitarnya ada benarnya, ini terlihat dari beberapa kutipan kalimat berikut.
"Mendadak aku jadi sedih, baru sekarang kudengar Ayah sebegitu kecewa. Tak sanggup lagi kulihat sosoknya yang pergi menjauh. Namun masih kurasakan sakit tamparan kata-katanya... hitam, kecil, jelek, bau."
"Ingin aku menjerit ketika kusadari kebenaran kata-katanya. Tak kulihat bayangan makhluk tampan dan gagah. Yang ada hanyalah serangga pipih bersungut panjang---hitam, kecil, jelek, dan bau."
"Hari-hariku berubah menjadi rangkaian nelangsa. Aku tak dapat memandangi Sarah sebebas dulu."