Mohon tunggu...
Hafizh Ahsanurofiq
Hafizh Ahsanurofiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kenapa Kapitalisme Mengharamkan Subsidi?

17 Januari 2023   07:25 Diperbarui: 17 Januari 2023   07:37 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagaimana ceritanya ketika dia memutuskan sendiri untuk sakit dia kemudian mendapatkan subsidi dari pemerintah. Padahal, pemerintah itu menggunakan uang negara dan uang negara itu tidak jauh-jauh dari setoran kita rakyat biasa ini. Menggunakan pajak seperti itu dalam hal ini menjadi lebih tidak adil lagi. Ketika kemudian datang orang yang benar -benar membutuhkan bantuan itu, tapi si dokter misalkan mengatakan, Bahwa di rumah sakit di sini sudah penuh karena ada yang covid ini dan sebagainya. 

Artinya orang yang benar-benar layak untuk mendapatkan bantuan itu tidak tertangani. Sedangkan orang tadi itu yang sengaja menjadi sakit itu malah mendapatkan bantuan di sini. Antara orang yang layak untuk di obatin dan mana yang tidak layak untuk di obati. Mana yang sakit beneran dan mana yang sakit karena mengambil keputusan untuk menjadi sakit. Ini adalah masalah kemanusiaan. Kita tidak tahu latar belakang sakitnya seperti apa, yang penting diobatin seperti itu dan kalaupun kita pegang. 

Misalkan singkirkan kemanusiaan itu, kemudian kita pilih pilih mana yang harus diobati dan mana yang tidak, itu pada akhirnya tidak bisa menghasilkan sebuah data yang valid. Orang tidak bisa gendut, berarti dia kadar gulanya tinggi dan itu penyakit yang sering dialami adalah gara-gara ke putusannya sendiri. Kita tidak bisa membuat kesimpulan dengan cara yang seperti itu, makanya pendataan bagaimanapun terkait dengan subsidi itu tidak mungkin akurat. 

Maka, seluruh hal yang disubsidi itu pasti memiliki kesalahan-kesalahan sasaran, yaitu yang pertama masalah teknis. Kemudian yang kedua itu adalah masalah yang lebih besar daripada itu, yaitu dampak efek dominonya.

Jadi ceritanya begini, ini saya jelaskan pada suatu waktu di sebuah negara yang namanya negara entah berantah. Harga BBM bisa sangat tinggi, sampai hanya orang-orang kaya atau super kaya  yang mampu membeli mobil dan mengisi mobilnya itu dengan BBM. Nah, karena seperti itu maka jalan-jalan menjadi lenggang, karena hanya sedikit orang yang mampu membeli mobil. karena Jalan lenggang, maka pemerintah tidak akan dibebani biaya yang sangat besar untuk menambah Jalan Baru atau memperlebar jalan yang sudah ada atau memperbaiki jalan itu. 

Di sisi lain, rakyat pun akan mendapatkan akses ekonomi yang lebih baik karena yang memiliki kendaraan pribadi itu sangat sedikit, karena bbm-nya mahal maka banyak sekali orang-orang yang miskin itu mendapatkan pekerjaan dari jasa transportasi, misalkan becak, ojol, angkot, atau yang semacam itu. Sehingga orang-orang miskin itu mendapatkan kehidupan untuk hidup yang lebih baik. Sampai akhirnya pemerintah kemudian berganti. Dan, pemerintah yang baru ini mengeluarkan sebuah kebijakan bahwa BBM itu akan disubsidi mulai besok. 

Maka apa yang terjadi, ternyata Makin banyak orang yang mampu membeli mobil yang semula hanya orang-orang kaya tetapi sekarang ternyata orang-orang yang ingin menjadi sok kaya pun makin bisa membeli mobil. Apa dampaknya? mereka hanya mampu membeli bbm-nya dan mobilnya, tetapi tidak mampu memberi gagarasinya. Sehingga sama seperti yang terjadi di Indonesia. Banyak sekali orang-orang yang punya mobil, tetapi memarkir mobilnya itu di pinggir-pinggir jalan. Uang negara yang digunakan untuk membat jalan malah dipakai secara pribadi oleh orang itu. Ya tentu saja tidak luar biasa nah dampaknya.

Apakah hanya sampai situ? Ya tentu saja tidak. Kalau sudah seperti itu maka dapatnya adalah macet. Kemacetan itu tidak berdampak kecil. Bahayanya karena terlalu banyak mobil terlalu sering macet, maka pemerintah terpaksa harus memperlebar jalan dan semakin sering memperbaiki jalan yang rusak. Nah, untuk memperluas jalan, itu artinya ada banyak rumah orang-orang yang di kanan dan di kiri jalan itu harus digusur. Kalau orang yang di kanan dan di kiri yang harus digusur itu adalah rumah orang-orang kaya maka pemerintah mendapatkan beban yang sangat besar untuk mengganti ruginya. 

Kalau yang digusur itu adalah fakir miskin, maka fakir miskin itu tentu saja akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi karena rumahnya digusur. Bahhkan ini membingungkan, belum lagi dengan di pinggir-pinggir jalan itu, pohon-pohon juga harus ditebangi. 

Nah, hanya gara-gara populasi mobil di jalan itu menjadi semakin membengkak. Karena semakin banyak orang yang bisa memiliki kesibukan, beban biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah itu menjadi jauh lebih besar lagi dan ini pun tentu saja belum menyelesaikan masalah. 

Karena pelebaran jalan itu dan perbaikan jalan itu tidak mungkin bisa mengimbangi laju kendaraan, semakin banyaknya kendaraan pribadi ketika BBM disubsidi dengan harga yang sangat murah. Nah, akibatnya tetap saja ujung-ujungnya macet. kalau macet dampaknya yang pertama, tentu saja adalah polusi udara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun