Artikel ini di susun bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana filsafat ilmu di era globalisasi. Dalam hal ini masih banyak orang yang menganggap filsafat tidak begitu penting bagi perkembangan zaman. Padahal ilmu pengetahuan dan tekonolgi dapat berkembang disebabkan adanya evolusi dari filsafat. Melalui metode library reseach (studi pustaka) dengan mengumpulkan data-data konkrit berupa buku-buku, jurnal, artikel, atau makalah ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang dianalisis. Maka artikel ini mengungkapkan bahwa filsafat ilmu di era globalisasi sangat penting dengan membahas : 1.) pengertian filsafat, 2.) sejarah filsafat, 3.) pentingnya filsafat ilmu di era globalisasi. Hasil artikel ini diharapkan dapat membuka wawasan dalam menilai pentingnya filsafat di era globalisasi.
Kata kunci : Filsafat, Globalisasi, Ilmu pengetahuan.
Filsafat berkembang seiring dengan perubahan dan tuntunan hidup manusia serta telah melewati sejarah panjang. Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan dan mulai berkembang pada abad ke lima SM. Pada abad itu muncul gugatan mengenai kebenaran pengetahuan yang sudah berabad-abad diterima dengan sangat baik dan bersumber dari mitos dan mitologi. Abad ke lima SM muncul para filsuf-filsuf pertama yang meragukan kebenaran mitos dan berusaha mencari kebenaran atas beberapa pertanyaan mendasar pada masa itu seperti : asal usul segala sesuatu, hakikat yang “Ada”, alam semesta, kritisasi atas berbagai fenomena alam yang terjadi dan lain sebagainya.
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang di cita-citakan. Filsafat juga di artikan sebagai suatu sikap seseorang yang dasar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Ada beberapa macam yaitu filsafat pengetahuan, filsafat agama, fiilsafat ilmu, dan lain-lainnya.
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur tranportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling (interpendensi) aktivitas ekonomi dan budaya.
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari asal-usul, hakikat dan batas-batas ilmu. Di era globalisasi, filsafat ilmu semakin penting untuk memahami bagaimana ilmu berkembang dan bagaimana ilmu ilmu itu digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Di era globalisasi, perkembangan teknologi dan komunikasi telah mempercepat pertukaran dan penyebaran informasi ke seluruh dunia. Namun, hal itu juga menimbulkan tantangan dan pertanyaan baru tentang hakikat sains itu sendiri. Misalnya, seberapa banyak informasi dapat dianggap objektif dan universal, dan seberapa besar pengaruh budaya dan ideologi terhadap cara kita memahami dan menggunakan informasi. Filsafat ilmu juga mempertimbangkan etika dan tanggung jawab dalam menyikapi ilmu pengetahuan, terutama dalam era globalisasi yang semakin kompleks dan berjejaring secara global. Kita harus mempertimbangkan dampak penemuan dan penerapan ilmiah tehadap lingkungan, masyarakat, dan kehidupan manusia secara keseluruhan. Selain itu, filsafat sains membantu memahami bagaimana pengetahuan di kembangkan dan di produksi dan bagaimana paradigma dan teori ilmiah berubah seiring waktu. Di era globalisasi yang cepat, penting untuk memahami cara-cara baru untuk menghasilkan informasi yang lebih baik dan efektif serta mengembangkan paradigma dan teori baru yang lebih relevan dan terkait dengan realitas global. Singkatnya, filosofi sains menjadi semakin penting di era globalisasi saat ini karena memainkan peran sentral dalam membantu kita memahami bagaimana sains berkembang, bagaimana kita harus menggunakan pengetahuan secara etis dan bertanggung jawab, dan bagaimana kita dapat menciptakan lebih baik dan menghasilkan lebih banyak. Pengetahuan yang signifikan bagi kehidupan manusia. Orang-orang juga dapat menggunakan sains dan teknologi secara positif atau negatif tergantung pada moralitas dan pola pikir pencipta, pengembang, dan pengguna. Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu terkait dengan pemilik dan penggunanya, yaitu dengan orang-orang yang sering kali tidak dapat mengendalikan keserakahannya sendiri dalam arti moral. Orang-orang sangat tergntung pada ilmu pengetahuan dan teknologi dan utang dalam hidup mereka. Tidak dapat di pungkiri bahwa peradaban manusia yang berkembang, dari peradaban yang sederhana hingga yang sangat maju, di pengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena kemajuan di kedua bidang ini, kehidupan masyarakat menjadi sangat mudah. Sains dan teknologi telah membantu manusia memenuhi semua kebutuhannya dengan lebih cepat dan mudah.
Ada salah satu seorang yang bernama Iryamanti M Budiono yang mengidentifikasi beberapa peran filsafat baik dalam kehidupan maupun dalam bidang ilmu pengetahuan :
Pertama, berfilsafat atau berfilsafat meminta manusia untuk bersikap bijak dan berilmu tentang berbagai masalah yang di hadapinya, dan di harapkan manusia mampu memecahkan masalah tersebut dengan mengenalinya, sehingga jawaban akan dengan mudahnya di peroleh.
Kedua, pengalaman hidup dapat di modifikasi lebih kreatif melalui filosofi, berdasarkan ide-ide yang muncul dari pandangan hidup dan atau keinginan.
Ketiga, filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi sebuah persoalan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan lainnya (interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama dan lain-lain) , sehingga menjadi lebih rasional, bijaksana, dan tidak terjebak dalam sifat yang berlebihan (fanatisme).
Keempat, kemampuan menganalisis, yaitu menganalisis dengan secara kritis, holistik dan sistematis, berbagai permaslahan keilmuan yang dituangkan dalam penelitian, kajian atau kajian ilmiah lainnya sangat di butuhkan para ilmuan atau mahasiswa.
Dalam era globalisasi, dimana kegiatan ke ilmuan mencakup berbagai kajian interdisipliner atau multidisipliner, maka di perlukan suatu wadah yaitu, sikap kritis untuk menghadapi keragaman pemikiran ilmu yang berbeda dan peneliti mereka. Padahal, filsafat dapat melihat suatu masalah dari segala dimensi, memungkinkannya menangani masalah yang tidak tersentuh oleh ilmuan lain. Tugas filsafat adalah menunjukkan adanya perspektif yang lebih dalam dan luas, sehingga kehadirannya di sertai berbagai alternatif pemecahan yang paling sesuai dengan perubahan zaman dan keadaan. Di era globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa konsekuensi filosofis yang penting bagi perkembangan filsafat ilmu. Filsafat sains menghadapi tantangan baru untuk memahami sifat dan peran sains dalam konteks global. Selain itu, filsafat ilmu juga harus mempertimbangkan peran ilmu dalam menghadapi masalah global seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati dan kemiskinan. Konsep-konsep dasar sains seperti kebenaran, metode ilmiah, dan hubungan antara sains dan teknologi juga semakin kompleks di era globalisasi. Pertanyaan filosofis tentang istilah-istilah ini juga menjadi semakin penting dan kompleks di seluruh dunia. Filsafat ilmu di era globalisasi juga berperan penting dalam mengembangkan solusi yang adil dan berkelanjutan untuk masalah global kemanusiaan. Itulah mengapa sebabnya para penulis dan peneliti dari berbagai disiplin ilmu memperhatikan pentingnya mengembangkan filsafat ilmu yang tanggap terhadap perubahan global.
Sejak abad ke-6 SM filsafat telah berkembang atas dasar pemikiran ke filsafatan. Dua orang filsuf yang corak pemikirannya boleh di katakan mewarnai diskusi-diskusi filsafat sepanjang sejarah perkembangannya, yaitu Herakleitos(535-475 SM) dan Parmenides(540-475 SM). Pembagian secara periodisasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern, dan masa kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Fenomenologi, Pragmatisme, dan Neotomisme. Pembagian secara periodisasi filsafat cina adalah zaman kuno, zaman pembaruan, zaman neokonfusionisme. Adapun tema yang pokok di filsafat cina adalah masalah tentang perikemanusiaan. Pembagian secara periodisasi filsafat india adalah periode weda, wiracarita, sutra-sutra, dan skolastik. Adapun pada filsafat islam hanya ada dua periode, yaitu periode mutakallimin dan periode filsafat islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan sendiri di sini pembahasan mengacu ke pemikiran filsafat di Barat.
Periode filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite sendiri adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, akan tetapi dewa bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat di perkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, akan tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas. Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, akan tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi yang kemudian didekati bahkan diekploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses ini kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang pada akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan point untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Pada masa pra Yunani kuno manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman pra Yunani kuno disebut juga sebagai zaman batu yang berkisar antara empat juta tahun sampai dengan 20.000 tahun. Antara abad ke-15 sampai dengan abad ke-6 SM, manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan. Abad kelima belas Sebelum Masehi peralatan besi di pergunakan untuk pertama kalinya di Irak, tidak di Eropa atau Tiongkok. Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat di tempat itu disebut dengan suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. Pengaruh ilmu pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno. Orang Yunani tentu saja berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir dan Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak pernah disangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia . Baru pada bangsa Yunani ilmu pengetahuan mendapat corak yang sungguh-sungguh ilmiah. Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang problem yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal, budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian filsafat di lahirkan. Pada zaman Pra Yunani kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empiris. Di samping itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one to one correspondency atau mapping process. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk dan ke luar kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam. Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodesasi perkembangan ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer.
Filsafat ilmu merupakan konsep berpikir untuk memahami ilmu. Dalam memahami ilmu tersebut harus memerlukan tiga aspek utama yaitu pertama, ontologi yaitu menjelaskan tentang hakikat ilmu. Kedua, epistemologi yaitu tentang cara memperoleh ilmu. Ketiga, aksiologi yaitu kegunaan ilmu yang bernilai sebagai manfaat. Poedjawijatna mengungkapkan bahwa kata filsafat berasal dari kata Arab yang berhubungan dengan bahasa Yunani, dan bahkan memang berasala dari kata yunani yaitu philosopia yang terdiri atas philo dan shopia , philo yang berarti cinta dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan. Sedangkan Shopia yang berati kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Berdasarkan asal katanya, filsafat bisa diartikan ingin mencapai pandai, cinta pada kebijakan. Dilihat dari segi katanya filsafat ilmu bisa diartikan sebagai filsafat yang berkaitan dengan atau tentang ilmu. Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini di karenakan ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun demikian untuk memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu, maka di perlukan pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna khusus tentang istilah tersebut. Para ahli telah banyak mengemukakan definisi/pengertian filsafat ilmu dengan sudut pandangnya masing-masing, dan setiap sudut pandang tersebut amat penting guna pemahaman yang komperhensif tentang makna filsafat ilmu, berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi filsafat ilmu :
a.)Peter Caws, memberikan makna filsafat ilmu sebagai sebagian dari filsafat yang kegiatannya menelaah ilmu dalam konteks keseluruhan pengalaman manusia.
b.)Steven R. Toulmin, memaknai filsafat ilmu sebagai suatu disiplin yang diarahkan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur penelitian ilmiah, penentuan argumen dan anggapan-anggapan metafisik guna menilai dasar-dasar validitas ilmu dari sudut pandang logika formal, dan metodologi praktis serta metafisika.
c.)White Beck , lebih melihat filsafat ilmu sebagai kajian dan evaluasi terhadap metode ilmiah untuk dapat dipahami makna ilmu itu sendiri secara keseluruhan, masalah kajian atas metode ilmiah juga dikemukakan oleh Michel V. Berry setelah mengungkapkan dua kajian lainnya yaitu logika teori ilmiah serta hubungan antara teori daneksperimen, demikan juga halnya Benyamin yang memasukan masalah metodologi dalam kajian filsafat ilmu , disamping posisi ilmu itu sendiri dalam konstelasi umum disiplin intelektual (keilmuan).
Filsafat ilmu (philosophy of science) adalah pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai sifat dasar landasan-landasan ilmu yang mencakup konsep-konsep pangkal, anggapan-anggapan dasar, asas-asas permulaan, struktur-struktur teoritis, dan ukuran-ukuran kebenaran ilmu. Pengertian ini sangat umum dan cakupannya luas, hal yang penting untuk dipahami adalah bahwa filsafat ilmu itu merupakan telaah kefilsafatan terhadap hal-hal yang berkaitan/menyangkut ilmu, dan bukan kajian di dalam struktur ilmu itu sendiri. Terdapat beberapa istilah dalam pustaka yang dipadankan dengan filsafat ilmu seperti : Theory of science, meta science, methodology, dan science of science, semua istilah tersebut nampaknya menunjukkan perbedaan dalam titik tekan pembahasan, namun semua itu pada dasarnya tercakup dalam kajian filsafat ilmu. Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun dia merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu. Oleh karena itu pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat penting, terutama hubungannya yang bersifat timbal balik, meski dalam perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan otonom dilihat dari objek kajian dan telaahnya. Sementara itu Gahral Adian mendefinisikan filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang mencoba mengkaji ilmu pengetahuan (ilmu) dari segi ciri-ciri dan cara pemerolehnya. Filsafat ilmu selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar/radikal terhadap ilmu seperti tentang apa ciri-ciri spesifik yang menyebabkan sesuatu disebut ilmu, serta apa bedanya ilmu dengan pengetahuan biasa, dan bagaimana cara pemerolehan ilmu, pertanyaan-pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk membongkar serta mengkaji asumsi-asumsi ilmu yang biasanya diterima begitu saja (taken for granted). Dengan demikian filsafat ilmu merupakan jawaban filsafat atas pertanyaan ilmu atau filsafat ilmu merupakan upaya penjelasan dan penelaah secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan ilmu. Spesifikasi dan kemandirian ilmu yang dihadapkan dengan semakin banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut, sementara ilmu terus mengembangkan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal, proses atau interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian filsafat ilmu, oleh karena itu filsafat ilmu dapat di pandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal. Sebagaimana pendapat umum, bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berpikir rasional-logis, mendalam dan bebas (tidak terkait dengan tradisi,dogma agama) untuk memperoleh kebenaran. Kata ini berasal dari Yunani, philos yang berarti cinta dan shopia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Ilmu adalah bagaian dari pengetahuan, demikian pula seni dan agama. Filsafat sebagaimana pengertiannya semula bisa dikelompokkan ke dalam bagian pengetahuan tersebut, sebab pada permulaannya, (baca: zaman yunani kuno) filsafat identik dengan pengetahuan (baik teoritik maupun praktik). Akan tetapi lama kelamaan ilmu-ilmu khusus menemukan kekhasannya sendiri untuk kemudian memisahkan diri dari filsafat. Gerak spesialisasi ilmu-ilmu itu semakin cepat pada zaman modern, pertama ilmu-ilmu eksakta, lalu diikuti oleh ilmu-ilmu sosial seperti : ekonomi, sosiologi, sejarah, psikologi dan seterusnya. Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya, dan hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam. Pengetahuan keilmuan merupakan sari penjelasan mengenai alam yang bersifat subjektif dan berusaha memebrikan makna sepenuh-penuhnya mengenai objek yang di ungkapkannya. Dan agama (sebagiannya) adalah sesuatu yang bersifat transendental di luar batas pengalaman manusia, menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori umum, yakni : (1) pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk ( yang disebut dengan etika/agama). (2) pengetahuan tentang indah dan yang jelek (yang disebut dengan estetika/seni). (3) penegtahuan tentang yang benar dan yang salah (yang disebut dengan logika/ilmu). Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejaala alamiah tersebut tak lagi meruapakan misteri. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu, teramsuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian ilmu merupakan dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama. Sebab secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian objek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia, sedangkan agama memasuki pula daerah jelajah yang bersifat transendental yangb berada di luar pengalaman manusia itu. Sedangkan sisi lain dari pengetahuan mencoba mendeskripsikan sebuah gejala dengan sepenuh-penuh maknanya, sementara ilmu mencoba mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variabel yang terkait dalam sebuah hubungan yang bersifat rasional.
Di era globalisasi ini, filsafat ilmu wajib dipelajari dan dipahami serta diterapkan khususnya oleh mahasiswa dalam hubungannya dengan mata kuliah apapun. Seseorang tidak akan mendalami hakikat mata kuliah apapun tanpa mempelajari filsafat ilmu. Banyak orang yang tidak memahami penguasaan tentang ilmu itu karena tidak menguasai filsafat ilmu. Filsafat ilmu di era globalisasi sangat penting agar setiap pelajar atau mahasiswa dapat memahami seluk beluk ilmu pengetahuan atau bidang studi apa saja yang dipelajari dan ditekuni ketika mahasiswa tersebut memahami dasar-dasar filosofis dari ilmu itu sendiri. Nilai kegunaan yang paling utama dalam setiap pemecahan masalah di bidang ke ilmuan apa saja, filsafat ilmu bisa digunakan sebagai pisau analisis atau paham bedah dalam memecahkan masalah. Dalam memahami filsafat ilmu di era globalisasi, penting untuk mengetahui perkembangan filsafat. Filsafat ilmu berasal dari yunani dimana Plato,sokrates, dan aristoteles sebagai peletak dasar dari filsafat. Aristoteles dan sokrates lebih mengembangkan pemahaman tentang peletakan dasar-dasar ilmu itu, kemudian berkembang di dunia Islam diteruskan oleh
Alfarabi, Ibnu Sina sampai Ibnu Kholdun, mereka merupakan ahli dalam filsafat.
Filsafat ilmu terus dikembangkan dalam rangka memahami dasar-dasar keilmuan termasuk memahami struktur ilmu sehingga mudah mengklasifikasikan ilmu sesuai dengan kegunaan dan manfaatnya. Alfarabi dengan memahami filsafat, ia dapat menulis buku atau kitab yang bernama ihsabul ulum. Jadi klasifikasi ilmu itu yang ada dalam perkembangan dunia Islam berawal dari upaya Alfarabi merintis klasifikasi ilmu dalam bukunya. Kemudian berkembang sampai dipenghujung kejayaan Islam dan dikejutkan dengan suatu tahapan dimana Islam mengalami masa kemunduran. Dimasa ini lah filsafat ilmu memudar sehingga ada sekitar dua abad mengalami masa kegelapan dan di barat muncul masa reneisances. Mereka mengembangkan ilmu sedemikian rupa
sehingga bisa mengkaji ilmu tidak hanya dalam pendekatan filsafat saja tetapi juga
pengembangan ilmu itu secara struktur dan lebih berkembang dengan bidang-bidang
keilmuan yang ada. Kemudian diwariskan pada abad Modern, ketika bertemu dengan
bidang fisika, kimia, biologi dan lain-lain penulisnya yaitu berasal dari barat. Padahal ilmu tersebut dikembangkan oleh ilmuan Islam ketika masa Abbassyiah dan di Andalusia sebelum keruntuhan dinasti umayyah. Jadi filsafat ilmu terus diwariskan dan dikembangkan dan masuk keranah perguruan tinggi sehingga setiap perguruan tinggi wajib ada mata kuliah filsafat. Filsafat merupakan induk dari segala pengetahuan, jadi setiap dosen di Universitas wajib memahami filsafat.
Tujuan filsafat ilmu diera globalisasi yaitu pertama, dapat meletakkan dasar-dasar keilmuan. Kedua,bisa memahami kajian ilmu secara struktur dan sistematis. Ketiga, bisa mengambil manfaat dari mempelajari satu bidang keilmuan. Keempat, mudah
mengembangkan ilmu dengan berpikir ilmiah dan sistematis. Kelima, bisa memecahkan masalah yaitu ketika menjadi seorang peneliti tidak hanya menulis
peristiwa yang terjadi di lapangan tetapi juga sisi kelemahan dari objek yang ditelitinya dapat menemukan solusi dengan kerangka berpikir. Jika filsafat ilmu tidak diterapkan di era globalisasi
maka pemahaman dan metodologi keilmuan akan lemah dan tidak mengerti filosofi dari ilmu tersebut.
Irmayanti M Budianto pernah mencatat beberapa peran filsafat, baik dalam kehidupan maupun dalam bidang keilmuan: Pertama, filsafat atau berfilsafat
mengajak manusia bersikap arif dan berwawasan luas
terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia diharapkan mampu untuk memecahkan
masalah-masalah tersebut dengan cara mengidentifikasinya agar jawaban jawaban dapat diperoleh dengan mudah.Kedua, berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kreatif atas dasar pandangan hidup
dan atau ide-ide yang muncul karena keinginannya. Ketiga, Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan lainnya (interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama, dan lainlain) secara lebih rasional, lebih arif, dan tidak terjebak dalam fanatisme yang berlebihan. Keempat, terutama bagi para ilmuwan ataupun para mahasiswa dibutuhkan kemampuan untuk menganalisis, analisis kritis secara komprehensif dan sistematis atas berbagai
permasalahan ilmiah yang dituangkan didalam suatu riset, penelitian, ataupun kajian ilmiah lainnya.
Peranan filsafat adalah menunjukkan adanya perspektif yang lebih dalam dan luas, sehingga kehadirannya akan disertai dengan berbagai alternatif penyelesaian untuk ditawarkan mana yang
paling sesuai dengan perubahan waktu dan keadaan.
KESIMPULAN
Dalam era globalisasi, pengetahuan dan ilmu pengetahuan tidak lagi terbatas pada batas-batas aspek nasional atau regional. Filsafat ilmu harus
memperhitungkan fungsi dalam memahami bagaimana pengetahuan dihasilkan, dikomunikasikan, dan diintegrasikan dengan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut digunakan baik dalam hal positif maupun negatif tergantung moral dan sikap manusia. Jika Filsafat ilmu tidak dijalankan di era globalisasi maka pemahaman tentang keilmuan akan lemah.Maka dengan mengetahui pentingnya filsafat ilmu diera globalisasi dapat
membuka wawasan bahwa filsafat ilmu bukan hanya suatu konsep pemikiran tetapi merupakan jantung ilmu pengetahuan itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H