Mohon tunggu...
M Haris Sukamto
M Haris Sukamto Mohon Tunggu... Freelancer - Sahabat berkemajuan

Menulis untuk berbagi pengetahuan dan informasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencegah Bulai pada Tanaman Jagung dengan Mengenali Karakteristiknya

18 Juni 2019   05:57 Diperbarui: 4 Juli 2019   09:03 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jagung (Zea Mays) di Indonesia merupakan komoditi tanaman yang merakyat, maksudnya banyak ditanam oleh rakyat, mengingat mayoritas rakyat Indonesia hidup dengan bertani. Jagung, disamping karena cara budidayanya yang mudah, iklim di Indonesia secara umum juga cocok dan sangat mendukung untuk membudidayakan tanaman jagung.

Namun demikian, bukan berarti menanam jagung pasti berhasil. Kegagalan dalam berbudidaya jagung di Indonesia juga banyak terjadi. Diantaranya dikarenakan faktor kecukupan air misalnya, hal ini disebabkan kekurangtepatan waktu tanam terkait dengan musim hujan.

Disamping itu, ada hal penting yang dapat menyebabkan kegagalan dalam berbudidaya jagung, yakni akibat serangan bulai. Bulai, pada tanaman jagung memiliki nama ilmiahPeronosclerospora maydis, yang merupakan salah satu jenis tanaman berupa jamur.

Dampak yang ditunjukkan dari jagung yang terserang bulai itu adalah, tanaman menjadi memutih diantara hijaunya daun jagung yang tak terkena bulai. Mengingat warnanya putih diantara kehijauan maka orang Indonesia secara umum memberikan julukan bulai. Tanaman yang terserang biasanya akan sedikit mengalami gangguan pertumbuhan selanjutnya, karena klorofil tanaman jagung tertutup sehingga tidak mampu memasak makanan dengan baik. Akibat lebihlanjutnya tanaman jagung yang terserang bulai dipastikan tidak akan mampu berbuah. Dan biasanya oleh petani jagung, tanaman yang terkena bulai akan dicabut dari lahan karena dikhawatirkan menular bagi tanaman yang lainnya.

Prosentase serangan bulai bisa bervariasi, ada yang dalam prosentase kecil hingga dalam prosentase besar, yang menjadi sebab tidak ekonomis lagi bila tanam dilanjutkan, alias dalam batas yang sudah masuk dalam katagori gagal dalam berbudidaya tanaman jagung. Perbedaan serangan ini dikarenakan kondisi iklim ataupun benih. Dan untuk memahami hal ini kita perlu mengenali bulai pada jagung.

Bulai adalah Jamur dan jamur adalah tumbuhan

Kembali pada statement dimuka, bahwa bulai (Peronosclerospora maydis) adalah jamur. Jamur, dalam bentuk apapun adalah merupakan maklhuk hidup yang berupa tumbuhan. Sehingga bulai pada jagung berarti tumbuhan yang menempel pada tanaman yang dalam hal ini adalah jagung. Dengan demikian, kesimpulan awal mengenai bulai dari definisi diatas adalah bahwa bulai adalah jamur dan jamur merupakan tumbuhan.

1562205701189-5d1d5e750d823078c86130b2.jpg
1562205701189-5d1d5e750d823078c86130b2.jpg
Dengan simpulan ini, selanjutnya kita perlu kaji lebih jauh mengenai jamur. Dilihat dari tatacara perkembangbiakannya, jamur akan berkembang subur apabila dalam kondisi lembab. Maksudnya lembab adalah kandungan air dalam udara tinggi, sementara cuaca terasa panas oleh karena teriknya matahari. Kondisi alam seperti ini akan muncul pada saat :

a)    Apabila dimusim tanam jagung pertama (September- Desember), yakni pada saat sudah mulai sering hujan namun cuaca panasnya masih terasa, sehingga kandungan uap air diudara tinggi karena sudah sering hujan, namun cuaca panas karena belum musim hujan betul.

b)     Apabila dimusim tanam kedua (Januari-April) atau musim tanam jagung ketiga (Mei-Agustus) yakni, saat hujan masih ada namun menjelang musim panas, ini juga kondisi udara lembab.

Kedua situasi diatas merupakan kondisi yang paling bagus bagi pertumbuhan jamur, yakni karena kelembaban udara tinggi.

Setiap daerah di Indonesia tentu akan berbeda-beda waktunya (bulannya) sehingga kondisi kelembaban udara yang tinggi. Akan tetapi pathokannya adalah kedatangan musim hujan dan musim panas disetiap masing-masing daerah.

Strategi menghindari bulai pada tanaman jagung

Satu hal yang juga perlu menjadi pengetahuan adalah, umumnya serangan bulai pada jagung akan menyerang pada saat tanaman dibawah umur 25 hari setelah tanam, dan biasanya apabila tanaman sudah lebih tua dari umur tersebut relative sudah tahan terhadap bulai.

Kemudian bila melihat prakiraan tingginya kelembaban udara seperti dalam paparan diatas, maka strategi untuk menyelamatkan tanaman jagung kita adalah  :

1.    Apabila akan tanam jagung diawal musim penghujan, sebaiknya tanam jagungnya se-awal mungkin. Dimana hujan masih belum begitu banyak, namun untuk menanam jagung air hujan dirasa sudah cukup. Pertimbangan ilmiahnya adalah, pada saat awal musim hujan tersebut udara belum begitu lembab, sehingga apabila tanam jagung akan aman, dan saat kelembaban udara sudah mulai tinggi tanaman jagung sudah berumur lebih dari 25 hari setelah tanam. Dengan demikian, waktu kritis pengembangan bulai sudah dihadapi oleh tanaman jagung yang sudah tidak mudah terserang bulai lagi.

2.    Apabila akan tanam jagung dimusim tanam kedua atau ketiga, dimana situasinya berkemungkinan kelembaban udara sudah tinggi mengingat musim hujan raya telah berlalu sedang menghadapi datangnya musim kemarau. Maka yang perlu dilakukan adalah pemilihan varietas jagung yang memiliki ketahanan bulai yang baik serta penggunaan fungisida sitemik pada jagung yang aplikasinya diberikan pada saat benih jagung akan ditanam.

3.    Pemberian pupuk dasar yang cukup, dan atau pupuk pertama diberikan pada saat penanaman apabila tidak ada aplikasi pemberian pupuk dasar. Langkah ini penting yakni untuk menyediakan nutrisi yang cukup bagi tanaman sejak diawal penanaman. Sehingga begitu tanaman jagung tumbuh makanan sudah tersedia, sehingga fisik tanaman sehat dan dengan begitu akan menjadi tanaman yang kuat dan akan terhindar dari serangan penyakit, termasuk bulai tentunya.

Ketiga langkah diatas merupakan upaya agar tanaman terhindar dari penyakit bulai pada tanaman jagung, dengan melihat dari kharakteristik perkembangbiakan jamur, mengingat bulai adalah jamur.

 

Mitos, tanaman jagung bulai terkena kembang Jagung

Dikalangan petani jagung, ada sebuah mitos yang berkembang turun temurun, yakni apabila menanam jagung dalam kondisi disamping lahan jagung yang telah berbunga pasti tanaman jagung yang baru tanam akan terkena bulai karena terkena bunga tanaman jagung. Mitos ini selalu terngiang-ngiang dibenak petani jagung, hal ini dikarenakan mitos ini merupakan cerita sejak kecil dan diyakini benar.

Sebenarnya kajian ilmiahnya dalam kasus petani yang menanam jagung disamping lahan jagung yang sudah berbunga akan berkemungkinan besar bulai itu benar, namun tidak benar bahwa kondisi ini disebabkan oleh karena terkena bunga jagung.

Mengapa demikian ? Petani yang baru menanam jagung dikala lahan jagung di sampingnya sudah berbunga, berarti yang baru tanam itu terlambat tanam. Karena sudah terlambat, yang terjadi adalah kelembaban udara dialam sudah tinggi, sehingga pada saat itulah kondisi yang sangat bagus untuk perkembangbiakan jamur bulai.

Dalam kondisi ini, tanaman yang masih dibawah umur 25 hari setelah tanam akan rentan sekali terkena bulai, termasuk tanaman jagung yang baru tanam disamping lahan jagung yang sudah berbunga.

Apakah bulai pada tanaman jagung menular ?

Kasus ini terjawab dengan banyak petani yang menanam jagung dalam satu lubang tanam berisi dua biji benih jagung, sehingga dalam satu titik tumbuh ada dua tanaman jagung yang tumbuh secara bersamaan.

Sering terjadi, tanaman jagung yang satunya terkena bulai, sementara satu tanaman yang lainnya (dalam satu rumpun/ titik tumbuh) tidak terkena bulai. Dan bahkan bila dibiarkan dalam beberapa minggu misalnya, pun tetap yang bulai akan tetap bulai dan yang tidak terkena bulai juga tetap bertahan tidak terkena bulai.

Sementara bisa jadi tanaman jagung yang lainnya dilahan itu secara berangsur-angsur tak henti-hentinya bertambah tanaman jagung yang terkena bulai. Kasus ini sering terjadi dan selalu disaksikan oleh petani jagung, yang tanaman jagungnya terserang bulai.

Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa bulai pada tanaman jagung tidak menular melalui sentuhan fisik tanaman, hal ini terbukti dengan tanaman satu titik tumbuh yang kena bulai tetap bulai sementara tanaman yang lainnya tetap tumbuh normal tidak kena bulai walaupun daun dan fisik kedua tanaman selalu bergesekan dan bersentuhan akibat terpaan angin.

Sehingga kondisi fisik dan kesehatan tanaman akan memberikan ketahanan/ imunitas terhadap bulai. Hal ini sekaligus memberikan pembenaran bahwa pemberian pupuk dasar atau pupuk pertama diberikan pada saat tanam, akan membuat nutrisi bagi tanaman tersedia sejak awal sehingga tanaman tumbuh kokoh, sehat dan mampu menangkal serangan bulai.

Sedangkan tanaman lain berkemungkinan tetap bertambah yang terkena bulai dilahan dan umur tanaman yang sama pada saat yang sama, lebih pada akibat cekaman iklim dengan tingginya kelembaban udara sehingga menjadi pemicu peningkatan perkembangbiakan spora jamur bulai yang menyebabkan tanaman dengan fisik yang kurang baik akan lebih mudah terserang.

Mengapa serangan bulai pada tanaman jagung terjadi saat setelah jagung dipupuk ?

Kajian ilmiahnya, bahwa bulai adalah jamur yang bentuknya spora yang dalam pengertian mudahnya berupa benang. Serangan akan muncul pada saat pemupukan pertama (bagi yang diaplikasikan tidak bersamaan tanam) yakni pada saat umur sekitar 14 hari setelah tanam. Kalau yang pemupukan pertama dilaksanakan bersamaan tanam, maka pemupukan keduanya bisa dilakukan pada umur setelah 25 hari setelah tanam, dan ini relative aman mengingat jagung umuran itu jagung sudah memiliki ketahanan yang baik terhadap serangan bulai.

Kerentanan serangan bulai pada saat setelah pemupukan pertama, dikarenakan respon tumbuhan (baik tanaman jagung maupun jamur yang juga merupakan tumbuhan) terhadap pupuk yang berbeda. Jagung yang awalnya kurang sehat, begitu dipupuk akan memberikan respon yang terlihat peningkatan kesuburannya dalam beberapa hari, sementara jamur bulai karena hanya berupa spora atau jamur dalam waktu yang sangat singkat (semalam) mampu menutupi atau tumbuh pada tanaman jagung.

Inilah yang menyebabkan serangan bulai akan lebih terlihat pada tanaman yang telah dipupuk, khususnya pemupukan pertama yakni pada umur 15-20 HST. Disamping karena responnya terhadap pupuk yang lebih cepat, juga karena cuaca mendukung untuk perkembangan jamur bulai tersebut.

Ketahanan Varietas terhadap bulai berbeda

Perlu diakui bahwa setiap varietas jagung memiliki ketahanan yang berbeda terhadap bulai. Hal ini terkait dengan kharakter genetis masing-masing induk yang digunakan dalam pembuatan varietas oleh breeder jagung, memiliki ketahanan yang tinggi atau rentan, dan tentu pengaruhnya akan nyata pada varietas yang jadi nantinya.

Kalau dilapangan, hampir semua varietas dari BISI dan dari Monsanto dengan merk dagang DK, rata-rata memiliki ketahanan yang baik terhadap bulai, sementara yang lain kurang tahan. Kekurangtahanan ini terlihat dari kondisi tanaman pada saat tanaman hampir bungapun masih terkena bulai untuk varietas yang rentan bulai itu.

Namun kini berbagai upaya perbaikan juga telah dilakukan semua perusahaan yang memproduksi benih, untuk berlomba-lomba menciptakan benih yang memilki ketahanan yang baik terhadap bulai. Semoga dengan ini akan semakin membantu petani dalam mensukseskan budidaya tanaman jagungnya.

Penggunaan Fungisida menjadi alternatif

Mengingat adanya perbedaan ketahanan masing-masing varietas jagung terhadap bulai yang berbeda, maka kini ada beberapa fungisida yang membantu mencegah serangan bulai. Sehingga petani yang menanam jagung yang rentan terhadap bulai, akan lebih baik bila pada saat tanam dicampur dengan fungisida yang bersifat sistemik. Bahan aktif metalaksil tentu akan menjadi alternatif penggunaanya dan selama ini memiliki pengaruhyang signifikan.

Fungisida yang sistemik biasanya akan memiliki ketahanan dalam tubuh tanaman antara 2-3 minggu setelah aplikasi. Sehingga diharapkan setelah tanaman 3 minggu tersebut, tanaman jagung sudah memiliki ketahanan yang baik terhadap bulai.

Demikian paparan mengenai upaya mencegah bulai pada tanaman jagung dengan mengenalinya, sehingga akan menjadi tambahan bekal pengetahuan bagi seluruh insan pertanian untuk selalu berhasil dalam berbudidaya tanaman jagung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun