Kajian ilmiahnya, bahwa bulai adalah jamur yang bentuknya spora yang dalam pengertian mudahnya berupa benang. Serangan akan muncul pada saat pemupukan pertama (bagi yang diaplikasikan tidak bersamaan tanam) yakni pada saat umur sekitar 14 hari setelah tanam. Kalau yang pemupukan pertama dilaksanakan bersamaan tanam, maka pemupukan keduanya bisa dilakukan pada umur setelah 25 hari setelah tanam, dan ini relative aman mengingat jagung umuran itu jagung sudah memiliki ketahanan yang baik terhadap serangan bulai.
Kerentanan serangan bulai pada saat setelah pemupukan pertama, dikarenakan respon tumbuhan (baik tanaman jagung maupun jamur yang juga merupakan tumbuhan) terhadap pupuk yang berbeda. Jagung yang awalnya kurang sehat, begitu dipupuk akan memberikan respon yang terlihat peningkatan kesuburannya dalam beberapa hari, sementara jamur bulai karena hanya berupa spora atau jamur dalam waktu yang sangat singkat (semalam) mampu menutupi atau tumbuh pada tanaman jagung.
Inilah yang menyebabkan serangan bulai akan lebih terlihat pada tanaman yang telah dipupuk, khususnya pemupukan pertama yakni pada umur 15-20 HST. Disamping karena responnya terhadap pupuk yang lebih cepat, juga karena cuaca mendukung untuk perkembangan jamur bulai tersebut.
Ketahanan Varietas terhadap bulai berbeda
Perlu diakui bahwa setiap varietas jagung memiliki ketahanan yang berbeda terhadap bulai. Hal ini terkait dengan kharakter genetis masing-masing induk yang digunakan dalam pembuatan varietas oleh breeder jagung, memiliki ketahanan yang tinggi atau rentan, dan tentu pengaruhnya akan nyata pada varietas yang jadi nantinya.
Kalau dilapangan, hampir semua varietas dari BISI dan dari Monsanto dengan merk dagang DK, rata-rata memiliki ketahanan yang baik terhadap bulai, sementara yang lain kurang tahan. Kekurangtahanan ini terlihat dari kondisi tanaman pada saat tanaman hampir bungapun masih terkena bulai untuk varietas yang rentan bulai itu.
Namun kini berbagai upaya perbaikan juga telah dilakukan semua perusahaan yang memproduksi benih, untuk berlomba-lomba menciptakan benih yang memilki ketahanan yang baik terhadap bulai. Semoga dengan ini akan semakin membantu petani dalam mensukseskan budidaya tanaman jagungnya.
Penggunaan Fungisida menjadi alternatif
Mengingat adanya perbedaan ketahanan masing-masing varietas jagung terhadap bulai yang berbeda, maka kini ada beberapa fungisida yang membantu mencegah serangan bulai. Sehingga petani yang menanam jagung yang rentan terhadap bulai, akan lebih baik bila pada saat tanam dicampur dengan fungisida yang bersifat sistemik. Bahan aktif metalaksil tentu akan menjadi alternatif penggunaanya dan selama ini memiliki pengaruhyang signifikan.
Fungisida yang sistemik biasanya akan memiliki ketahanan dalam tubuh tanaman antara 2-3 minggu setelah aplikasi. Sehingga diharapkan setelah tanaman 3 minggu tersebut, tanaman jagung sudah memiliki ketahanan yang baik terhadap bulai.
Demikian paparan mengenai upaya mencegah bulai pada tanaman jagung dengan mengenalinya, sehingga akan menjadi tambahan bekal pengetahuan bagi seluruh insan pertanian untuk selalu berhasil dalam berbudidaya tanaman jagung.