Semua warga mula-mula bingung bertindak apa. Tetapi entah siapa yang memulai, semua marah, kesal atas rasa takut yang mereka miliki. Itu  ditimpakan pada Ana'a. Perempuan malang. Kembali perempuan itu dicerca dan diseret. Jerit ibunya yang memilukan tidak diperdulikan. Ana'a,  perempuan itu akhirnya dipasung dalam hutan di luar desa, di atas sebuah balai beratap ijuk yang dibuat seadanya. Kepalanya digunduli dan seluruh tubuhnya dilempar kotoran binatang. "Kutuk, kutuk pergilah dan janganlah mengetuk pintu rumah kami!" seru penduduk sebelum meninggalkannya dalam sunyi dan takut.
Itu berlangsung beberapa waktu yang lalu. Tetapi sepertinya desa ini tidak pernah kehilangan berita mengejutkan. Belum selesai, penduduk membicarakan Ana'a dan kehamilannya, atau sikap Awura yang keras, atau Ibu Ana'a yang ditemukan  mati di rumahnva dalam keadaan yang menyedihkan  Rasa pilu seorang ibu tua membuatnya mati kesepian. Tiba - tiba ada berita baru. Dikabarkan Ana'a kabur dari tempat pasungannya dan menyembunyikan diri di dalam hutan yang lebat. Pencaharian satu hari satu malam akhimya berhasil menemukan Ana'a. Tubuhnya, dengan perut yang membesar, tergantung di atas pohon dengan tali di leher. Pohon itu cukup tinggi, tak ada yang dapat memastikan bagaimana perempuan dengan perut besar itu mengikatkan tali di dahan pohon. Ana'a bunuh diri, demikian orang-orang menyimpulkannya.
Lima
Ama dan Ina tidak menghiraukan kehadiranku saat keluar dari kamar. Suasana yang terang kontras dengan kamarku yang gelap. Itu cuma mimpi tanpa arti, pikirku saat melihat Ama dan Ina duduk di ruang tamu dengan kesibukan masing-masing.
Aku mempertajam telinga, saat dari jauh terdengar teriakan yang makin mendekat. Mula-mula tidak jelas, tapi kemudian tersusun dengan rapi. "Ana'a bunuh diri," teriak laki-laki itu. Dari balik jendela, aku lihat seorang tetangga berlari diikuti sejumlah anak-anak. "la menggantung diri di atas pohon dalam hutan." Teriak yang lainnya.
Aku mengumpulkan ingatan dengan susah payah. Sebagian terkumpul dan berlahan tersusun, walau tidak teratur. Agaknya bisa membantu.
Sepertinya....., ya, Â Aku kenal Ana'a.
"Jangan keluar, Awura!" seru Ina sambil menurunkan kain di tangannya" Tidak ada yang perlu kamu ketahui lagi." Aku berbalik memandang Ina sesaat, juga Ama. Sepertinya ada yang aneh. Tidak pada kalimat mereka, sebab sudah lama aku tidak peduli kata-kata mereka. Tetapi pada........, Ah,aku tidak tahu.
Segera aku keluar rumah. Ina terdengar masih teriak melarang, Ama tidak peduli, dan aku tidak menanggapinya. "Ada apa itu?" teriakku menahan orang-orang yang berlari. Suaraku kurasa cukup nyaring. Bahkan kedengaran bergema. Aneh, sepertinya tidak ada yang mendengar. Beberapa orang menatap ke arah rumah dengan rasa takut tetapi tidak memperdulikan aku yang berteriak dekat mereka.
Aku ulangi bertanya, dan seperti tadi tak ada yang menanggapi. Ini aneh. Tapi lebih banyak rasa gusar. Kesal, aku tarik tangan seorang anak untuk menghentikan lajunya. Tapi...., Tuhan, ada apa; Tanganku seperti menembus pergelangan tangan anak itu. Anak itu terus melangkah tanpa menyadari kehadiranku. Saya tak merasa apa-apa saat menyentuh tangannya. Seperti memegang angin belaka. Penasaran, kembali aku mengejar anak itu berusaha menyentuh pundaknya. Hasilnya sama saja, aku tidak merasakan apa-apa Untuk memuaskan rasa heran dan penasaranku,  sengaja aku berdiri di tengah jalan saat seorang ibu tua setengah berlari ke arahku. Aku menutup mata saat tubuhnya hendak menabrakku. Aku berharap dengan cemas. Aku ingin ia menabrakku dan membangunkan aku dari mimpi buruk ini. Tetapi tidak. Tidak  terjadi apa-apa. Tubuhnya terus berlari tanpa tertahan di tubuhku. Bahkan matanya ke depan tanpa merasa ada aku di hadapannya. Ini menakutkan.
Semuanya tiba-tiba terasa berat. Seluruh tubuhku gemetar oleh perasaan yang aku miliki. Ingatanku kembali pulih. Setiap adegan yang pernah kujalani tiba-tiba melintas di kepalaku. Tiba-tiba aku sadar siapa aku. Tiba-tiba aku sadar mengapa tubuh Ama dan Ina tidak lebih dari sebuah bayang gelap. Aku ingat semuanya dan aku tahu siapa aku.