PROLOG
Jika suatu hari datang ke Gunungsitoli, kota kecilku  di pesisir timur pulau Nias, kamu akan melewati sebuah tempat dimana sepanjang jalannya dibentengi tebing besar dengan pintu gua yang telah ditimbun dengan batu besar. Konon gua tersebut amat panjang dan luas, sehingga ada yang bilang ruang gua tembus hingga ke Sirombu dan Afulu, tempat yang cukup jauh dari Kota Gunungsitoli.  Ada juga yang bilang gua tersebut masih memendam timbunan harta karun hasil rampokan pada zaman dulu. Timbunan harta yang menggunung. Banyaknya seperti mimpi dalam dongeng Ali Baba. Katanya.
Kami menyebut gua tersebut: Gua Laowomaru. Begini ceritanya....
SATU
Iwo Watomasi, Seorang Ibu  yang sedang hamil tua melangkahkan kakinya ke bale-bale tempat tidur. Perutnya serasa bergerak-gerak dari tadi. Calon bayi seperti tak sabar ingin keluar melihat dunia. Iwo Watomasi mengelus perutnya yang semakin besar dan meringis akibat tendangan si bayi dalam perut. Kakinya diangkat ketempat tidur dan membaringkan tubuhnya pelan-pelan. Suaminya sedang malu1  ke hutan mencari buruan. Ia belum kembali sejak dua hari yang lalu. Ia sangat kuatir akan keselamatan suaminya. Walaupun suaminya, Lahari  termasuk orang yang memiliki kesaktian, tapi berburu adalah hal baru yang ia lakoni.
Suaminya adalah pelaut yang ulung. Laut dan samudra sudah banyak ia arungi. Tapi saat ini, berada di lautan adalah hal sangat berbahaya. Bukan karena bajak laut atau pedagang asing bersenjata yang sudah cukup ramai di lautan, tapi karena kengerian yang lebih besar berdiam di lautan. Saat ini lautan diganggu teror Haria, seekor ular purba besar dan kuat. Haria mengklaim sebagai penguasa lautan, raja diraja samudra, Â sehingga kapal-kapal yang tidak tunduk kepadanya segera ia hancurkan. Ia mendatangi pantai dan kota dipesisir untuk meminta upeti emas. Teror Haria inilah yang membuat banyak pelaut, termasuk suaminya beralih menjadi pemburu.
 " Semoga Ia baik-baik saja..." doa sang Ibu kepada suaminya sambil mulai menutup matanya.
Entah berapa lama hening tak berubah sampai sang ibu merasa ada yang memanggilnya. "Ina...Ina2..." suara itu sayup terbawa angin di telinga sang Ibu. Mula-mula Sang Ibu berpikir itu hanya suara gesekan daun di folofa3 Â rumah. Tapi suara itu terus berulang kembali.
" Siapa Itu....?"
Sang Ibu bangkit mengangkat punggungnya. Kepalanya melirik kiri dan kanan. Tak ada seorangpun dalam ruangan kecil kamar tidurnya. Ia merasa jantungnya berdebar agak kencang. Makhluk apakah itu. Apakah bekhu4 dari dunia gelap yang selalu melayang-layang mencari manusia berjiwa lemah.