Tak ada yang tidak takut akan sepak terjang Haria. Ia digambarkan sebagai seekor ular besar dari dunia yang sangat purba. Kepalanya seperti bukit yang berjalan, ekornya meliuk-liuk dengan pukulan yang mampu melululantakkan kapal sekali kibas. Mulutnya bertaring dan menyemburkan api pembawa maut. Ia adalah pengauasa laut di Samudra Hindia yang luas dan tenang. Ribuan orang telah menjadi korbannya. Kapal-kapal dihancurkan setelah isinya dikuras. Emas dan perak dikumpulkan dalam sebuah tempat yang tak tersentuh. Ada yang bilang emas dan perak itulah yang menjadi alas tidurnya. Lautan menjadi kuburan luas yang menakutkan. Hampir-hampir tak ada kapal yang berani berlayar. Para pelaut beralih menjadi petani atau pemburu.
Melihat kapal-kapal mulai sepi, Haria mulai mengalihkan perhatiannya ke daerah pantai. Mulailah ia menebarkan kengerian ke rumah-rumah di daratan. Â Tak sedikit para orang sakti dari penjuru Nias datang berharap bisa menjadi pahlawan. Tapi kegentaran menciutkan nyali saat bayangan Haria di depan mata. Mereka datang sia-sia.
Akhirnya kepala-kepala ri8 yang disebut Tuhenri berkumpul dan mengutus seorang untuk bernegoisasi kepada raja lautan tersebut. Hasilnya, mereka sepakat setiap waktu tertentu, Haria akan dikirimkan sebuah kapal berisi emas, perak, puluhan ternak besar, berkarung-karung sirih, pinang, tembakau, gambir dan kapur sirih. Ini cukup menyenangkan bagi Haria. Ia memuaskan dirinya tidur di atas tumpukan emas dan perak. Meramu sirih kesukaannya sambil makan daging mengisi perutnya yang besar. Â Jadilah manusia sebagai pelayan setianya.
Kedigdayaan dan ketamakan Haria menjadi dongeng pengantar tidur bagi seluruh anak-anak di Tan Niha. Mereka menurunkan cerita menggugah sang anak agar mencari jalan keluar memusnakan Haria.
Demikian pula Laowomaru.
Sang anak telah tumbuh menjadi pemuda yang tegap. Dadanya bidang dengan otot mengeras. Rambutnya berkibar dengan muka bercahaya memperlihatkan kematangan. Sejak kecil ia dilatih ayahnya dan kakeknya Sofuso Kara berbagai kesaktian. Ia terus berlatih siang malam untuk mencapai kesempurnaan. Tapi keluarganya menyadari bahwa kemampuan Laowomaru melebihi yang mereka bayangkan. Ia memiliki bakat dan kesaktian yang luar biasa.
Ia berperang melawan  ri yang lain dan mampu mengalahkan seratus prajurit perang musuh sekaligus dengan tangan kosong. Ia juga pernah mengalahkan boroe 9  raksasa dengan mencabut pohon kelapa untuk dijadikan pemukul kepala boroe tersebut. Kekuatannya tidak tertandingi oleh siapapun.
Haria mengganggu pikirannya.........
Itulah yang ditakutkan Ibunya. Ia lebih senang jika Laowomaru, anaknya diam di rumah dan membiarkan Haria begitu saja. Siapa tahu ular itu menua dan akan mati dengan sendirinya. Ia menyesal menuruti keinginan suami dan mertuanya untuk terus menceritakan kisah Haria kepada Laowomaru. Ia tahu Laowomaru dipersiapkan untuk itu.
Suatu malam, Laowomaru mendatangi Ibunya. Ibunya yang mulai memutih rambutnya memandang wajah anaknya. Ia tersenyum. Getir. Karena ia tahu apa yang akan disampaikan Laowomaru.
"Ibu..." seru Laowomaru, "Aku mau pamit. Besok aku akan ke Laut mencari Haria. Aku mau Ibu merestui saya."