Mohon tunggu...
M Fajarun Amin
M Fajarun Amin Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Manusia

Menginginkan Indonesia Raya Lahir Batin selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sudah Cocok-kah Iqbal Mainkan Karakter Si Jantan Tulen Minke?

29 Juni 2019   13:41 Diperbarui: 30 Juni 2019   14:04 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(twitter.com/falconpictures_)

Air muka, Nyai pun tersungging tersenyum riang. Tanda mengerti. Kemudian menyambungnya, meminta bukti dengan menyelidiknya. 

"Betulkah kiranya demikian adanya nak, Nyo? Kau sebut anakku itu Cantik?. Andai betul, coba ulangi biar aku ikut dengar segala pujianmu yang serba-jujur itu. Pintanya pada Minke. 

Jantung terasa teremas-remas dan kepala Minke seolah terseduh air panas menghadapi situasi demikian, mulanya. Namun naluri terpelajarnya sangat membantunya dan memberanikannya.

"Betul. Maaa." Jawab Minke. 

Nah, Nyo. Coba kau ulangi sekali lagi. Pinta Nyai Ontosoroh. 

"Baik Ma". Dengan memandang Annelis, Minke berkata "Betapa Indahnya hari ini bisa berhadapan langsung dengan Dewi yang cantik, cantik serba segala tiada tandingannya. Akan Beruntunglah dan betapa bahagia kiranya yang bisa menjadi pujaan hatinya" Gopoh jawab Minke dengan sedikit tambahan.

"Naah ... Begitu Ann. Minke memang Jujurn! kau itu memang sangat cantik. Siapapun yang melihatmu pasti akan hilang kendali dan patut bilang demikian". Nyai Ontosoroh meyakinkan putrinya. 

Annelis yang kekanak-kanakan pun, mencubit mamanya dan tersipu Malu. "Baiklah, masih ada yg perlu dikerjakan lagi di kebun, mama ke belakang dulu. "ucap mama. 

Kalian duduklah tenang-tenang di sini, nikmati kembali melanjutkan berceritanya". Nyai Pun pergi meninggalkan. 

Saat Minke dan Annelis, menyusulnya ke Belakang rumah. Melihat - lihat sekitar. Mereka mesti melewati jembatan penyeberangan dari bambu, untuk bisa sampai ke kebunnya, Nyai. 

Ketika melewati Jembatan tersebut, dan Minke mendahuluinya untuk memberikan uluran tangan untuk membantunya, saat itu jembatan sangat licin sekali habis tersiram hujan. Ketika Annelis hampir jatuh. Minke memegang tangannya erat-erat dan menangkapnya. Dan mereka saling berpandangan satu dengan lainnya. Kemudian, suatu kenakalan juga keberaniannha sebagai seorang lelaki jantan. Minke menciup pipinya tanpa izin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun