Mohon tunggu...
M Fajarun Amin
M Fajarun Amin Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Manusia

Menginginkan Indonesia Raya Lahir Batin selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sudah Cocok-kah Iqbal Mainkan Karakter Si Jantan Tulen Minke?

29 Juni 2019   13:41 Diperbarui: 30 Juni 2019   14:04 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya yakin. Terpelajar dengan nalar kritis yang hidup dan sehat dimanapun dengan keterampilan otak yang sering dilatih. Tidak mungkinlah kiranya, pernah bisa mudah percaya pada sebuah opini pembenaran atas dasar kepentingan tanpa dibuktikan oleh fakta yang bersifat empirik dan rasional. 

BUMI MANUSIA. Bukanlah sebuah pelampiasan atas pelecehan yang dihadiahkan rezim lalu padanya semata. Mungkin memang ada benarnya juga, Selain dimotivasi atas itu, sebagai alat bersuara atas mulut yang dijahit dan karakter pribadi yang dimatikan. Karya ini ialah sebuah potret kisah perjuangan revolusi masyarakat Indonesia membidani kemerdekaan lahir batin bangsa ini yang dimotori oleh terpelajar yang gagah berani. Seorang calon dokter Belanda, yang  kemudian berubah haluan menjadi jurnalis dan aktifis pergerakan kemerdekaan yang diceritakan pada tetralogi lanjutannya; BUMI MANUSIA --> Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca.

Fokus perawian dalam BUMI MANUSIA ini ialah menggambarkan tentang kisah romantisme remaja penuh harmonis namun terpaksa berakhir tragis dan juga kisah terpelajar yang menolak tradisi feodalisme dan penganiayaan keadilan Belanda pada Pribumi Indonesia. Tanpa peduli, baik lawan Belanda itu seorang terpelajar pendidikan tinggi atau rendahan ataupun tidak terpelajar sama sekali. Tidak peduli lah. Selama menyangkut kepentingan Belanda. Tidak peduli. Mestilah lawan Belanda itu digebuk dan ditekuk habis.

Baiklah. Pada intinya, Beberapa hari ke depan, kita akan menyaksikan Film Fenomena ini untuk ditayangkan di bioskop tercinta. Ada beberapa kalangan yang meragukan karakter Iqbal yang masih kekanakan dengan karakter khas suaranya yang cempreng, berbeda dengan pedalaman Minke sebagai gambaran Satria Jawa dengan suara beratnya. Meskipun sesama seusia Kawula. Mari saja cocokkan bersama.

Karakter Minke. 

1. Cerdas Intelektualnya dan kokoh Kepribadiannya.

Iqbaal Ramadhan Foto: Dok. Instagram
Iqbaal Ramadhan Foto: Dok. Instagram
Kala itu. Sebagai bagian dari segelintir anak muda Pribumi Indonesia yang bernasib agak lebih mujur. Berkesempatan Menikmati pendidikan terbaik di zamannya, sekolah H.B.S! Hogere Burgere School cabang Surabaya, sekolah para anak ningrat / pejabat pribumi dan anak-anak Belanda saja yang bisa dan boleh untuk akses menikmatinya dengan lebih leluasa. Konon selebihnya jangan harap, apalagi pribumi? Kelompok pinggiran secara status sosial untuk situasi itu menurut pandangan umum yang berlaku. Kala itu.

Sebagai pertimbangan Belanda. Mengingat tidak bolehlah kiranya banyak terpelajar cerdas yang lahir di Indonesia (khawatir menjadi bumerang untuk penjajahan Belanda nantinya). Karena saat itu ialah Eropa saja yang mendorong banyaknya penggunaan akal sebagai usaha untuk bisa sampai memahami dan mengembangkan Ilmu dan Pengetahuan modern secara nyata. Tanpa mengabaikan penggunaan moral / akhlak. 

Sebuah kejarangan yang mungkin terjadi. Dalam diri dan Pribadi-nya, Minke. Mengalir deras darah Pribumi Indonesia, dengan watak, wajah dan pedalaman Jawa dan Indonesia Tulen, tetapi Isi kepalanya berisikan wawasan Eropa yang serba-luas juga kemampuan meneropong pemandangan dunia yang dinamis. Tidak hanya sesempit kampung halaman sendiri sejauh pandang diterjangkan.

2. Tindakannya, Sejantan bibir atau ucapannya. 

(twitter.com/falconpictures_)
(twitter.com/falconpictures_)
Seminggu tersisa akan menghadapi tahun Ajaran baru di H.B.S. Minke ditantang oleh kawan yang nantinya menjadi musuh abadinya sejati. Seorang kawula lelaki berdarah dan berwatak Eropa yang hanya pandai menghina, melecehkan, mengecilkan dan menjahati orang lain yang lebih serba-lemah (Pribumi) menurutnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun