Karena, pemimpinnya paham dan menyadari sifat - sifat dan juga tentang kebutuhan - kebutuhan hidup manusia. Filsafat ini menolak keras tentang upaya memesinkan manusia untuk memperjuangkan kepentingan pemimpinnya secara pribadi / kelompok.
Menanam dan menancapkan motivasi dasar perjuangan menjadi hal penting untuk mempertebal mental petarung, membakar semangat dan berakibat pada tingginya produktifitas manusia - manusia yang bekerja di dalam organisasi yang bersangkutan. Mengaitkan teori motivasi dengan tingkat kebutuhan manusia.
4. Filsafat Budaya.
Organisasi merupakan fenomena budaya. Tidak bisa dibantahkan oleh alasan apapun, setelah mendiskusikan tentang pentingnya memanusiakan manusia dalam berinteraksi pada suatu wadah.Â
Unsur - unsur mengenai nilai sosial - budaya yang mengakar dan tumbuh di masyarakat menjadi hal yang sangat penting dalam aktifitas adopsi - inovasi [imitasi] nilai budaya organisasi yang diterapkan.Â
Misalnya, masyarakat yang heterogen [kota - kota besar] memiliki karakteristik unik dengan sifat individualistik yang tinggi, kemudian masyarakat yang bercirikan homogen [desa - desa] memiliki kesadaran akan kolektifitas pada pimpinan / menggantungkan pada tokoh yang dihormatinya.Â
Bagaimanapun juga, organisasi harus memiliki adekuatnya budaya kerja yang mendukung pada pencapaian visi misi dan tujuan organisasi dngan mempertimbangkan latar belakang dari subjek dalam organisasi ybs.
5. Filsafat Arena.
Organisasi lahir sebagai sebuah KESEPAKATAN. Dalam konteks besar kecilnya ruang lingkup organisasi. Semua organisasi akan lahir setelah mendapatkan kesepakatan bulat dari pihak - pihak eksekutif yang mewakili kelompoknya.Â
Dalam analogi ARENA, para eksekutif melakukan upaya dialogis / interaksi kepada pihak lain secara inklusif [terbuka] untuk mencapai kesepahaman gerak bersama.Â
Sangat kental dengan benturan kepentingan antar kekuatan dan pengaruh yang berada dalam organisasi yang bersangkutan. interaksi ini pun bersifat dinamik dan terus - menerus, walaupun kesepakatan telah tercapai.