2.     Kerentanan psikologis
Individu dengan resiko tinggi pada permasalahan penggunaan alkohol lebih impulsif dan agresif dibandingkan mereka dengan resiko yang rendah (Morey, Skinner & Blashfield, 1984). Saat ini banyak penelitian yang berfokus kepada hubungan antara penggunaan alkohol dengan gangguan lain seperti kepribadian antisosial, depresi, dan schizophrenia. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa pada gangguan-gangguan tersebut dimana kondisi psikologis menjadi lebih rentan, kemungkinan penggunaan alkohol pun meningkat.
3.     Ekspektasi kesuksesan sosial
Penelitian menunjukkan bahwa ekspektasi sosial dapat mempengaruhi keputusan remaja untuk mulai minum (Christiansen et al., 1989). Pandangan ini mendorong para profesional untuk mengambil peran dalam menghalangi atau mencegah hal tersebut dengan menyediakan hal lainnya dalam sosial yang mengubah pandangan ini sebelum penggunaan alkohol dimulai.
4.     Pernikahan dan hubungan intim lainnya
Orang dewasa dengan hubungan yang kurang dekat dan kurang mendukung cenderung menunjukkan kebiasaan minum yang lebih besar diikuti kesedihan dibandingkan mereka dengan kelompok yang akrab dan hubungan lebih positif (Hussong et al., 2001). Hubungan pernikahan mungkin dapat mempertahankan pola minum berlebihan yang dimiliki individu terlibat, misalnya istri yang memaklumi kebiasaan minum suaminya. Kehancuran pernikahan dan permasalahan lainnya di keluarga dapat menjadi situasi penuh stres bagi banyak orang dan meningkatkan penggunaan alkohol berlebih. Hal tersebut tidak hanya terbatas pada pernikahan, namun juga bisa terjadi pada hubungan lain, seperti pertemanan.
5.     Perbedaan pada setiap kultur
Pada kultur yang tidak memperbolehkan konsumsi alkohol seperti Muslim, permasalahan penggunaan ini jarang terjadi. Namun, pada kultur yang memperbolehkan seperti di Eropa permasalahan ini seringkali ada dan menyebabkan permasalahan lainnya seperti kerusakan organ dan kecelakaan. Orang Perancis memiliki angka tertinggi dalam penggunaan alkohol perkapita dan angka kematian dari sirosis hati (Noble, 1979). Lindman dan Lang (1994) pada studi perilaku berkaitan dengan alkohol di 8 negara, menemukan banyak individu mengekspresikan bahwa perilaku agresif yang sering berkaitan dengan banyak konsumsi alkohol. Sehingga hal tersebut berkaitan dengan tradisi kultural dan kekerasan atau perilaku agresi.
6.     Perubahan fungsi dalam otak
Perubahan dalam cerebral cortex menyebabkan individu akan kesulitan menahan dorongan untuk minum. Dalam otak manusia terdapat the brain reward system yang bertanggung jawab dalam menginginkan sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan yang membawa kesenangan, seperti makan dan kebutuhan seks yang menjadi kebutuhan bawaan manusia. Pada gangguan ini, kebutuhan tersebut digantikan menjadi kebutuhan akan alkohol. Hal tersebut disebabkan karena adanya pemikiran bahwa alkohol memiliki sifat yang menyenangkan di amigdala. Amigdala sendiri merupakan bagian otak yang berhubungan dengan memori dan emosi. Sehingga untuk bisa lepas dari alkohol, dibutuhkan keinginan dan motivasi yang kuat.
Selain itu, terjadi juga perubahan pada hipotalamus yang berkaitan dengan regulasi stres. Biasanya seseorang akan mulai minum apabila ia mengalami stres. Namun sebenarnya, alkohol mengurangi kemampuan regulasi stres. Â