Di dalam struktur dunia nya Power Now, spiritualitas dipinggirkan dan ditempatkan tidak boleh melampaui fase Tradisional. Itulah sebabnya mengapa pada jaman sekarang (kontemporer) lebih banyak fenomena bermoduskan non-agamis. Agama dipandang tidak mampu memecahkan persoalan-persoalan teknis dan pragmatis dari kehidupan kontemporer. Interaksi antara dunia spiritualitas dengan dunia Power Now dirasakan sangat tidak imbang. Toynbee sendiri, seorang penulis dari dunia kontemporer, menyatakan bahwa dalam kehidupan komtemporer sekarang ini hanya ada 2 pilihan kontradiktif yang tak terhindarkan bagi umat manusia, yaitu, pertama, menjadi "hantu" atau kedua, menjadi "robot".
Dalam interaksinya dengan pemikir dunia kontemporer, penulis mempunyai pengalaman kedatangan matematikawan kaliber dunia (Mr X) dari Universitas paling terkenal di dunia Barat. Dia mengikuti beberapa perkuliahan yang saya ampu yaitu Pembelajaran Matematika di Universitas. Dalam kehidupan kontemporer, kedigdayaan sang Power Now sudah jelas mengandung arti tersingkir dan melemahnya peran dunia Islam dalam percaturan memperebutkan paradigma dunia. Dikarenakan melemahnya kedudukan dunia Islam baik secara ekonomi, politik, sosial, budaya dan pendidikan maka sesuai dengan hukum kodratnya, kedudukan yang diperoleh berkarakter sub-ordinat yaitu: lebih banyak ditentukan dari pada menentukan, lebih banyak dirugikan dari pada diuntungkan, lebih banyak diwarnai dari pada mewarnai, lebih banyak disalahkan dari pada menyalahkan, lebih banyak menjadi obyek dari pada subyek, lebih banyak tercerai berai dari pada holistic dan komprehensif, lebih banyak dipermalukan dari pada dihargai, lebih banyak dicurigai dari pada dipercaya. Kedudukan seperti itu juga membawa akibat: lebih sedikit mendapatkan akses, lebih sedikit mendapatkan hak, lebih sedikit memperoleh kesempatan dan lebih sedikit inisiatif.
      Lemahnya bargaining position dunia Islam dalam kehidupan kontemporer dikarenakan dunia Islam kurang mampu mengembangkan metodologi yang kreatif, fleksibel, objektif, terukur dan saintifik. Hal demikian dikarenakan dunia Islam belum mampu mengatasi atau melampaui terkategorisasinya pemikiran dilematis sejak awal tradisi pemikirannya. Pil pahit harus ditelan oleh dunia Islam untuk menyaksikan bahwa urusan habluminanash lebih banyak ditentukan dan diurusi oleh kaum bukan Islam. Pil pahit-pil pahit yang lain berurutan juga harus siap ditelan untuk terpaksa dan tak berdaya mendengarkan tausiah sang digdaya Power Now bahwa "kehidupan sekarang ini tidak lagi memiliki cakrawala spiritualitas" Gerakan kebangkitan Islam pada pertengahan abad ini telah gagal menegakan dan menunjukan substansi dan jati dirinya dikarenakan kehilangan jati dirinya dan bergantung pada dunia eksternal dengan ketidakmampuan untuk membuat atau melakukan anti tesis dan sintesis-sintesis. Pil pahit berikutnya adalah kesaksian yang harus diberikan oleh dunia Islam yang membiarkan para prajurit sang Power Now untuk memutus dan memotong akar-akar tradisional yang merupakan ibu dari peradaban yang melahirkan pemikiran Islam, kemudian dengan seenaknya menterjemahkan dan membelokkan makna sejarah sesuai dengan kepentingannya.Â
Pada zaman power/ now ada gerakan yang mendukungnya yaitu gerakan Trumpism, Trumpisme adalah sebuah istilah untuk ideologi politik, gaya pemerintahan, gerakan politik dan serangkaian mekanisme untuk mengakuisisi dan menjaga kekuasaan yang diasosiasikan . Dimana aliran tersebut menyatakan capitalism, materialism, pragmatism, ultitarian, dan liberalism. Kapitalisme adalah ideologi di mana filsafat sosial dan politiknya didasarkan pada asas pengembangan hak milik pribadi. Kapitalisme merupakan perluasan dari paham kebebasan. Kesempatan yang sama, adanya pengakuan terhadap persamaan manusia, pusat kepentingan adalah individu. Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa kebenaran dari segala sesuatu berdasarkan kepada manfaat yang diberikannya. Sesuatu hal ini dinilai dari kebergunaannya bagi tindakan manusia untuk kehidupannya. Pernyataannya dapat berbentuk ucapan, dalil atau teori.Â
Ultitarian merupakan tindakan terbaik adalah tindakan yang memaksimalkan utilitas. Utilitas itu sendiri bukanlah konsep yang sederhana, meskipun tujuannya adalah untuk mewakili keadaan yang baik untuk individu. onsep utama di balik utilitarisme adalah bahwa tindakan yang benar atau salah dinilai berdasarkan pada akibatnya, khususnya tingkat kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkan oleh tindakan tersebut. Dengan kata lain, tujuan utama dari tindakan tersebut adalah untuk memaksimalkan kebahagiaan secara keseluruhan di Masyarakat. Utilitarisme adalah teori etika yang mengemukakan bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang menghasilkan konsekuensi yang paling baik pula bagi sebanyak mungkin orang. Ini berarti bahwa keputusan moral harus dievaluasi berdasarkan pada dampak keseluruhan dari tindakan tersebut, dan bukan berdasarkan pada nilai intrinsik dari tindakan itu sendiri. Â Dalam politik dan kebijakan publik, utilitarisme dapat menjadi panduan yang berharga dalam pengambilan keputusan. Misalnya, dalam mengevaluasi kebijakan ekonomi atau lingkungan, pemerintah dapat menggunakan prinsip utilitarianisme untuk memastikan bahwa keputusan mereka akan menghasilkan manfaat terbesar bagi masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, dalam menetapkan tarif pajak, pemerintah dapat mempertimbangkan dampaknya terhadap penerimaan negara dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Meskipun utilitarisme memiliki banyak kelebihan, pendekatannya juga telah dikritik oleh beberapa filsuf dan akademisi.
Salah satu kritik utama terhadap utilitarisme adalah bahwa itu dapat mengabaikan hak individu. Kritikus mengatakan bahwa dalam upaya untuk memaksimalkan kebahagiaan secara keseluruhan, utilitarisme dapat membenarkan tindakan yang merugikan atau menindas minoritas. Dengan menggunakan pendekatan utilitarianisme, kita dapat lebih baik memahami bagaimana tindakan kita mempengaruhi orang lain dan masyarakat secara keseluruhan, serta bagaimana kita dapat bertindak untuk mempromosikan kesejahteraan bersama. Meskipun kita mungkin tidak selalu setuju dengan setiap aspek dari utilitarisme, mempertimbangkan prinsip-prinsip ini dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari kita.
 Liberalisme adalah sebuah pandangan filsafat politik dan moral yang didasarkan pada kebebasan, persetujuan dari yang diperintah dan persamaan di hadapan hukum. Liberalisme berusaha untuk menggantikan norma-norma hak istimewa turun-temurun, agama negara, monarki absolut, hak ilahi raja dan konservatisme tradisional dengan demokrasi perwakilan dan supremasi hukum. Liberalisme adalah sebuah ideologi politik, pandangan filsafat politik dan moral yang didasarkan pada kebebasan, persetujuan dari yang diperintah dan persamaan di hadapan hukum. Orang-orang liberal mendukung beragam pandangan tergantung kepada pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip ini, tetapi umumnya mereka mendukung hak-hak individu (termasuk hak-hak sipil dan hak asasi manusia), demokrasi, sekularisme, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan beragama dan ekonomi pasar. Liberalisme menjadi salah satu gerakan utama di Zaman Pencerahan dan menjadi populer di kalangan filsuf dan ekonom Barat. Liberalisme berusaha untuk menggantikan norma-norma hak istimewa turun-temurun, agama negara, monarki absolut, hak ilahi raja dan konservatisme tradisional dengan demokrasi perwakilan dan supremasi hukum. Para liberal juga mengakhiri kebijakan merkantilis, monopoli kerajaan dan hambatan perdagangan lainnya. Ini dimaksudkan untuk mempromosikan perdagangan bebas dan marketisasi. Gelombang awal liberalisme mempopulerkan individualisme ekonomi sambil memperluas pemerintahan konstitusional dan otoritas parlementer. Kaum liberal mencari dan menetapkan tatanan konstitusional yang menghargai kebebasan individu yang penting, seperti kebebasan berbicara dan kebebasan berserikat; kebebasan beragama, pengadilan yang independen, pengadilan publik oleh juri; dan penghapusan hak-hak istimewa aristokrat. Gelombang pemikiran dan perjuangan liberal modern belakangan sangat dipengaruhi oleh kebutuhan untuk memperluas hak-hak sipil. Kaum liberal banyak mendukung kesetaraan gender dan kesetaraan ras dalam upaya mereka untuk mempromosikan hak-hak sipil. Gerakan hak-hak sipil global di abad ke-20 bermaksud untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Tujuan lain yang sering dipromosikan oleh kaum liberal termasuk hak pilih universal dan akses universal ke pendidikan. Paham liberal maupun sebagai reaksi atas penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan agamawan pada masa perkembangan feodalisme dengan pemerintahan monarki absolute. Pendukung utama paham liberal adalah kaum borjuis dan kaum-kaum terpelajar kota. Ada lima ciri liberalisme, yaitu:
- Bentuk pemerintahan demokrasi adalah yang terbaik.
- Masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh.
- Pengaturan yang dilakukan pemerintah hanya terbatas.
- Kekuasaan seseorang diartikan sebagai hal buruk dalam kehidupan.
- Kebahagiaan individu adalah tujuan utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H