Materi/ Substansi Pembelajaran Filsafat
Metafisik adalah kehidapan manusia yang mengandung arti setelah yang ada, sebelum ada, manusia dapat maju/mundur, kehidupan yang tak selesai, karena manusia itu tidak sempurna. Metafisika merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas hakikat dan realitas yang menyertainya. Secara umum, topik analisis metafisika meliputi pembahasan mengenai eksistensi, keberadaan aktual dan karakteristik yang menyertainya, ruang dan waktu, relasi antarkeberadaan seperti kausalitas, posibilitas, dan pembahasan metafisik lainnya. Dengan melihat jangkauan kajian yang dibahasnya, jelas bahwa metafisika adalah disiplin yang fundamental dalam kajian filsafat. Metafisika adalah batu pijakan atas struktur gagasan kefilsafatan.Kesempurnaan manusia itu pada ketidaksempurnaan. Awal dari kegiatan kehidupan manusia adalah  fatal dan vital.
Kehidupan Fatal. Jadi, apa yang membuat kematian menjadi suatu "masalah"? Jika salah seorang anggota keluarga meninggal (dilahap kematian), orang otomatis kehilangan kepala dinginnya. Emosi, kesedihan dan ketakutan menikam jiwanya. Kemampuan kematian untuk menghancurkan nalar dan membangkitkan ketakutan amatlah besar. Kematian menyergap langsung. Ia tak dapat ditebak. Ia merusak harmoni di dalam keluarga dan di dalam hubungan antar manusia, yang telah diusahakan dengan segala daya sebelumnya. Inilah alasan, mengapa kematian menjadi suatu "masalah". Namun, semua orang, bahkan para penganut agama yang merindukan surga, tidak mau menjalani proses "mati" menuju kematian. Proses tersebut memang kerap kali tragis, seperti kecelakaan berdarah, penyakit yang menyiksa dan sebagainya.
    Fatal itu adalah terpilih,  apa yang terpilih itu adalah takdir, tak ada yang bisa merubah takdir karena takdir itu sudah terjadi. Takdir bersifat idealism. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi. Sebaliknya, materialisme mengatakan sebaliknya. idealism itu absolut, absolut atau mutlak adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan realitas yang sempurna dan berdiri sendiri, yang tidak bergantung pada apa pun di luar realitas tersebut. absolut itu spiritualisme, spiritualisme mencakup sejumlah besar pandangan filosofis yang sangat beragam. Yang paling jelas, ini berlaku untuk semua filsafat yang menerima gagasan tentang Tuhan yang tak terbatas dan pribadi, keabadian jiwa, atau ketidakmaterialan kecerdasan dan kehendak. Spiritualism adalah kuasa Tuhan yang disebut Causa Prima yang berarti sebab dari segala sebab. Aliran causa prima/kuasa Tuhan itu Esa/monovisme percaya kepada satu Tuhan.
Monoisme merupakan paham yang menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikatnya saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi maupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Disisi lain, vital itu adalah memilih yang bersifat berubah, memilih itu adalah ikhtiar yang bersifat realism pada materialism berupa benda sebagai contohnya, olehkarenanya ada pluralism bersifat jamak. Realisme adalah pandangan bahwa objek-objek indera adalah real dan berada sendiri tanpa di sandarkan, tanpa pengetahuan lain atau kesadaran akal. Realisme merupakan salah satu pemikiran aliran klasik yang di sandarkan kepada aries toteles yang memandang dunia dalam tema material. Realisme berpandangan bahwa hakikat realitas ialah fisik dan juga ruh yang bersifat hal fisik dan Rohani. Realisme di dalam dunia pendidikan memiliki prinsip dan tujuan untuk memberikan perhatian kepada peserta didik yang apa adanya, untuk menyesuaikan hidup dan tanggung jawab sosial. Pada hakikatnya, lahirnya realisme sebagai aliran filsafat sebagai sintesis antara filsafat idealisme Immanuel Kant di satu pihak dan empirisme John Lock di pihak lain. Realisme kadang-kadang disebut sebagai neorasionalisme. John Lock memandang bahwa tidak ada kebenaran dari metafisik dan universal. Dia percaya bahwa sesuatu bisa dikatakan benar jika didasarkan pada pengalaman indrawi, pada sifat induksi John Lock mengingkari adanya kebenaran akal. Realisme adalah satu dari aliran yang ada di klasik, yang selalu didasarkan pada seorang nama besar yaitu Aristoteles, ia memandang dunia ini dari segi materi. Semua hal yang berada di hadapan kita itu ialah sesuatu yang nyata tidak dapat terpisah dari alam pikiran kita, tetapi akan menimbulkan pemikiran melalui upaya yang selektif mengenai setiap pengalaman kemudian melalui pemanfaatan kegunaan pikiran. Sehingga, realitas berada pada wujud alamiah, sehingga bisa dikatakan segala sesuatu berada pada wujud alamiah, kemudian bisa di katakan semua hal dapat berpindah dari alam. Pandangan mengenai kehidupan, realisme berpendapat jika kehidupan fisik, mental, moral dan spiritual biasanya dapat ditandai atau terlihat di alam. Dengan demikian itu terlihat bahwa realisme sebenarnya akan cenderung mengatakan sesuatu adalah sesuatu dalam dirinya sendiri daripada sesuatu yang seharusnya. Maka dari itu di kembangkannya sumber daya manusia ini, realisme tersebut berangkat dari bagaimana cara manusia mendapatkan pengetahuan. Kata realisme, sesuatu bisa dikatakan hebat ketika itu nyata kemudian ada dengan cara substantif. Suatu teori bisa dikatakan benar jika terdapat kesesuaian antara harapan, bisa diamati kemudian substantif. Sekolah percaya. Jika ada keterkaitan antara sifat dalam dunia. Objek yang akan diketahui ialah ada dalam dirinya, bukan hasil dari persepsi kemudian bukan pula hasil pengolahan akal dari manusia. Dunia ini ada sebelum pikiran menyadarinya kemudian dunia ada ketika pikiran tidak lagi menyadari. Sehingga, kata realisme, ada ataupun tidaknya kesadaran dalam pikiran manusia, alam akan tetap nyata kemudian nyata pula di dalam hukum. Bila realisme dapat berkaitan dengan pembelajaran sebagai suatu pencarian ilmu pengetahuan pada realisme bisa ditekankan kepada pendalaman masalah-masalah empiris pada manusia yang sifatnya parsial kasuistis. Akan tetapi tidak juga memungkiri potensi pragmatis pada manusia, tapi memandang pada pragmatis di sini hanyalah bentuk instrumen guna kecintaan terhadap alam, kendati demikian faktor objektif pada manusia akan mengetahui kebenaran didalam bentuk kurang deduktif akan menjadi perhatian. Peningkatan didalam SDM akan memfokuskan pada peningkatan dalam pendekatan ilmiah bersifat induktif. Aliran realisme mengungkapkan objek pada pengetahuan yang diketahui nyata ternyata ada didalam diri sendiri. Kemudian objek ini tidak tergantung pada pengetahuan, persepsi, atau pemikiran. Pemikiran dan di dunia luar terintegrasi, tetapi interaksi ini tidak akan berpengaruh pada sifat dunia. Karena dunia ini ada sebelum pikiran menyadari kemudian semuanya terlihat nyata setelah pikiran terhenti menyadarinya. Aliran realisme adalah salah satu didalam aliran filsafat yang sistematis pemikirannya selalu berbeda dengan sistematis pemikiran yang ada dalam idealisme seperti yang sugah sebelumnya. Realisme merupakan aliran filosofis aliran ini percaya bahwa objek indera kita itu adalah nyata dan benar-benar ada. Segala sesuatu ada, dan keberadaannya tidak tergantung pada pengetahuan serta persepsi pada pemikiran yang ada dalam diri manusia.
Aliran realisme percaya bahwa adanya alam semesta terjadi secara independen dari pemikiran (objektif). Hingga pada abad ke-17, aliran realisme itu telah diterima oleh masyarakat. Filsuf realis menafsirkan bahwa dunia sebagaimana keadaanya, tidak seperti yang dipikirkan maupun diinginkan. Para filosof menekankan bahwa realisme ialah ada pada dunia luar yang telah berdiri sendiri. Seperti pada aliran yang ada dalam filsafat lain, sistem pemikiran/gagasan/maupun teori pada filsafat umum para filosof realisme dapat menjadi implikasi pada sistem pemikiran/gagasan/teori oleh mereka mengenai pendidikan. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik. Akan tetapi, materialisme berbeda dengan teori ontologis yang didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Dalam memberikan penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan idealisme. Â Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti roh, hantu, setan dan malaikat. Pelaku-pelaku immaterial tidak ada. Tidak ada Tuhan atau dunia adikodrati. Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi. Materi dan aktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada penggerak pertama atau sebab pertama. Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yang kekal. Semua gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang kembali lagi ke dasar material primordial, abadi, dalam suatu peralihan wujud yang abadi dari materi. Setidaknya ada lima dasar ideologi yang dijadikan dasar keyakinan paham ini di antaranya,
1.Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi (ma'dah)
2.Tidak meyakini adanya alam ghaib
3.Menjadikan pancaindra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu
4.Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum
5.Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak, artinya sebuah garis pemikiran yang memposisikan manusia sebagai narasumber dan juga sebagai resolusi dari tindakan yang sudah ada dengan jalan dialektis.
Kata materialisme terdiri dari kata "materi" dan "isme". " materi" dapat dipahami sebagai "bahan; benda; segala sesuatu yang tampak". Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai "materialis". Orang-orang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata (harta,uang,dsb). Materialisme adalah paham yang hanya bersandar pada materi (Mad'ah) yang tidak meyakini apa yang ada di balik alam ghaib. Tidak meyakini alam ghaib berarti tidak meyakini adanya kekuatan yang menguasai alam semesta ini dan hal itu secara otomatis menafikan adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta, karena menurut paham ini alam beserta isinya berasal dari satu sumber yaitu materi. Pemikiran ini sama halnya dengan Atheisme dalam bentuk dan subtansinya yang tidak mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Para penganut paham ini menolak agama sebagai hukum kehidupan manusia, mereka lebih mengedepankan akal sebagai sumber segala hukum. Pada akhirnya prinsip ini melahirkan suatu ideologi bahwa hokum hanyalah apa yang bisa diterima oleh akal, padahal kita tahu bahwa hasil pemikiran manusia bersifat relatif, dalam artian bisa salah dan juga bisa benar. Materialisme dan Atheisme memiliki ikatan yag sangat erat yang tidak bisa dipisahkan antara keduanya, yaitu tidak mengakui adanya Tuhan karena mereka mengingkari alam ghaib. Materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak pada materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide itu ditempatkan di sekundernya, sebab materi itu ada terlebih dahulu baru kemudian ada ide. Pandangan ini berdasarkan atas kenytaan menurut proses waktu dan zat. Misalnya menurut proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada di dunia, alam raya ini sudah ada. Dan menurut zat, manusia tidak bisa berfikir atau mempunyai ide apabila tidak mempunyai otak sedangkan otak adalah sebuah benda yang bisa dirasakan oleh panca indera kita. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada lalu baru muncul ide dari padanya. Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material.  Cakupan obyek material filsafat adalah segala hal, baik hal-hal yang konkret atau nyata maupun hal yang tidak tampak atau abstrak. Berawal dari peristiwa diatas dimuncullah metafisik yang bersifat, sifat dari sifat, sifat mengikuti sifat. Dari sifat tetap, terpilih, takdir, idealism maka dinamakan logisme/logika yang artinya koheren bersifat analitik, analitik itu  konsisten, maka lahirlah aksioma seterusnya teorema, selanjutnya hukum/aturan yang memuat formal/normative bersifat a priori level dewasa bersifat identitas, identitas yang bersifat rasionalism yang di kemukakan oleh tokoh rasionalism yaitu R. Descrates yang menyatakan sifat skeptisme tidak mudah percaya begitu saja tanpa ada pembuktian/fakta, paham rasionalism itu sifatnya tetap, berisi identitas dan tautologis. ham rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah rasio. Jadi, dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio, mustahil manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Rasio itu adalah berpikir. Oleh karena itu, berpikir inilah yang kemudian membentuk pengetahuan. Manusia yang berpikirlah yang akan memperoleh pengetahuan. Semakin banyak manusia itu berpikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Berdasarkan pengetahuanlah manusia berbuat dan menentukan tindakannya sehingga nanti ada perbedaan perilaku, perbuatan, dan tindakan manusia sesuai dengan perbedaan pengetahuan yang didapat tadi. Namun demikian, rasio juga tidak bisa berdiri sendiri. Ia juga butuh dunia nyata sehingga proses pemerolehan pengetahuan ini ialah rasio yang bersentuhan dengan dunia nyata di dalam berbagai pengalaman empirisnya. Dengan demikian, seperti yang telah disinggung sebelumnya kualitas pengetahuan manusia ditentukan seberapa banyak rasionya bekerja. Semakin sering rasio bekerja dan bersentuhan dengan realitas sekitar maka semakin dekat pula manusia itu kepada kesempurnaan. Logisme merujuk pada pola berpikir yang logis, di mana seseorang yang terbiasa berpikir secara logis akan melihat segala sesuatu dengan pendekatan yang rasional. filsafat analitik adalah analisis bahasa dan struktur logika yang digunakan dalam argumentasi. Pendekatan ini berusaha memperjelas atau bahkan menyelesaikan pertanyaan filsafat dengan menguraikan dan memformalisasi argumen-argumen dalam bahasa yang jelas dan tepat. Aksioma adalah pernyataan atau proposisi yang dianggap benar tanpa perlu pembuktian lebih lanjut. Apriori adalah pengetahuan yang ada sebelum bertemu dengan pengalaman. rasionalis adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran dapat diperoleh hanya melalui hasil pembuktian, logika dan analisis terhadap fakta. Atau dengan kata lain, sebuah istilah yang dipakai untuk menjelaskan bahwa seseorang dapat berpikir dan memiliki asumsi tentang segala sesuatu, sebelum bertemu dengan pengalaman dan akhirnya mengambil Kesimpulan.
Manusia memiliki sifat yang senantiasa mencari jawaban atas pertanyaan yang timbul dalam kehidupannya. Dalam mencari ilmu pengetahuan, manusia melakukan telaah yang mencakup 3 hal, antara lain :
1) objek yang dikaji;
2) proses menemukan ilmu; dan
3) manfaat atau kegunaan ilmu tersebut.