Tanggung jawab manusia kepada Allah SWT dengan hanya beribadah kepadanya dengan tulus dan ikhlas akan melahirkan kesadaran bahwa dirinya adalah hamba Allah SWT. Kesadaran bahwa manusia membutuhkan Allah SWT, apapun gelar dan jabatannya, seberapa banyak harta kekayaannya, bagaimanapun terhormat status sosialnya, tetap saja jati dirinya adalah seorang hamba Allah SWT yang senantiasa membutuhkannya, bagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam Qs. Al Fatir [35]: 15
"Wahai manusia, kamulah yang memerlukan Allah. Hanya Allah yang maha kaya lagi maha terpuji."
Ketiga, Tanggung jawab manusia kepada Allah SWT diwujudkan dengan tidak menyekutukannya dengan apapun dan siapapun. Allah maha esa lagi maha pencemburu. Allah SWT menegaskan bahwa tidak ada tandingan-tandingan baginya, sebagaimana yang terdapat dalam Qs. al-baqarah [2]: 22
"(Dialah) yang menjadikan bagimu bumi (sebagai) hamparan dari langit, lalu langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahuinya."
Orang yang menyekutukan Allah SWT itu akan terlempar jauh dari rahmatnya. Allah SWT berfirman dalam QS Al Hajj [22]:31
"(Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya. Siapa yang mempersekutukan Allah seakan-akan dia jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." Oleh sebab itu, Allah SWT tidak akan mengampuni dosa orang-orang yang meninggal dalam keadaan menyekutukan-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Nisa [4]: 48 yang artinya berbunyi, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukannya (syirik), tetapi dia akan mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang dia kehendaki. Siapapun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar."
Keempat, Tanggung jawab kepada Allah SWT diwujudkan dengan tidak mempertuhankan sesama manusia atau makhluk lain, seperti jin, setan, matahari, bulan. Allah SWT adalah tuhan yang menciptakan sedangkan manusia jin setan matahari bulan dan segala sesuatu selain Allah SWT adalah makhluk ciptaanNya. Tanggung jawab ini menegaskan bahwa Allah SWT adalah dzat yang menciptakan makhluk. Oleh sebab itu, Allah SWT disebutkan mukhalafat li Al-hawadis, yakni sesuatu yang baru yang memiliki awal permulaan dan memiliki akhir keberadaan.
Meskipun salah satu tanggung jawab manusia kepada Allah SWT adalah tidak mempertuhankan sesama manusia atau makhluk lain, seperti jin setan matahari dan bulan tetapi faktanya banyak manusia yang menyembah jin dan percaya kepadanya sebagaimana disebutkan pada QS. Saba [34]:41
"Malaikat menjawab, 'Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka. Sebenarnya, mereka selalu menyembah jin (dan) kebanyakan mereka beriman kepadanya."
Mereka perlu disadarkan bahwa tujuan Allah 34 menciptakan jin dan manusia agar mereka beribadah kepada-Nya, bukan menyembah jin, seperti yang disebutkan pada arti QS. Az-Zariyat [53]: 56, "Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."
Kelima, Menjawab manusia kepada Allah diwujudkan dengan menaati perintahnya dan menjauhi larangannya. Allah SWT telah memuliakan manusia dan melebihkannya dari makhluk-makhluk lain, seperti yang disebutkan pada QS. Al Isra [17]: 70