Mohon tunggu...
Meylan Cahya
Meylan Cahya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang yang suka membaca selain itu juga saya menyukai travelling dan kulineran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanggung Jawab Manusia terhadap Allah SWT

1 Desember 2023   23:34 Diperbarui: 1 Desember 2023   23:49 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT. dan shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda nabi Muhammad Saw.

Setiap orang pada hakikatnya telah diberikan tanggung jawab, yang telah menjadi bagian dari kehidupan manusianya sebagai kodrat. Namun, belum tentu semua orang dapat mengetahui dan memahami apa sebenarnya arti dari tanggung jawab.

Lalu apa sebenarnya arti dari tanggung jawab itu?

Tanggung jawab adalah melakukan semua tugas dan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Tanggung jawab juga berarti siap menanggung segala risiko atas perbuatan sendiri. Tanggung jawab termasuk tingkat laku manusia, untuk sadar akan perbuatan dan kewajiban yang harus dilakukan. Contoh sikap tanggung jawab adalah memiliki keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Tanggung jawab manusia kepada Allah yakni kesadaran tentang kewajiban yang harus dilakukan manusia terhadap Allah SWT yang menurut ajaran islam merupakan tanggung jawab asasi.

Lalu bagaimana Tanggung Jawab kepada allah itu diwujudkan?

Maka dari itu simak sebagai berikut:

Pertama, tanggung jawab manusia kepada allah dapat diwujudkan dengan cara membenarkan bahwa  Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang mutlak atau benar. Jika ditunaikan dengan sempurna, sikap membenarkan itu akan menjadi aqidah atau ikatan iman yang mengokohkan hubungan orang-orang beriman dengan Allah SWT yang diikat dengan kuat di dalam hati hingga mengakar dan meresap serta dihayati dalam kesadaran beragama.

Kedua, tanggung jawab manusia kepada allah diwujudkan dengan tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah SWT seperti yang dinyatakan setiap kita membaca QS. Al-Fatihah [1]: 5

"Hanya keapada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan."

Tanggung jawab manusia kepada Allah SWT dengan hanya beribadah kepadanya dengan tulus dan ikhlas akan melahirkan kesadaran bahwa dirinya adalah hamba Allah SWT. Kesadaran bahwa manusia membutuhkan Allah SWT, apapun gelar dan jabatannya, seberapa banyak harta kekayaannya, bagaimanapun terhormat status sosialnya, tetap saja jati dirinya adalah seorang hamba Allah SWT yang senantiasa membutuhkannya, bagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam Qs. Al Fatir [35]: 15

"Wahai manusia, kamulah yang memerlukan Allah. Hanya Allah yang maha kaya lagi maha terpuji."

Ketiga, Tanggung jawab manusia kepada Allah SWT diwujudkan dengan tidak menyekutukannya dengan apapun dan siapapun. Allah maha esa lagi maha pencemburu. Allah SWT menegaskan bahwa tidak ada tandingan-tandingan baginya, sebagaimana yang terdapat dalam Qs. al-baqarah [2]: 22

"(Dialah) yang menjadikan bagimu bumi (sebagai) hamparan dari langit, lalu langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahuinya."

Orang yang menyekutukan Allah SWT itu akan terlempar jauh dari rahmatnya. Allah SWT berfirman dalam QS Al Hajj [22]:31

"(Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya. Siapa yang mempersekutukan Allah seakan-akan dia jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." Oleh sebab itu, Allah SWT tidak akan mengampuni dosa orang-orang yang meninggal dalam keadaan menyekutukan-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Nisa [4]: 48 yang artinya berbunyi, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukannya (syirik), tetapi dia akan mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang dia kehendaki. Siapapun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar."

Keempat, Tanggung jawab kepada Allah SWT diwujudkan dengan tidak mempertuhankan sesama manusia atau makhluk lain, seperti jin, setan, matahari, bulan. Allah SWT adalah tuhan yang menciptakan sedangkan manusia jin setan matahari bulan dan segala sesuatu selain Allah SWT adalah makhluk ciptaanNya. Tanggung jawab ini menegaskan bahwa Allah SWT adalah dzat yang menciptakan makhluk. Oleh sebab itu, Allah SWT disebutkan mukhalafat li Al-hawadis, yakni sesuatu yang baru yang memiliki awal permulaan dan memiliki akhir keberadaan.

Meskipun salah satu tanggung jawab manusia kepada Allah SWT adalah tidak mempertuhankan sesama manusia atau makhluk lain, seperti jin setan matahari dan bulan tetapi faktanya banyak manusia yang menyembah jin dan percaya kepadanya sebagaimana disebutkan pada QS. Saba [34]:41

"Malaikat menjawab, 'Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka. Sebenarnya, mereka selalu menyembah jin (dan) kebanyakan mereka beriman kepadanya."

Mereka perlu disadarkan bahwa tujuan Allah 34 menciptakan jin dan manusia agar mereka beribadah kepada-Nya, bukan menyembah jin, seperti yang disebutkan pada arti QS. Az-Zariyat [53]: 56, "Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."

Kelima, Menjawab manusia kepada Allah diwujudkan dengan menaati perintahnya dan menjauhi larangannya. Allah SWT telah memuliakan manusia dan melebihkannya dari makhluk-makhluk lain, seperti yang disebutkan pada QS. Al Isra [17]: 70

"Sungguh, kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna."

Singkatnya, Tanggung jawab bukan untuk kepentingan Allah SWT tetapi untuk kepentingan manusia agar tidak mengalami degradasi dan dehumanisasi menjadi seperti ternak setelah Allah SWT memuliakannya dan melebihkannya dari makhluk-makhluk lain. Allah SWT berfirman dalam QS. Al A'Raf [7]: 179

 "Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan banyak dari kalangan jin dan manusia untuk (masuk neraka) Jahanam (karena kesesatan mereka). Mereka memiliki hati yang tidak mereka pergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan memiliki mata yang tidak mereka pergunakan untuk melihat (ayat-ayat Allah), serta memiliki telinga yang tidak mereka pergunakan untuk mendengarkan (ayat- ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah."

Keenam, Tanggung jawab manusia kepada Allah diwujudkan dengan mendekatkan diri kepadanya. Allah SWT sangat dekat dengan manusia melebihi kedekatan manusia dengan urat lehernya sendiri. Allah SWT berfirman dalam QS. Qaf [50]: 16

"Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh dirinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya."

Meskipun Allah SWT sangat dekat dengan manusia, tetapi manusia sering tidak menyadari kedekatan Allah SWT dengan dirinya Karena terhalang oleh dosa-dosa yang dilakukannya. Oleh sebab itu mendekatkan diri kepada Allah SWT harus dimulai dengan tazkiyat Al nafs, menyucikan jiwa dengan dzikir, istighfar, dan berdoa yang dipadukan dengan salat, puasa, dan sedekah.

Terima kasih kepada:

Allah SWT.

Dosen pembimbing akhlak tasawuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Dr.Hamidullah Mahmud, Lc. M.A.

Seluruh pembaca artikel ini.

Referensi:

Ismail, Asep Usman. 2023.Kuliah Akhlak Tasawuf, cet.1, h.156-165 .Jakarta:PT.Bumi Aksara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun