Â
Latar Belakang
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Guru dapat dihormati oleh masyarakat karena kewibawaannya, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Seorang guru mempunyai kepribadian yang khas. Di satu pihak guru harus ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan dan menciptakan suasana aman. Akan tetapi dilain pihak, guru harus memberikan tugas, mendorong siswa untuk mencapai tujuan, menegur, menilai, dan mengadakan koreksi. Dengan demikian kepribadian seorang guru seolah-olah terbagi menjadi 2 bagian. Disatu pihak bersifat empati, di pihak lain bersifat kritis.
Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan penerapannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Guru juga mempunyai kemampuan, keahlian atau sering disebut dengan kompetensi profesional. Kompetensi profesional yang dimaksud tersebut adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan pelakasanaan proses belajar mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada bab III pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa: Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip itu antara lain: a). memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme b). memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia. Dari dua prinsip tersebut, hal terpenting yang perlu digarisbawahi adalah untuk menjadi seorang guru perlu dilandasi dengan adanya panggilan jiwa dan komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan. Komitmen dan panggilan jiwa tersebut sesuai dan selaras dengan semangat pengabdian dan tanggung jawab yang akan diimplementasikan ketika menjalankan tugas profesinya
Pengabdian yang tulus untuk menjadi seorang guru saat sekarang ini sedikit dimiliki oleh calon guru maupun guru, kondisi seperti ini akan berdampak negatif pada proses pembelajaran di sekolah, yang tentu akan mengurangi hak siswa untuk mendapatkan layanan pendidikan yang benar-benar berkualitas.
Seiring dengan program sertifikasi guru yang digulirkan pemerintah, guru tampaknya menjadi suatu profesi yang menjanjikan. Sebagian banyak orang beranggapan bahwa menjadi guru merupakan pilihan yang tepat. Hal tersebut dilandasi pemikiran bahwa di samping penghasilan guru yang besar, waktu kerja yang pendek, dan bidang tugas yang ringan. Bila hal ini terjadi berarti calon guru maupun guru belum atau tidak memahami tugas dan fungsinya sebagai guru dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat, karena pengabdian tidak di ukur dari besar kecilnya penghasilan. Pada prinsipnya jika guru hanya berorientasi pada penghasilan yang besar, maka jelas pada saat mengajar bukan dari hati, tetapi dari pemikiran atau logika-logika semu, yang tentu merugikan sistem pendidikan kita.
Dari asumsi-asumsi tersebut di atas diperlukan profil guru yang ideal, yakni yang mengabdikan diri pada dunia pendidikan berdasarkan panggilan jiwa, hati nurani dan mempunyai profesionalisme yang tinggi. Dengan profil guru ideal tersebut akan mampu memberikan inspirasi dan membawa siswa sumber inspirasi. Jika seorang guru mampu menginspirasi dan menjadikan anak didiknya sumber inspirasi, maka sesungguhnya guru tersebut dapat dikatakan sebagai guru yang sumber inspirasi. Dengan predikat tersebut akan memberikan suatu kebanggaan tersendiri, karena apa yang telah diberikan kepada anak didiknya telah membuahkan keberhasilan.
Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut di atas, ditemukan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimanakah hubungan jiwa pengabdian terhadap hakekat guru profesional sebagai sumber inspirasi?